Citizen Reporter

Eksotisme Moskow, Perpaduan Damai dan Modern

Editor: mufti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prof. Dr. ISHAK HASAN, M.Si.,  Rektor  Universitas Teuku Umar  Meulaboh, Aceh Barat, melaporkan dari  Moskow, Rusia

Prof. Dr. ISHAK HASAN, M.Si.,  Rektor  Universitas Teuku Umar  Meulaboh, Aceh Barat, melaporkan dari  Moskow, Rusia

Saat saya melangkahkan kaki di Moskow serasa terlempar ke lorong waktu masa silam nan jauh, sebuah petualangan ditemani landskap arsitektur kota yang sangat menakjubkan. Landskap yang mengisahkan evolusi budaya, pergeseran kekuasaan, sistem kepercayaan, dan ekspresi artistik selama berabad-abad pada bangsa ini.

Arsitektur gaya Viking, Gotik, Era Renaissance, dan pengaruh Bizantium telah berpadu serasi di kota ini. 

Bersentuhan dengan bumi Moskow tatapan mata saya tertuju kepada sebuah ramuan apik era klasik dan modern. Semuanya telah berpadu di berbagai sudut kota dengan bangunan-bangunan megahnya menghadirkan sebuah eksotisme yang memukau bagi setiap orang yang brkunjung ke kota megapolitan ini.

Sudut-sudut Kremlinnya Moskow merupakan bukti kehadiran sebuah peradaban yang berkelas global yang telah mampu diukir dan dihadirkan oleh generasi awal mereka. Rusia hari ini adalah bangsa yang maju dan modern.

Menapaki masa lampau Rusia yang sangat jauh dan kaya dengan sejarah pergulatan hingga era Rusia modern saat ini adalah sebuah pengembaraan yang menguatkan akal budi, rasa, dan imajinasi.

Menelusuri Rusia di masa lampau yang penuh dengan dinamika tidaklah cukup untuk dinukilkan dalam sebuah reportase yang pendek ini. Sebagai sebuah bangsa yang besar, berperadaban tinggi, sejarah Rusia sangatlah penuh liku. Tidak ubahnya mengarungi sebuah belantara lebat yang tanpa batas. Negeri ini sedang terus menulis sejarahnya yang berliku menuju panggung global untuk eksis di era global berikutnya.

Walaupun kecamuk perang telah memasuki tahun ketiga sejak Rusia menyatakan perang terhadap Ukraina pada 24 Februari 2022, denyut nadi ekonomi di Moskow berlangsung tanpa gangguan. Ramainya pengunjung dari berbagai belahan dunia, baik sebagai wisatawan maupun keperluan lainnya, tidak sedikit pun kota megapolitan ini terusik oleh perang. Tidak ada sedikit pun denyut kota terbesar di Rusia ini mengkhawatirkan bagi para pengunjungnya.

Saya benar-benar menikmati suasana kota yang sangat eksotis ini. Sembari menguatkan harapan dan semangat, betapa akal budi sebuah bangsa dengan peradaban tinggi bisa diwujudkan ketika semua orang-orangnya berpendidikan dengan kualitas yang bagus, bekerja keras, berdisiplin tinggi, dan visioner melangkah ke masa depan tanpa batas. Pelajaran lain yang bisa dipetik dari bangsa ini adalah Rusia telah menghadirkan sebuah keberagaman dan keterbukaan sebagai kunci sebuah kemajuan.

Sejak gagasan Perestroika dan Glasnost dikumandangkan oleh Mikhail Gorbachev, pemimpin terakhir era Uni Soviet sejak 1985 hingga 1991, telah memberi arah baru pada kemajuan yang dicapai oleh bangsa Rusia. Walau kemudian persatuan negara-negara yang terhimpun dalam Uni Soviet (USSR) runtuh pada 1991.

Namun, gagasan tersebut terus saja memengaruhi negara Beruang Merah ini untuk menuju kepada kemajuan.

Glasnost diangggap sebagai sebuah manifesto keterbukaan pada semua bidang yang sejak era komunis Lenin cs membuat bangsa Rusia sangat tertutup dan sentralistik dalam semua bidang kehidupan. Dengan ditiupkannya spirit Glasnost ini institusi pemerintahahan di Rusia yang sebelumnya sangat tertutup semakin menuju ke arah keterbukaan.

Hasilnya, birokrasi pemerintahan Rusia tampil lebih transparan dan media sudah memiliki akses untuk mendapatkan informasi apa saja yang dikerjakan pemerintah. Secara keseluruhan, Glasnost ini telah memberikan bangsa Rusia untuk bisa lebih leluasa menikmati kebebasan, khususnya kebebasan berpendapat, melakukan aktivitas politik, meningkatnya semangat nasionalisme, dan berekonomi.

Gagasan Perestroika yang dicanangkan Gorbachev lebih kepada sebuah jalan pembaruan dalam bentuk reformasi birokrasi. Sebuah awal dari perwujudan demokrasi di Rusia. Gorbachev saat itu menginginkan agar otonomi daerah diberikan lebih luas agar daerah-daerah di Rusia bisa berkembang sesuai dengan potensi yang mereka miliki.

Dalam buku yang ditulisnya sendiri (versi Inggris "PERESTROIKA, New Thinking for Our Country and The World" terbit perdana tahun 1987, kemdian diterjemahkan menjadi "PERESTROIKA, Pemikiran Baru untuk Negara Kami dan Dunia", Gorbachev menulis, "Adalah salah besar, bahkan merusak, melihat masyarakat sosialis sebagai sesuatu yang kaku dan tak dapat diubah. Konsep sosialisme terus berkembang, terus-menerus diperkaya, sementara pengalaman sejarah dan kondisi obyektif tetap dipertimbangkan."

Halaman
12

Berita Terkini