Sebaliknya Qismullah mendapat bahan segar dari penuturan nara sumbernya yang menyaksikan, dan mungkin mengalami, ataupun mendengar dari cerita orang lain secara turun temurun. Ia menulis dari riwayat menjadi hikayat versi modern abad ke 21.
Hari ini, kita para sahabatnya bersedih dań berdoa kepada bang Qis yang sedang menempuh perjalanan akhir menemui Penciptanya. Pada saat yang sama kita merayakan hidupnya, karena ada sentuhannya yang memberi nilai dan makna untuk orang banyak.
Bagi saya, adalah sebuah keistimewaan mengenal dan bersahabat dengan bang Qis. Saya dan bang Qis bukan teman, tetapi kami adalah “keluarga dalam jiwa.” Sebagian kita yang mengenalnya akan membawa bang Qis dalam jiwa kita. Sampai kita beretemu lagi dihadapan sang Khalik.
*) PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar USK
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI