MUI Uji Halal Vaksin Covid-19 dari Tiongkok, Hasilnya Akan Keluar dalam Enam Bulan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang peneliti memperhatikan sel ginjal monyet yang akan diuji coba untuk mengobati pasien virus Corona, COVID-19 di Laboratorium Cells Culture Room, Sinovac Biotech, Beijing pada 29 April 2020

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Uji klinis vaksin covid-19 buatan Sinovac, perusahaan asal Tiongkok akan segera dilakukan di Indonesia. Namun banyak yang meragukan soal halal atau haram vaksin tersebut.

Terkait hal itu, Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) siap untuk melakukan pengujian terhadap vaksin. "Kami LPPOM MUI melakukan pemeriksaan apabila ada permintaan dari perusahaan untuk diperiksa sebagai salah satu tahapan proses untuk mendapatkan sertifikat halal," kata Plt Kepala Bidang Humas dan Kelembagaan LPPOM MUI, Ivon Widiahtuti, Selasa(28/7).

Wakil Direktur LPPOM MUI Osmena Gunawan menjelaskan nantinya uji soal halal dan haram vaksin covid 19 Sinovac tersebut akan memakan waktu hingga enam bulan.

"LPPOM MUI juga pernah uji vaksin buat haji, vaksin meningitis. Jadi dicek bahan-bahan yang digunakan, alur pekerjaannya seperti apa, berapa lama, kita lihat dulu,prosesnya 3 sampai 6 bulan," ujar dia.

Relawan

Terpisah, Komite Etik Penelitian Universitas Padjadjaran (Unpad) memberikan persetujuan pelaksanaan uji klinis vaksin Covid-19 tahap 3. Untuk itu, pembukaan pendaftaran relawan uji klinis resmi dibuka terhitung Senin (27/7) dan berakhir 31 Agustus 2020. "Benar, (Komite Etik) sudah (menyetujui)," ujar Ketua tim riset uji klinis vaksin Covid-19 Unpad Prof Kusnandi Rusmil.

Kusnandi menjelaskan, ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi calon peserta uji klinis. Yakni calon peserta merupakan orang dewasa berusia 18–59 tahun yang dinyatakan sehat. Sehat tidaknya kondisi calon peserta, sambung dia, dibuktikan dengan tidak mengalami penyakit ringan, sedang, atau berat. Kemudian tidak memiliki riwayat penyakit asma dan alergi terhadap vaksin, hingga tidak memiliki kelainan atau penyakit kronis seperti gangguan jantung, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, diabetes, penyakit ginjal dan hati, tumor, epilepsi atau penyakit gangguan syaraf lainnya.

Gugus Tugas Pusat Rilis Zonasi Risiko Covid-19 Aceh, Ini Kabupaten yang Aman

Banjir Rendam 5 Desa di Nagan Raya, BMKG Sebut Hujan Masih Potensi di Barat Selatan

Pelaksanaan Shalat Idul Adha Diserahkan ke Pimpinan Daerah Sesuai Zonasi Pandemi Covid-19

Kusnandi menjelaskan, calon peserta tidak memiliki kelainan darah atau riwayat pembekuan darah, tidak memiliki penyakit infeksi lain dan demam, serta tidak memiliki riwayat penyakit gangguan sistem imun. "Suhu tubuh calon pendaftar juga tidak boleh melebihi 37,5 derajat celcius," ujar dia.

Selanjutnya, calon peserta bukan merupakan wanita hamil atau berencana hamil selama periode penelitian, serta tidak sedang menyusui. Calon peserta juga tidak sedang ikut atau akan diikutsertakan dalam uji klinis lain.

Relawan juga harus mematuhi protokol kesehatan dan melakukan pembatasan fisik maupun sosial selama wabah pandemi Covid-19 serta dinyatakan tidak memiliki riwayat terinfeksi corona. "Calon peserta akan dilakukan tes terhadap usap tenggorokan (swab test) dan rapid test secara gratis untuk mengetahui apakah ada kemungkinan sedang atau pernah terinfeksi Covid-19," jelasnya. "Peserta tidak mendapat imunisasi apa pun dalam waktu 1 bulan ke belakang atau akan menerima vaksin lain dalam 1 bulan ke depan," tutur dia.

