SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Di tengah berlangsungnya KTT ASEAN ke-37 di Vietnam hingga akhir pekan ini, para ahli meminta ASEAN tetap menjaga netralitasnya di tengah persaingan antara Amerika Serikat dan China untuk mendapatkan pengaruh di kawasan Asia Tenggara.
Dinna Prapto Raharja, praktisi dan pengajar Hubungan Internasional dari Synergy Policies mewanti-wanti agar ASEAN tetap mengantisipasi perselisihan antara China-AS, meskipun pemerintahan AS telah berganti dari Donald Trump ke Joe Biden.
Menurut Dinna, Joe Biden akan membawa AS mendekati kepada para sekutu negeri Paman Sam di kawasan seperti Jepang dan Austalia.
Sedangkan di sisi lain, China akan tetap menjalankan strategi politik ekonomi dengan menguasai akses pasar dunia, menjadi investor utama dunia, dan menjadi terdepan dalam bidang teknologi, termasuk teknologi pertahanan dan keamanan.
“Jadi meskipun AS akan lebih sering mengajak dialog ASEAN, bukan berarti friksi AS dan China akan berkurang,” ujar Dinna pada Kamis (12/11/2020).
Dinna mengatakan ASEAN secara politik ingin tetap tampil solid karena penting untuk menjaga imej organisasi.
Namun dalam realitanya, kata Dinna, negara-negara ASEAN tetap berjalan sendiri-sendiri untuk urusan ekonomi dan enggan diatur oleh negara anggota lain.
“Urusan militer juga pada dasarnya jalan sendiri-sendiri,” ucap Dinna.
Dalam pembukaan KTT ASEAN ke-37 di Hanoi yang digelar secara daring, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc menyampaikan bahwa ASEAN telah meminta agar pembahasan Code of Conduct (CoC) atau kode etik Laut China Selatan dapat sejalan dengan hukum internasional dalam UNCLOS 1982.
Nguyen mengatakan ASEAN konsisten dan berkomitmen kuat memastikan perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
“Kami mendukung UNCLOS 1982 sebagai kerangka kerja untuk semua aktivitas di laut,” kata Nguyen dalam KTT yang dihadiri seluruh kepala negara ASEAN dari masing-masing negaranya.
Untuk itu, Nguyen meminta pembahasan CoC dapat berjalan secara efektif dan substantif sejalan dengan hukum internasional dan UNCLOS.
Negara-negara ASEAN dan China menyelesaikan pembacaan pertama draf kode etik pada 2019, sementara tiga draf lainnya masih dalam perencanaan.
Kode etik ini ditargetkan rampung pada 2021 untuk menyelesaikan konflik di wilayah laut yang kaya sumber daya alam itu.
Baca juga: Ketegangan AS-China Dapat Memicu Perang Dunia 3, ASEAN Bisa Terseret
Baca juga: Lanjutkan Ekspansionis, Setelah ASEAN dan India, Cina Siap Konfrontasi Lagi Perbatasan dengan Bhutan
Baca juga: Lembaga di AS Ungkap Misi Tiongkok di Laut China Selatan, Indonesia dan Negara Asean Harus Waspada
Sementara, Singapura sebagai negara mitra dagang terbesar AS di Asia Tenggara, menyuarakan harapan meningkatkan hubungan bilateral dengan terpilihnya Biden sebagai Presiden AS.