Kepala Dusun IV, Desa Dalu X B, Darminto mengatakan, berdasarkan informasi yang diperolehnya dari polisi, MY sudah ditangkap empat hari lalu. Ia mengatakan MY merupakan warga pendatang yang sudah empat tahun menyewa rumah di Dusun IV. "Dia (MY) di sini menyewa (rumah). Kalau asal usulnya dari (Kecamatan) Galang," kata Darminto.
Ditanya mengenai sosok MY, Darminto mengakui MY sering salat ke masjid. Darminto pun tidak menyangka jika MY dicari-cari petugas. "Saya ikut mendampingi polisi yang melakukan penggeledahan, ada tiga kardus juga barang yang disita seperti buku-buku dan ada juga senjata tajam," kata Darminto.
Saat penggeledahan, MY tidak berada di rumah. Di dalam rumah saat itu hanya ada istri dan dua anaknya.
"Anaknya empat, tapi dua di pesantren, dua di rumah yang kecil. Kemarin ada satu jam polisi melakukan penggeledahan. Kalau dari polisi katanya sudah ketangkap, makanya rumahnya digeledah. Tapi pastinya saya enggak tau jugalah," kata Darminto.
Meski polisi mengatakan MY sudah ditangkap, namun warga lain mengaku sempat melihat MY diantar oleh istrinya dengan menaiki sepeda motor. Diduga MY kabur lantaran tahu bakal diamankan petugas.
Berkaitan dengan penangkapan ini, Polda Sumut memilih bungkam. Polda Sumut mengatakan informasi soal penangkapan terduga teroris akan disampaikan oleh Mabes Polri.
Sementara itu Karopenmas Mabes Polri Brigjen Rusdi Hartono mengatakan, selain di Sumatera Utara, Densus 88 juga menangkap terduga teroris di Jakarta dan Sumatera Barat. Total ada 22 orang terduga teroris yang ditangkap dalam sepekan terakhir.
Baca juga: Kepala FBI Christopher Wray Ungkap Kasus Terorisme Melonjak Tajam, Supremasi Kulit Putih Meningkat
Rusdi menyampaikan 4 orang terduga teroris ditangkap pada Rabu (24/3) kemarin. "Di Sumut itu ada 14 orang dikembangkan dan informasi terakhir untuk Sumut sampai hari ini diamankan lagi 4 orang terduga terorisme. Jadi seluruhnya di Sumut berjumlah 18 orang," kata Rusdi di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (24/3).
Rusdi juga membenarkan sempat mengamankan 31 kotak amal sebagai barang bukti saat kegiatan senyap penangkapan 18 terduga teroris di Sumatera Utara (Sumut) tersebut. Kotak amal tersebut tersebar di 13 titik di seluruh penjuru wilayah Sumut. Menurut Rusdi, kotak amal tersebut terkait dengan sumber dana jaringan Jamaah Islamiah (JI).
"Iya terkait dengan jaringan Jamaah Islamiah," tukas dia.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono sebelumnya menyampaikan bahwa total masih ada 6.000 orang tergabung dalam jaringan organisasi teroris jamaah Islamiyah (JI) yang masih aktif di Indonesia. "Dari penjelasan beberapa tersangka, sekitar 6.000 jaringan JI masih aktif. Ini menjadi perhatian kami," kata Argo di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (18/12).
Ia menyebut organisasi terorisme Jamaah Islamiyah (JI) mewajibkan kepada anggotanya yang memiliki pekerjaan tetap untuk menyisihkan pendapatannya sebesar 5 persen. Menurut Argo, uang itu diberikan anggotanya kepada JI pusat setiap bulannya. Dana itulah yang kemudian menjadi salah satu pemasukan dari organisasi JI dalam melakukan kegiatan terorismenya.
"Anggota JI kan banyak ya profesinya. Ada penjual bebek, pisang goreng. 5% (pendapatan) itu disisihkan kemudian dikirim ke JI pusat," jelas dia.
Namun demikian, Argo menyampaikan ada dua tempat lain yang menjadi sumber pendanaan organisasi JI.
Di antaranya, kotak amal yang disebar di berbagai lokasi hingga dari yayasan yang di bawah naungan JI.