Artinya, hanya dalam beberapa hari (dari 18 April ke 24 April) hasil swabnya dari negatif berubah ke positif.
Hasil swab yang tidak konsisten seperti ini membingungkan pasien dan keluarganya.
Apalagi As sudah kembali ke kampung halamannya di Abdya dan merasa diri sudah sembuh total.
Tapi nyatanya, Jumat (24/4/2020) sore, As harus dijemput dari rumahnya untuk dibawa kembali ke RSUZA Banda Aceh.
• Miris, Usai Diperiksa Negatif Corona, Warga Pidie Status ODP Ditelantarkan. Harus Pulang Naik Ojek
Kali ini ia resmi diisolasi dan dirawat sebagai pasien positif corona.
Ketika hal itu ditanyakan secara spesifik kepada Direktur RSUZA, Dr dr Azharuddin SPOT
SpOT, K-Spine FICS, Jumat (24/4/2020) petang, ia menjawab, "Susah juga ya untuk dijelaskan."
Tapi yang pasti, lanjut Azhar, banyak faktor berkontribusi mengapa ada hasil pemeriksaan yang seperti ini: hasil rapid test positif, hasil swab negatif, dan ketika diswab ulang hasilnya positif.
Sebelumnya, 20 April lalu, Azhar menjelaskan agak lebih rinci kepada Serambines.com tentang hasil swab yang tak konsisten itu, karena ada seorang PDP di Buleleng, Bali, yang hasil swab-nya juga berubah-ubah.
Menurut Azhar, salah satu penyebab kenapa hasil swab dua versi itu terjadi bisa karena petugas yang mengambil spesimen swab pasien tersebut berbeda-beda orangnya.
"Untuk mengambil swab pasien sangatlah 'skill depends' sifatnya. Jika lokasi pengambilan tidak pas, juga bisa negatif hasilnya, menurut saya," kata Azhar.
"Dalam kasus lain, bisa saja memang lama (dirawat) baru negatif. Jadi, bukan kadang plus, kadang minus.
Yang jelas, apa yang saya sebutkan tadi salah satu parameter kenapa hasil swab seseorang berubah-ubah," ujar Azhar.
Penyebab lain bisa juga karena faktor terinfeksi kembali virus corona setelah dinyatakan sembuh.
BBC News Indonesia pada 23 Maret lalu melaporkan bahwa 14 persen pasien corona yang sudah sembuh dan pulang ke rumah, kembali positif terinfeksi corona.
Salah satunya adalah pria Jepang berusia 70 tahun.