SERAMBINEWS.COM - Salah satu gangguan kesehatan yang terjadi pada organ intim wanita ialah radang vagina.
Dalam istilah medis, gangguan kesehatan ini disebut dengan vaginitis.
Ini juga merupakan suatu kondisi umum yang kebanyakan dialami wanita sekali dalam hidupnya.
Vaginitis sendiri merupakan istilah yang mengacu berbagai gangguan pada organ intim wanita, yang mengakibatkan peradangan atau infeksi.
Dilansir dari Mayo Clinic, peradangan atau infeksi ini dapat membuat organ intim wanita terasa gatal, nyeri hingga mengeluarkan cairan atau keputihan yang tidak biasa.
Penyebabnya biasa karena perubahan keseimbangan normal bakteri vagina atau karena infeksi jamur.
Berkurangnya kadar estrogen setelah menopause dan beberapa gangguan kulit juga dapat menyebabkan vaginitis.
Baca juga: Begini 7 Tips Mudah Menjaga Kesehatan Organ Intim Kewanitaan, Hindari Pakai Spons Mandi
Baca juga: Bisa Berbeda Tergantung Jenis, Ini Gejala Gangguan Kesehatan Organ Kewanitaan dan Cara Mengobatinya
Gejala radang vagina
Vaginitis bisa menimbulkan gejala yang berbeda-beda, tergantung pada jenis infeksinya.
Melansir Mayo Clinic, ada 3 jenis vaginitis yang paling umum dialami oleh wanita, yaitu vaginosis bakterial, Infeksi ragi, dan Trikomoniasis.
Beberapa gejala yang biasanya dirasakan oleh wanita jika organ intimnya mengalami peradangan antara lain:
- Perubahan warna, bau atau jumlah cairan dari vagina
- Vagina terasa gatal atau iritasi
- Sakit saat berhubungan
- Terasa sakit saat buang air kecil
- Pendarahan ringan atau muncul bercak darah.
Sementara itu, keputihan juga bisa menunjukkan gejala vaginitis.
Baca juga: Wanita Jangan Cemas, Berikut Tips Alami Mengatasi Keputihan, Resepnya Pakai Akar Alang-alang
Jika mengalami keputihan yang tak biasa dialami kebanyakan wanita pada umumnya, karakteristik keputihan di bawah ini bisa saja menunjukkan salah satu jenis penyakit radang vagina.
- Vaginosis bakteri : keputihan akibat vaginosis bakteri biasa berwarna putih keabu-abuan dan berbau busuk. Bau, sering digambarkan sebagai bau amis, mungkin lebih jelas setelah hubungan seksual.
- Infeksi ragi: keputihan akibat infeksi ragi biasanya kental seperti keju cottage, berwarna putih dan cenderung tidak berbau.
- Trikomoniasis : keputihan akibat infeksi ini sering berbau apek, berwarna kuning kehijauan dan terkadang berbusa.
Penyebab
Penyebab radang vagina juga tergantung pada jenis vaginitis yang dialami.
- Vaginosis bakteri
Penyebab paling umum dari vaginitis jenis ini adalah hasil dari perubahan bakteri normal yang ditemukan di vagina.
Misalnya salah satu di antaranya mengalami pertumbuhan berlebih dari beberapa organisme lain.
Jenis bakteri yang biasanya ditemukan di vagina (lactobacilli) kalah jumlah dengan bakteri lain (anaerob) di vagina.
Jika bakteri anaerob menjadi terlalu banyak, mereka mengganggu keseimbangan, menyebabkan vaginosis bakteri.
Jenis vaginitis ini tampaknya terkait dengan hubungan seksual, terutama jika wanita memiliki banyak pasangan seks atau pasangan seks baru.
Baca juga: Bisakah Air Panas Bunuh Bakteri Penyebab Pilek Pada Organ Intim? Begini Penjelasan Ahli
Disamping itu, radang vagina ini juga bisa terjadi pada wanita yang tidak aktif secara seksual.
