Rohingya

Rektor UTU Minta Pengungsi Rohingya Diperlakukan Secara Humanis dan Tidak Anarkis: Beri Mereka Waktu

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Yeni Hardika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rektor Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh Aceh Barat, Prof Ishak Hasan meminta pengungsi Rohingya agar diperlakukan secara humanis dan tidak anarkis.

Lalu, dua atau tiga malam kemudian, badai melanda laut. 

Gelombang besar menghantam kedua kapal tersebut dan mengakibatkan tali penghubung kedua kapal putus.

Orang-orang yang berada di kapal Ansar dan Samira menangis dan berteriak keras, 'Tali kami putus! Tali kami putus! Tolong bantu kami!'.

Secara perlahan kedua kapal semakin jauh dan kapal yang ditumpangi oleh Ansar dan Samira hilang dari pandangan.

“Mereka juga beragama Islam. Mereka juga bagian dari komunitas kami,” kata Rujinah saat menyaksikan kapal Ansar hilang dari pandangam.

“Itulah sebabnya rakyat kami juga menangisi mereka,” katanya lagi.

Sementara itu, kamp pengungsian di Cox’s Bazar berduka atas hilangnya kapal yang membawa Ansar dan Samira bersama 180 orang itu.

Menurut penyelidikan AP News, kapal tersebut telah tenggelam di dasar laut dan orang-orangnya telah meninggal.

Fatima yang berada di kamp pengungsian Bangladesh, kesulitan untuk tidur sambil menunggu kabar tentang Ansar.

Dengan satu atau lain cara, katanya, mereka hanya menginginkan jawaban, apakah Ansar masih hidup atau tidak.

Suatu malam, kata Fatima, Ansar mendatangi sang ibu dalam mimpi dan memberitahunya bahwa dia berada di sebuah pulau.

Keluarga yakin Ansar masih hidup dan berada di suatu tempat.

Sementara keluarga lainnya, Shukkur juga bermimpi tentang putrinya, Kajoli yang berada di dalam kapal tersebut.

Namun ia bermimpi bahwa kapal yang ditumpangi putrinya itu telah tenggelam.

Dia yakin gadis kecilnya dan semua penumpang lainnya telah meninggal.

Penderitaannya bergema di seluruh tempat penampungan yang penuh sesak di kamp Cox’s Bazar. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkini