Luar Negeri

Militer dan Polisi Myanmar Ancam dan Takuti Pengunjuk Rasa Melalui TikTok

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Mursal Ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi berlari menuju pengunjuk rasa untuk membubarkan demonstrasi yang menentang kudeta militer di Yangon pada 3 Maret 2021.

Banyaknya rakyat Myanmar yang melakukan protes, membuat militer dan polisi negara itu menebar ketakuan yang disertai ancaman di media sosial.

SERAMBINEWS.COM – Situasi di Myanmar kini tengah memanas, di mana jutaan penduduk turun ke jalan melakukan protes.

Protes itu dilakukan sebagai bentuk kudeta oleh junta militer Myanmar pada 1 Februari 2021.

Di mana para pemrotes meminta junta militer membebaskan sejumlah pejabat, termasuk Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokrasi.

Banyaknya rakyat Myanmar yang melakukan protes, membuat militer dan polisi negara itu menebar ketakuan yang disertai ancaman.

Amerika Serikat pada Rabu (3/3/2021) mengatakan pihaknya terkejut dengan kekerasan mematikan militer Myanmar. (Anadolu Agency)

Tentara dan polisi Myanmar yang bersenjata menggunakan TikTok untuk menyampaikan ancaman pembunuhan kepada pengunjuk rasa.

Para  pengamat meminta dengan segera kepada aplikasi besutan China itu untuk menghapus konten yang memicu kekerasan.

Baca juga: Pemimpin Junta Militer Myanmar Siap Terima Sanksi dan Isolasi Dunia, Masih Ada China dan Rusia

Baca juga: Amerika Serikat Desak China Ambil Peran untuk Akhiri Pertumpahan Darah dan Kudeta di Myanmar

Baca juga: Militer Myanmar Makin Brutal, Tembak Pendemo dari Jarak dekat dan Pakai Peluru Tajam

Kelompok hak digital Myanmar ICT for Development (MIDO) mengatakan telah menemukan lebih dari 800 video pro-militer yang mengancam pengunjuk rasa.

Video TikTok itu semakin banyak diunggah pada saat protes penumpahan darah terus meningkat.

Di mana laporan menurut PBB menyebut sebanyak 38 pengunjuk rasa telah tewas dalam protes itu, Rabu (3/3/2021).

"Itu hanya puncak gunung es," kata direktur eksekutif MIDO, Htaike Htaike Aung, dikutip dari Reuters, Jumat (5/3/2021).

Pendemo Myanmar berlarian menyelamatkan diri dari tembakan polisi, saat berdemonstrasi menentang kudeta militer di Naypyidaw, pada Sabtu (26/2/2021). ((STR/AFP))

Ia mengatakan ada ratusan video yang dilakukan tentara dan polisi berseragam untuk menebarkan ancaman di aplikasi TikTok itu.

Seorang juru bicara tentara dan junta tidak berkomentar apapun terkait video pengancaman itu yang diduga dari pihaknya.

Sebuah video menunjukkan seorang pria berseragam tentara mengarahkan senapan serbu ke kamera.

Baca juga: Militer Myanmar Makin Brutal, Tembak Pendemo dari Jarak dekat dan Pakai Peluru Tajam

Baca juga: Amerika Serikat Kutuk Kekerasan Militer Myanmar Terhadap Demonstran, Ajak Negara Lain Bersuara

Di depan kamera, ia memberikan pesan ancaman kepada pengunjuk rasa.

"Saya akan menembak di wajah sialan Anda dan saya akan menggunakan peluru sungguhan," katanya.

"Saya akan berpatroli di seluruh kota malam ini dan saya akan menembak siapa pun yang saya lihat. Jika Anda ingin menjadi militer, saya akan memenuhi keinginan Anda," sambungnya.

Namun, pengguna tersebut tidak dihubungi.

Sementara itu pria berseragam lainnya yang muncul di video TikTok.

Ketika dilakukan penelusuran oleh Reuters, ada lebih dari puluhan  video di mana pria berseragam mengacungkan senjata ke kamera.

Baca juga: Sosok Gadis 19 Tahun Tewas Ditembak di Kepala oleh Militer Myanmar, Ribuan Pelayat Hadiri Pemakaman

Baca juga: 18 Pendemo Tewas Ditembak di Myanmar, Disebut Hari Terkelam Sejak Kudeta Militer 

Mereka mengancam akan melukai pengunjuk rasa yang menyerukan pembatalan kudeta dan pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Beberapa video telah dilihat puluhan ribu kali.

Beberapa video ada yang menggunakan tagar, yang berkaitan dengan selebriti AS.

Aplikasi TikTok telah mengalami peningkatan unduhan yang pesat setelah militer melarang Facebook bulan lalu. 

Pengunduhan itu masuk dalam 20 aplikasi yang paling banyak diunduh di Myanmar.

Aplikasi itu juga menjadi populer di kalangan aktivis muda, dengan tagar protes #SaveMyanmar mencapai 805 juta tayangan.

Baca juga: Ini Para Jenderal Myanmar yang Kena Sanksi Amerika Serikat Akibat Kudeta Militer 

Baca juga: Dinilai Dukung Diktator, Ratusan Demonstran Myanmar Mengutuk Indonesia: Berhenti Negosiasi!

Facebook, yang tetap populer di Myanmar meskipun ada larangan, telah memperketat pengawasan kontennya sejak dituduh membantu mengipasi kekejaman terhadap minoritas Muslim Rohingya pada tahun 2017.

Peneliti seperti Htaike mengatakan mereka yakin militer sekarang berusaha untuk mengembangkan kehadirannya di platform lain. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Baca Juga Lainnya:

Baca juga: Video Ayah Penggal Kepala Putrinya Berusia 17 Tahun, Pelaku Bawa Kepalanya ke Kantor Polisi

Baca juga: Bupati Bireuen Ingatkan SKPK, Pembangunan tidak Boleh Merusak Lingkungan

Baca juga: Mobil Kamera Google Street Menangkap Gambar ‘Pembunuhan’ Menggunakan Cangkul Batu, Ini Faktanya

Baca juga: Ikan Asin Tidak Dibuang Kotoran Perutnya, Apakah Seluruh Dagingnya Jadi Najis? Begini Penjelasan UAS

Berita Terkini