Baksos Polri

Bocah Ulee Lheue Didera Lumpuh Layu, Diketahui Saat Baksos Ikaba Polri 2002 Polresta Banda Aceh

Penulis: Nasir Nurdin
Editor: Nasir Nurdin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aipda Khairul Fahmi melihat kondisi Mustajab, bocah 8 tahun yang didera penyakit lumpuh layu di Gampong Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh di sela-sela baksos Ikaba Polri 2002 Polresta Banda Aceh ke gampong tersebut, Sabtu (16/5/2020).

"Bagaimana kelanjutan derita bocah Mustajab, inilah yang harus kita jawab. Tentu, bukan  hanya dengan kata kasihan." 

Laporan Nasir Nurdin | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Pengurus dan anggota Ikatan Keluarga Besar Dikmaba Polri (Ikaba) 2002 Polresta Banda Aceh yang melakukan bakti sosial membantu warga miskin termasuk yang terimbas Covid-19, anak yatim, dan duafa mendapati seorang bocah 8 tahun di Gampong Ulee Lheueu, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh dalam kondisi kritis karena didera penyakit lumpuh layu.

Keberadaan sang bocah dengan penyakit yang menderanya disaksikan langsung oleh Pengurus dan anggota Ikaba Polri 2002 Polresta Banda Aceh saat turun menyalurkan sembako untuk masyarakat di desa-desa dalam Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, Sabtu (16/5/2020).

“Setelah menyalurkan bantuan untuk salah satu keluarga di desa tersebut, tiba-tiba kami melihat ke rumah di sebelahnya, pintunya agak terbuka, seorang ibu menyuapi anaknya yang terbaring sakit. Kami langsung ke rumah itu untuk memastikan apa yang terjadi,” kata Aipda Khairul Fahmi yang ikut dalam bakti sosial.

Di rumah yang berada di Jalan Panglima Sigli, Dusun Bawal, Gampong Ulee Lheue tersebut, Khairul Fahmi dan kawan-kawannya dihadapkan dengan pemandangan memilukan tentang seorang bocah bernama Mustajab yang terengah-engah melawan sakit. Kedua matanya sulit dibuka. Dia hanya mampu terbaring dengan tubuh yang semakin ringkih.

Selain pemandangan memilukan itu, Khairul Fahmi juga mendapat pengakuan dari kedua orangtua sang bocah, Dedek Arifin (38) dan Nur Ema yang mengatakan mereka belum pernah mendapat bantuan sembako atau apapun sejak corona mewabah.

Ketakutan Terhadap Virus Corona Meluas, Arab Saudi Siapkan Tim Khusus

Krueng Meurah Meluap, Rumah Warga Lam Ara Tunong Kuta Malaka Terendam

Obat Corona Dijual Bebas Bulan Agustus

“Saya kerja bangunan namun sejak wabah corona sangat kesulitan. Jangankan untuk mengobati anak saya, makan sehari-hari saja hampir tak bisa terpenuhi,” ujar Dedek kepada Khairul Fahmi.

Mustajab merupakan anak ketiga dari pasangan Dedek Arifin-Nur Ema. Yang sulung 13 tahun, kedua 12 tahun, dan yang bungsu lima tahun.

“Mustajab berusia delapan tahun. Menurut orangtuanya dia mengalami penyakit ini sejak umur lima tahun,” kata  Khairul Fachmi kepada Serambinews.com yang menghubunginya setelah cerita pilu tentang bocah itu dibagikannya ke sejumlah grup WhatsApp termasuk platform media sosial lainnya.

Dedek Arifin juga menceritakan, upaya untuk mengobati sang anak sudah dilakukan secara maksimal, bahkan sebuah rumah bantuan di Peukan Bada, Aceh Besar sudah dijualnya untuk menyembuhkan Mustajab.

Sekarang, lanjut Dedek, dia memiliki satu warisan dari ayahnya (kakek dari anak-anaknya) berupa mobil sedan BMW ’96 yang diamanahkan oleh sang kakek untuk biaya pengobatan Mustajab.

“Namun mobil ini pun tak kunjung ada pembelinya, padahal saya tak terlalu memikirkan berapa harganya, yang penting saya bisa gunakan uang itu untuk mengobati anak saya,” ujar Dedek Arifin sebagaimana juga dikutip oleh Azwir Nazar, founder Yayasan Cahaya Aceh yang ikut membagikan kisah pilu dari Ulee Lheue tersebut.

Baik Azwir maupun Khairul Fahmi bersama kawan-kawannya dari Ikaba 2002 Polresta Banda Aceh berharap ada solusi secepatnya untuk Mustajab. “Kondisi Mustajab terlihat semakin kritis yang seharusnya dia sudah ditangani secara medis,” kata Khairul.

Kecuali berharap solusi secepatnya untuk Mustajab, Ikaba 2002 Polresta Banda Aceh sudah menanggulangi kebutuhan sembako untuk Dedek Arifin yang selama ini diakuinya belum pernah diterima.

Ya, Ikaba 2002 Polresta Banda Aceh—melalui bakti sosial mereka—telah menyalurkan kebutuhan bahan pokok untuk Dedek Arifin dan keluarganya. Namun, bagaimana kelanjutan derita Mustajab, inilah yang harus kita jawab. Tentu, bukan hanya dengan kata kasihan. (*)

Berita Terkini