Syarat lainnya adalah calon peserta berdomisili di Kota Bandung dan tidak berencana pindah dari lokasi penelitian sebelum penelitian selesai dilaksanakan. Selain itu, sambung Kusnandi, dalam 14 hari sebelum dimulainya penelitian, peserta tidak memiliki riwayat kontak dengan pasien terinfeksi Covid-19. Kemudian, tidak memiliki riwayat kontak dengan pasien yang menunjukkan demam atau gejala sakit saluran pernapasan yang berdomisili di daerah atau komunitas yang terdampak Covid-19. "Serta tidak memiliki dua atau lebih kasus demam dan/atau gejala saluran pernapasan di daerah dengan lingkup kecil, seperti rumah, kantor, dan sekolah," tutur dia.

Pasien Covid-19 di Aceh Melonjak, Kasus Terbaru 22 Orang Positif Terinfeksi Hari Ini

4 Tenaga Kesehatan dan 2 Warga Bener Meriah Terkonfirmasi Positif Covid-19, Berdasarkan Hasil Swab

Pakar Virus Corona Arab Saudi Positif Covid-19, Terkenal di TV dan Media Sosial

Sebanyak 1.620 relawan dibutuhkan dalam proses uji klinis vakisin. Namun, tidak semua peserta akan disuntikkan vaksin. Sebanyak 540 orang akan disuntikkan vaksin, sedangkan sisanya akan mendapat cairan plasebo. Penentuan pemberian vaksin atau plasebo akan dilakukan secara acak. "Bagi yang menerima plasebo akan mendapatkan vaksin Covid-19 setelah vaksin didaftarkan," ujar Kusnandi.

Kesehatan peserta dipastikan tetap dipantau petugas penelitian secara teratur selama jalannya penelitian, atau sekitar 6 bulan setelah pemberian vaksin terakhir. Kusnandi memastikan, seluruh peserta dilindungi asuransi kesehatan. Ada pun pendaftaran relawan uji klinis dibuka hingga 31 Agustus 2020. Pendaftaran bisa dilakukan dengan menghubungi Unit Riset Klinis Departemen Ilmu Kesehatan Anak Lantai 1 RSUP Hasan Sadikin Bandung di telepon 022 – 2034471 atau whatsapp 08112214235.

Anggota DPR RI Fraksi PAN Guspardi Gaus, meminta pemerintah tidak menjadikan 1.620 orang sukarelawan sebagai 'kelinci percobaan' uji kilinis tahap tiga vaksin Corona dari Tiongkok. Guspardi mengatakan sejauh ini belum mendengar dan mendapatkan informasi tentang jaminan pemerintah kepada para sukarelawan itu.

"Bagaimana penanganan dan kebijakan pemerintah jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Di samping itu isu mengenai kehalalan produk vaksin Sinovac ini juga belum jelas dan tengah menjadi perbincangan di tengah masyarakat," kata Guspardi.

Legislator asal Sumbar ini mengaku tidak setuju jika uji klinis ketiga langsung diujicobakan ke masyarakat. Menurut Guspardi, seharusnya pemerintah mendapatkan informasi lengkap negara mana saja yang telah menggunakan vaksin Sinovac ini dan melakukan kajian terhadap hasil dan dampak vaksin tersebut.

"Jangan jadikan masyarakat sebagai kelinci percobaan. Lakukanlah dulu kajian mendalam dan komprehensif secara ilmiah terhadap bebagai aspek baik dari kandungan, terlebih lagi aspek kehalalan produk dan selanjunya akibat atau dampak dari vaksin tersebut," ujarnya.

Dari pada langsung melibatkan ribuan sukarelawan Indonesia untuk uji klinis vaksin sinovac ini, lebih baik lakukan riset dan kajian mendalam tentang vaksin itu dengan melibatkan berbagai pihak yang berkompeten.