- Infeksi ragi
Radang jenis ini terjadi ketika ada pertumbuhan berlebih dari organisme jamur.
Biasanya ini disebabkan oleh jamur jenis C. albicans yang ada di vagina.
Bukan hanya di organ intim wanita, C. albicans juga bisa menyebabkan infeksi di bagian tubuh lain yang lembab, seperti di mulut (sariawan), lipatan kulit, dan dasar kuku.
- Trikomoniasis
Infeksi menular seksual yang umum ini disebabkan oleh parasit bersel satu mikroskopis yang disebut Trichomonas vaginalis.
Organisme ini menyebar selama hubungan seksual dengan seseorang yang memiliki infeksi.
Pada pria, organisme ini biasanya menginfeksi saluran kemih, tetapi seringkali tidak menimbulkan gejala.
Pada wanita, trikomoniasis biasanya menginfeksi vagina, dan dapat menyebabkan gejala.
Ini juga meningkatkan risiko wanita terkena infeksi menular seksual lainnya.
- Vaginitis tidak menular
Penggunaan semprotan vagina, douche, sabun wangi, deterjen wangi dan produk spermisida dapat menyebabkan reaksi alergi atau mengiritasi jaringan vulva dan vagina.
Benda asing, seperti kertas tisu atau tampon yang terlupakan, di dalam vagina juga dapat mengiritasi jaringan vagina.
- Sindrom genitourinari menopause (atrofi vagina)
Penurunan kadar estrogen setelah menopause atau operasi pengangkatan indung telur dapat menyebabkan lapisan vagina menipis.
Sehingga bisa menyebabkan iritasi, rasa terbakar, dan kekeringan pada vagina.
Baca juga: 7 Perbedaan Warna Keputihan Saat Hamil, Waspada Merah Jambu Bisa Menandakan Keguguran
Faktor risiko
Sementara itu, faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena vaginitis meliputi:
- Perubahan hormonal, seperti yang berhubungan dengan kehamilan, pil KB atau menopause
- Aktivitas seksual
- Mengalami infeksi menular seksual
- Obat-obatan, seperti antibiotik dan steroid
- Penggunaan spermisida untuk pengendalian kelahiran
- Diabetes yang tidak terkontrol
- Penggunaan produk kebersihan seperti mandi busa, semprotan vagina atau deodoran vagina
- Mencuci
- Mengenakan pakaian yang lembap atau ketat
- Menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) untuk pengendalian kelahiran
Cara mengobati radang vagina
Kunci pengobatan vaginitis yang tepat adalah dengan cara diagnosis akar penyebab masalah kesehatan ini.
Gangguan kesehatan ini memang tidak selalu mudah dideteksi karena gejala yang sama dapat muncul dalam berbagai bentuk vaginitis.
Memperhatikan setiap gejalanya dengan cermat, seperti deskripsi warna, konsistensi, jumlah, dan bau dari keputihan yang tidak normal serta kapan gejalanya ini mulai muncul dapat membantu petugas kesehatan mendiagnosis masalah ini.
Tindakan kebersihan ini juga dapat mencegah beberapa jenis vaginitis berulang dan dapat meredakan beberapa gejala.
- Hindari mandi dalam bak air panas dan spa pusaran air.
- Hindari penggunaan tampon beraroma, pembalut, douche dan sabun beraroma.
- Jangan gunakan sabun yang keras, seperti yang mengandung deodoran atau antibakteri, atau mandi busa.
- Keringkan area genital luar setelah mandi dengan baik untuk mencegah iritasi.
- Lap dari arah depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Melakukan hal itu menghindari penyebaran bakteri tinja ke vagina.
- Gunakan kondom lateks. Kondom lateks dapat membantu menghindari infeksi yang disebarkan melalui kontak seksual.
- Kenakan pakaian dalam berbahan katun.
(Serambinews.com/Yeni Hardika)