Oleh: Asrizal H Asnawi*)
JAGAT politik Indonesia, khusunya di Aceh, dalam dua hari ini diramaikan dengan penunjukan putra Aceh sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat.
Satu link berita Serambinews.com yang mengupas sosok Riefky Harsya ini pun singgah ke WA saya melalui mesin agregator Babe.
Teman-teman bilang, jika sudah ditarik Babe, berarti berita itu memang sedang viral di tingkat nasional.
Tapi bukan itu yang ingin saya bahas.
Saat membaca profil Teuku Riefky seperti ditulis Serambinews.com dalam artikel berjudul “Sekolah Militer di Amerika, jadi Pebisnis, Masuk Demokrat dan Jadi Sekjen, Siapa Teuku Riefky?”
Kupasan itu serta keberhasilan Teuku Riefky menjadi Sekjen partai besar di Indonesia, mengingatkan saya kepada kisah sukses Ismail Hasan Metareum dan Surya Paloh.
Ismail Hasan Metareum, putra Metareum Kecamatan Mila Kabupaten Pidie adalah Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) selama dua periode, yaitu dari tahun 1989 hingga 1998.
Ismail Hasan juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPR/MPR.
• Teuku Riefky Laporkan Gambar Bule Telanjang di Google Maps kepada Menkominfo
Sementara Surya Paloh yang tercatat di Wikipedia lahir di Kutaraja, Banda Aceh, tanggal 16 Juli 1951 saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Partai NasDem, sebuah partai politik yang didirikannya pada tahun 2011 lalu.
Di luar dua nama itu, Aceh juga pernah punya H. Rusli Bintang selaku pendiri Partai Abul Yatama.
Sayangnya partai yang didirkan pada tahun 1999 dan mengikuti pemilihan umum tahun 1999 dan tidak mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat karena perolehan suaranya yang sedikit.
Pemilu 1999, menjadi kali pertama sekaligus kali terakhir Partai Abul Yatama menjadi kontestan pemilu di Indonesia.
Saat ini, semangat politik Rusli Bintang (pendiri Yayasan Abul Yatama Aceh Besar) dilanjutkan oleh anaknya Dr Muhammad Khadafi yang kini menjadi anggota DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dari Daerah Pemilihan Lampung I.
Di luar tiga sosok tersebut, Aceh juga memiliki sejumlah politikus handal yang namanya cetar membahana di tingkat nasional.
Di antaranya ada dua senior saya di Partai Amanat Nasional (PAN), yaitu Ahmad Farhan Hamid yang pernah menjadi Wakil Ketua MPR RI.
Serta Dr Azwar Abubakar yang pernah menjadi menteri kabinet Indonesia melalui jalur partai politik.
• Pernah Jadi Kernet Labi-labi Jurusan Pasar Aceh - Lhoknga, Ismail Rasyid Kini Bos di 7 Perusahaan
• Wow! Mahakarya Rusli Bintang
Inspirasi Politik
Kembali ke sosok Teuku Riefky Harsya, memang Teuku Riefky belum mencapai level Ismail Hasan Metareum maupun Surya Paloh.
Tapi, keberhasilan Riefky menjabat sebagai Sekjen Partai Demokrat adalah sebuah sukses besar bagi seorang anggota DPR RI yang mewakili Daerah Pemilihan (Dapil) Aceh.
Bagi saya, ini sebuah prestasi luar biasa yang sangat patut diapresiasi.
Riefky adalah salah satu inspirasi politik saya.
Salah satu yang saya kagumi dari sosok Riefky ini adalah gayanya yang santai, jarang terpublish di media massa, apalagi media sosial, tapi selalu unggul saat pemilu berlangsung.
Sudah tiga kali pemilu, Riefky selalu menjadi peraih suara terbanyak di Aceh.
Ia selalu terpilih secara sah dan meyakinkan, serta tak pernah mencatat gugatan, baik di internal partai ataupun di Mahkamah Konstitusi (MK).
Saya pikir, ada baiknya adik-adik mahasiswa sospol, program S1 maupun pascasarjana, mengkaji cara kerja politik Teuku Riefki.
Kalau perlu dibukukan, karena pasti bisa menjadi acuan buat masa depan, sekaligus menjadi catatan sejarah bahwa pernah ada putra Aceh yang menjadi Sekjen Partai Demokrat, dan tak tertutup kemungkinan suatu hari nanti bisa menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.
Buku tentang sosok Riefky ini juga sekaligus menjadi bukti bahwa kita orang Aceh selalu mendukung penuh tokoh-tokoh kita yang berkiprah di tingkat nasional dan selalu peduli daerah asalnya.
• Putra Rusli Bintang Diprediksi Lolos ke DPR RI dari Dapil I Lampung, Bagaimana dengan Taufiqulhadi?
Saya memang berbeda partai dengan Teuku Riefky, tapi ini bukanlah hanya soal partai.
Melainkan soal menghargai dan saling mendukung sesama politisi asal Aceh untuk terus berkiprah di tingkat nasional.
Dalam soal saling mendukung ini, saya pikir kita perlu belajar banyak dari orang-orang Bugis.
Sejak zaman dahulu, sangat banyak orang Bugis yang berkiprah di level nasional.
Keberhasilan Jusuf Kalla dua kali menjadi Wakil Presiden pada masa Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Jokowi periode sebelumnya, menjadi bukti betapa kuatnya persatuan di antara orang Bugis di Jakarta maupun di Sulawesi.
Karena belajar dari orang-orang Bugis inilah, saya sangat ingin mengenal lebih jauh sosok Teuku Riefky.
Tokoh muda nan elegan yang jarang tampil di media, tapi selalu unggul dalam pemilu di Aceh, dan terakhir dipercaya menjadi sekjen sebuah partai besar di Indonesia.
Rasa ingin kenal lebih dekat dengan beliau terus menggebu dalam hati.
Tapi apalah daya, jangankan foto bersama, jabat tanganpun dengan beliau belum pernah.
Rasanya ingin sekali mengucapkan langsung ungkapan selamat terpilih sebagai sekjend.
Semua itu hanya untuk rasa bangga saya sebagai orang Aceh.
Dengan harapan, ke depan masih ada yang bisa mengikuti rekam jejak politik beliau, menyusul seperti tokoh politik Aceh sebelumnya, seperti almarhum Ismail Hasan Muetaruem, Surya Paloh, dan H Rusli Bintang.
Bahkan, jika semua orang Aceh kompak seperti orang Bugis, bukan suatu hal yang mustahil jika Teuku Riefky Harsya bisa menjadi orang Aceh pertama yang menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Wallahuaklambissawab. Hanya Allah lah yang Maha Tahu dan Maha Berkehendak.
Banda Aceh 17 April 2020
* PENULIS adalah Anggota DPR Aceh dari Partai Amanat Nasional (PAN) daerah Pemilihan Kota Langsa dan Aceh Tamiang.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.