1. Taufik tendang lemari pelampung
Saat kejadian, banyak penumpang panik karena tidak ada pemberitahuan atau peringatan bahwa kapal akan tenggelam.
Hal ini dialami Taufik, warga Kabupaten Jember yang hendak ke Denpasar, Bali.
"Saat itu orang-orang bingung karena tidak ada peringatan apapun. Seperti sirine atau apa tidak ada. Saya hanya melihat petugasnya lari-lari," kata Taufik.
Banyak penumpang panik karena kapal tiba-tiba terus miring ke kiri dan akhirnya terbalik.
"Saya mendengar orang berteriak pakai pelampung. Saya cari di lemari tapi tidak bisa dibuka oleh petugasnya.
Saya tendang saja lemarinya akhirnya bisa dibuka dan saya dapat pelampung," tutur Taufik.
"Saat itu saya hanya berpikir bagaimana caranya selamat," imbuhnya.
Kapal terus miring ke kiri hingga akhirnya Taufik memberanikan diri untuk keluar dari kapal.
Setelah kapal terbalik banyak penumpang yang terapung di laut dalam keadaan gelap.
2. Sukro 20 menit terapung di laut
Situasi ini juga dirasakan Sukro (44) warga Srono, Kabupaten Banyuwangi.
Menurut Sukro, saat kapal miring dirinya sempat mengambil pelampung dan langsung meloncat ke laut.
Dia mengaku hampir 30 menit terapung di laut hingga akhirnya ditolong oleh kapal lain.
"Sekitar setengah jam saya terapung, hingga akhirnya ada kapal lewat, saya teriak minta tolong.
Alhamdulillah saya bersyukur masih diberi keselamatan," pungkasnya.
3. Usniadi pakai ember selamatkan 2 orang
Terpisah, Usniadi, menceritakan peristiwa nahas yang menimpa kapal yang ditumpanginya.
Usniadi menuturkan, tidak ada tanda-tanda maupun pemberitahuan sebelum kapal tenggelam.
Ia baru saja menyelesaikan salat maghrib saat menyadari kapal dalam kondisi miring setelah ada suara seperti mesin yang mau mati.
Secepatnya ia bergerak naik ke atas kapal.
Detik-detik sebelum melompat ke tengah laut, ia sempat terseok-seok dan mencoba mengambil baju pelampung untuk menyelamatkan diri.
Suasana di dalam kapal mencekam, sebab semua berupaya menyelamatkan diri.
Pelampung berserakan dilempar ke laut.
“Jadi pelampung berserakan dibuang ke lautan. Saat itu meski kapal sepertinya mati. Karena sempat di tengah laut sebelum miring kapal sempat dudut dudut, begitu,” ucapnya.
Tanpa berpikir panjang, ia lalu menceburkan diri ke laut.
“Saya terjun ke lautan lalu berenang menuju arah Pelabuhan Gilimanuk,” ungkapnya.
Saat terjun ke lautan itu ia menyadari keberadaannya cukup jauh dari daratan.
Namun, ia tetap berenang dengan sekuat tenaga.
Dalam proses menyelamatkan diri tersebut, ia menemukan sebuah ember.
Sambil renang di tengah laut, ia mengikat ember tersebut sebagai pelampung dan melanjutkan usahanya mencapai daratan.
Ia kemudian bertemu dengan seorang anak kecil korban kapal tenggelam yang juga berusaha menyelamatkan diri.
Bersyukur anak tersebut sudah membawa pelampung, sehingga lebih mudah bagi dirinya untuk membantu bersama-sama menuju ke darat.
Setelah itu, ia kembali berenang dan bertemu dengan seorang perempuan yang meminta tolong sebab tidak bisa berenang.
Akhirnya perempuan tersebut juga diikat di badannya.
Mereka pun terombang-ambing di tengah laut menuju ke darat.
Ia menuturkan suasana sangat mencekam terombang-ambing di tengah ombak.
“Saat itu berada di tengah laut. Jadi ngelihat ombak itu seperti gunung (tinggi). Akhirnya saja diselamatkan nelayan sekitar sejam (terombang-ambing di tengah laut),” bebernya.
Dua orang yang coba diselamatkannya tersebut, salah satunya adalah Aurel usia 11 tahun.
Seorang lagi adalah perempuan asal Kelurahan Loloan, Jembrana. (Serambinews.com/ Kompas.com/ TribunBali)
Baca juga: CPNS 2021 Dibuka Hari Ini, Catat Jadwal Lengkap Seleksi CPNS dan PPPK 2021
Baca juga: Ketua DPRK Agara Apresiasi Pembangunan Lapangan Tenis
Baca juga: Dibuka Mulai 30 Juni, Simak Alur Sistem Seleksi Calon ASN Jalur PPPK Guru 2021, Ada Tiga Kesempatan