Jenderal TNI Abdul Haris Nasution berhasil meloloskan diri walau kakinya terkena peluru.
• Bocor, Inilah Dokumen Rahasia yang Dirilis Amerika Soal Pembantaian PKI di Indonesia, Ini Bunyinya
Sosok Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) (Purn) Soekitman menjadi saksi hidup sejarah kekejaman PKI pada Jumat dini hari, tepatnya 1 Oktober 1965.
Dalam ceritanya yang diunggah akun Youtube Kurator Museum, pada 31 Juli 2020 yang berjudul “Wawanca Eksklusif AKBP (Purn) Soekitman”, ia adalah salah satu saksi penculikan dan pembunuhan terhadap jenderal TNI.
Pada Kamis (30/9/1965) malam, ia diperitahkan untuk menjaga keamanan di Wisma Iskandarsyah, Jakarta Selatan.
Soekitman ditugaskan bersama rekannya, Agen Polisi Tingkat II Soetarsoe untuk berpatroli di kawasan itu.
1 Oktober 1965, Jumat dini hari, Soekitman mendengar seretentan tembakan senjata.
Ia bergegas menuju sumber suara letusan senjata dengan mengendari sepeda dengan senjatanya.
Setibanya di ujung Jalan Iskandarsyah, ia diminta untuk turun dari sepeda dan membuang senjatanya oleh gerombolan orang bersenjata.
“Saya angkat tangan dengan todongan senjata dari kiri, kanan, belakang. Kemudian saya didorong, diseret dan dilemparkan ke dalam mobil,” ujar Soekitman.
Ia kemudian dibawa oleh kelompok itu ke sebuah tempat yang tak ia kenali.
“Seluruh kendaraan berhenti dan semuanya turun. Ikatan mata dan tangan saya dibuka,” katanya.
Saat dirinya diseret menuju tenda oleh kelompok besenjata itu, Soekitman mendengar ucapan “Yani wis dipateni” (Yani telah di bunuh).
Yani adalah sosok Jenderal TNI Ahmad Yani, yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi.
• Kisah Burhan Kapak, Berani Bantai Orang Komunis Usai G30S/PKI, Tekad Membunuh Sebelum Dibunuh
Di dalam tenda, ia melihat sejumlah orang dengan mata tertutup dan terikat.
Ia tak mengenali orang-orang tersebut, karena suasana remang-remang dan matahari belum terbit.