Rakit penyeberangan dari bahan drum tersebut sangat riskan terjadi peristiwa kecelakaan, terutama ketika terjadi luapan aliran sungai besar yang dibagian hulu dinamakan Krueng Babahrot itu.
Kendati riskan, rakit penyeberangan Krueng Teukuh setiap hari melayani jasa penyeberangan ratusan warga Abdya menggunakan sepeda motor, menuju lokasi area perkebunan rakyat di seberang Krueng Teukuh (Desa Lama Tuha).
Lokasi perkebunan rakyat ini lebih dekat dijangkau dari Desa Pulau Kayu dan Desa Ujong Padang, Kecamatan Susoh, meskipun harus menggunakan rakit penyeberangan di lokasi Krueng Teukuh.
Jika menggunakan kendaraan roda empat (mobil), lokasi tersebut bisa dijangkau melalui jalan melingkar yang jaraknya puluhan kilomter, yaitu dari Desa Pasar Pantee Rakyat menuju Cot Seumantok, Kecamatan Babahrot tembus Jalan 30 ke Pelabuhan Teluk Surin, Kecamatan Kuala Batee.
Artinya, pembangunan jembatan rangka baja Krueng Teukuh akan membebaskan masyarakat petani dari era rakit penyeberangan yang sudah dilalui bertahun-tahun.
Berdasarkan catatan Serambinews.com, pembangunan jembatan Krueng Teukuh pernah dilaksanakan tahun 2016 dengan nilai sekitar Rp 7,1 miliar sumber APBK Abdya.
Namun, sebelum pemasangan rangka baja sepanjang 60 meter tuntas dilaksanakan, jembatan tersebut ambruk diterjang banjir pada 23 Agustus 2016.
Rangka baja yang sudah jatuh ke dalam aliran Krueng Teukuh akhirnya tidak berhasil diangkat, meskipun sudah dikerahkan alat khusus ke lokasi.(*)
• Pospera Apresiasi Langkah Cepat Kejari Abdya Lirik ‘Aksi Sulap’ SPPD di Sekretariat DPRK
• Dinas PUPR Abdya tak Bisa Bangun Jalan Guhang-Blangpidie, Hanya Bisa Tambal Sulam, Ini Penyebabnya
• Kejari Abdya Mulai Lirik Dugaan Sulap SPPD di Sekretariat DPRK Abdya