Sementra itu, pedagang grosir telur di Pasar Induk Lambaro, Aceh Besar, Aldy Safrullah yang dimintai penjelasannya terkait masih tingginya harga ikan laut, apakah berdampak pada peningktan permintaan teluar ayam ras, ia mengatakan, pada minggu pertma dan kedua Januari, memang ada, permintaan teluiar ayam ras meningkat.
Tapi memasuki minggu ketiga Januari ini, meski harga tebus telur ayam ras asal Medan di Pasar Induk Lambaro memasuki minggu ketiga, cenderung menurun. Hari Selasa (18/1) ini, harga tebusnya turun menjadi Rp 420.000/Ikat, dari sebelumnya Rp 430.000/ikat (300 butir).
Meski harga tebus telur ayam ras dari Medan sudah menurun, kata Aldy, daya belinya juga saat ini sedang turun. Biasanya per hari bisa laku di atas 100 ikat, hari ini baru laku sekitar 60 – 70 ikat saja.
Minyak goreng curah kelapa sawit, kata Aldy, daya belinya juga menurun, tapi harga tebusnya tetap tinggi, bertahan pada angka Rp 18.300/Kg, begitu juga gula pasir. Harga tebus gula pasir saat ini masih tetap tinggi Rp 660.000/sak, dari harga setelah naik pada minggu pertama Januari Rp 580.000/sak (50 Kg), belum turun lagi.
Kacang kedelai, harga tebusnya juga masih tetap tinggi Rp 575.000/sak (50 Kg). Dampak dari kenaikan harga kacang kedelai dari Rp 480.000 menjadi Rp 575.000/sak, produsen tahu dan tempe, mengurangi ukuran produksi tahu dan tempenya.
Pengurangan ukuran itu dilakukan, kata Zikra, seorang produsen tempe di Pasar Induk Lambaro, Aceh Besar, untuk mengurangi beban biaya produksi, atas lonjakan kenaikan harga bahan bakunya, yaitu kacang kedelai, sejak minggu pertama sampai minggu ketiga Januari 2022 ini.
“Karena, kalau harganya terus dinaikkan, ini sangat berbahaya dan itu, bisa berdampak kepada menurunnya daya beli masyarakat terhadap tempe dan tahu,” ujar produsen tahu dan tempe.(*)