Sementara Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan RCEP mengakui akan memberikan peluang peningkatan ekspor barang dan jasa serta investasi.
“Tapi, peluang ini bukan pemberian. Harus ada strategi yang dipersiapkan,” jelas Faisal kepada Anadolu Agency.
Dia mengatakan strategi tersebut diperlukan karena perjanjian kerja sama tersebut juga memiliki tantangan pada meningkatnya arus impor dari negara-negara anggota RCEP.
Faisal mengatakan pemerintah perlu menyingkronisasi strategi menghadapi RCEP kepada pelaku usaha hingga pemerintah daerah.
“Sosialisasi yang perlu dilakukan pemerintah tidak hanya terkait manfaat dan peluang RCEP saja, tapi juga termasuk item apa yang disepakati, konsekuensinya, penyesuaian kebijakan, manpower, dan lainnya,” urai Faisal.
Dia menambahkan pemerintah perlu merangkul dunia usaha agar bisa mengikuti strategi dalam menangkap peluang dalam RCEP.
“Ini harus lintas sektoral karena melibatkan banyak kementerian teknis lainnya,” tambah Faisal.
Dia mengatakan pemerintah harus mengambil pelajaran dari implementasi ASEAN–China Free Trade Agreement, yang membuat neraca perdagangan Indonesia dengan China mengalami defisit besar.
Kondisi serupa juga dialami oleh negara-negara ASEAN lainnya yang justru akan kebanjiran banyak produk impor dari China.(AnadoluAgency)
Baca juga: VIDEO VIRAL Video Bapak-bapak Jago Main TikTok, Belajar Dance Secara Autodidak sejak SD
Baca juga: Sah Jadi Suami Istri, Sule Malah Tak Bisa Tidur, Sule Akui Nathalie Sangat Luar Biasa
Baca juga: Saat Ayah Titipkan Pesan di Secarik Kertas, Sekeluarga tak Bisa Temui Saat Ajal Menjemput