Internasional

Perang Drone Berkobar, AS Jatuhkan Sanksi Baru Terhadap Perusahaan China, Penyadapan Data Meluas

Editor: M Nur Pakar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pesawat Drone milik Amerika Serikat

China menekan DJI untuk melakukan delisting tak lama setelah meluncurkan daftar perusahaan China terbesar sejak Alibaba pada 2014.

Sehingga, memungkinkan penguraian dari raksasa properti Evergrande, yang gagal membayar utang yang dipegang oleh investor asing.

Langkah-langkah itu tampaknya menjadi bagian dari benteng melawan kekuatan asing yang tidak dipercaya, ujar Bruce.

"Baiklah, mari kita tutup pintu kita ke Cina juga," kata Henry Olsen dalam Washington Post.

Bahkan, jika itu merugikan keuntungan perusahaan dalam jangka pendek.

Baca juga: Israel Minta Kerjasama dengan Mitra Arab, Hancurkan Dua Pangkalan Drone Iran

Perusahaan-perusahaan AS mulai menyensor sendiri apa pun yang mungkin menyinggung Partai Komunis China.

Baru-baru ini dilaporkan, Apple diam-diam menyetujui kesepakatan $ 275 miliar pada 2016 untuk membeli lebih banyak komponen buatan China.

Dengan imbalan pengurangan tekanan regulasi China.

"Itu dan ratusan keputusan perusahaan lainnya telah membantu China merancang sistem senjata lebih canggih daripada milik kita sendiri," ujar Olsen.

"Kecanduan kita pada barang-barang murah China sudah membahayakan keamanan nasional kita," tambahnya.

"China bukan pasar yang stabil untuk perusahaan AS," kata Desmond Lachlan ke The Hills.

"Tindakan keras terhadap sektor teknologi tinggi baru-baru ini oleh Presiden Xi Jinping dalam mengejar kemakmuran bersama mengancam pertumbuhan masa depan China," jelasnya.

Sementara itu, sektor properti negara sedang meledak.

"Kita harus bertanya-tanya apakah ekonomi China mungkin terbukti memiliki kaki lempung," tambahnya.

"AS masih harus takut dengan keuntungan teknologi China," kata Graham Allison dan Eric Schmidt, mantan CEO Google di Jurnal Wall Street l.

Halaman
123

Berita Terkini