Hal ini dikarenakan keberadaan dayah tersebut yang berada ditengah pemukiman warga Kemukiman Cubo itu menjadi perhatian penuh dari masyarakat.
Maka tidak heran dalam setiap hari tiga kaum Nyak-nyak atau ibu-ibu dengan bergantian shift mendermakan jasa untuk memasak tanpa mengharapkan jerih sedikitpun dari dayah.
Demikian halnya 10 para dewan guru baik ustaz dan ustazah yang eksis menderma ilmu dengan menerima jerih paling minim.
"Sejak berdirinya dayah ini pada 2007 lalu kami mengeluarkan dana operasional secara bertahap bagi para dewan guru untuk setiap tahunnya Rp 12 juta dan ini artinya setiap bulan para ustaz hanya menerima jerih Rp 100.000 namun ini bukanlah terfokus pada finansial akan tetapi padaorientasi tasi ibadah," jelasnya.
Soal penginapan santri sampai saat ini tergolong over kapasitas.
Pihak dayah menfungsikan bangunan rumah Aceh sebagai tempat tinggal santri putra dengan desain lantai dasar dan atas (dua) sebagai tempat tidur. Sedangkan santriwati dengan bangunan bilik (kamar) sederhana kayu yang telah di skad.
"Memang sederhana namun kami juga bercita-cita untuk terus mengembangkan dayah ini seiring dengan pertumbuhan santri,"ungkapnya. (*)