"Libatkan beberapa perguruan tinggi dan lembaga yang berkompten lainnya. Uji kebenaran apakah benar vaksin ini sebagai upaya untuk menyehatkan atau menyembuhkan masyarakat dari covid-19. Jadi tidak perlu ada relawan hampir 2000 orang itu. Karena WHO sendiri belum mengatakan kalo vaksin dari China ini betul terbukti menangkal dan mencegah Covid -19," ujar Guspardi.

Tidak hanya itu , Guspardi juga mendesak agar pemerintah membuka isi kandungan vaksin Sinovac yang berasal dari Tiongkok ini. Sebab, mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim. Jadi harus jelas isi dan kandungan vaksin ini apakah berasal dari tanaman, binatang atau benda lainnya.

"Terutama kandungan apakah halal semuanya, karena kehalalan baksin ini adalah sesuatu hal yang tidak bisa dinafikan dan pelibatan MUI juga sangat diperlukan dalam pengembangan vaksin corona tersebut khususnya mengawal kaidah kehalalan vaksin sinovac ini," pungkas anggota Baleg DPR RI tersebut.

Ekstra Hati-hati

Munculnya banyak vaksin covid 19 dari berbagai versi menjadi sebuah kabar gembira sekaligus kekhawatiran. Masih banyak orang bertanya-tanya apa betul vaksin-vaksin tersebut aman dan menyembuhkan.

Karena itulah masyarakat kini sebaiknya bersikap ekstra hati-hati, tidak gegabah serta mengkritisi terkait potensi penemuan vaksin buat melawan virus covid 19. Sikap kehati-hatian dan kesabaran juga sangat penting meskipun penemuan vaksin amat mendesak buat membantu warga masyarakat.

"Maksudnya, selain dari sudut pandang psikologis penemuan vaksin sangat dibutuhkan saat ini maupun ketersediaannya, namun juga wajib tetap mempertimbangkan dari faktor keamanan bagi orang atau manusia yang akan mendapat vaksinasi. Tegasnya, dari aspek-aspek khususnya pengujian atau tahapan uji coba bertahap secara klinis atau kesehatan penggunaan vaksin jangan sampai terabaikan. Prinsip penggunaan vaksin dari sisi ilmiah juga mesti dijalankan secara baik dan benar," ujar Anggota DPR Marwan Jafar.

Mantan Menteri Desa-PDTT ini juga mengingatkan, agar terkait biaya vaksinasi nantinya bisa murah atau bahkan gratis terutama untuk kalangan rakyat atau warga masyarakat bawah. Artinya, harapan besar penggunaan vaksin benar-benar dapat memberikan manfaat untuk membantu warga masyarakat memperkuat tingkat kekebalan atau kesehatan tubuh seseorang dari paparan virus covid 19.

Sekilas buat menyegarkan ingatan, ada baiknya kita mengetahui apa itu vaksin sebenarnya. Vaksin adalah zat yang terbuat dari mikroba penyebab penyakit untuk membantu tubuh membangun kekebalan terhadap serangan penyakit.

Mikroba dalam kandungan vaksin adalah versi yang sudah mati atau dilemahkan. Beberapa vaksin hanya mengandung sebagian dari kuman penyakit.

Vaksin tertentu dapat terbuat dari racun atau protein yang biasanya diproduksi oleh kuman dan sudah dilemahkan. Setelah divaksinasi, seseorang akan mengembangkan kekebalan terhadap penyakit itu tanpa harus terpapar oleh biang penyakitnya terlebih dahulu.

Metode pemberian vaksin disebut dengan vaksinasi. Vaksinasi biasanya dilakukan di rumah sakit, klinik, atau puskesmas setempat. Manusia sejatinya memiliki sistem imun yang berfungsi untuk melawan organisme asing seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang masuk ke dalam tubuh.

Namun, sistem imun manusia mungkin tidak cukup siap atau kuat untuk melawan jenis penyakit tertentu. Vaksin sangat memegang peranan penting dalam pencegahan dari serangan virus penyakit. (tribun network/mam/kps/wly)

Berita Terkini