Lebih lanjut Gorbachev menulis bahwa tujuan Perestroika dan Glasnost ini diterapkan dalam masyarakat Rusia adalah sebagai sebuah keseimbangan antara "Lebih banyak sosialisme dan lebih banyak demokrasi".
Gorbachev ingin menegaskan kepada dunia, khususnya kepada negara-negara Bara,t sebagai rivalnya saat itu, bahwa, "Kami akan melangkah menuju sosialisme yang lebih baik, bukan menjauhinya."
Hal penting lainnya dari Gorbachev dipaparkan dalam buku tersebut, "Saatnya dunia menuju kepada kerja sama, bukan konfrontasi."
Gorbachev seolah ingin menyampaikan kepada dunia bahwa selama ini kita telah menghabiskan banyak energi hanya untuk berkonfrontasi. Padahal, kita masih punya banyak waktu dan energi untuk bekerja sama.
Pemikiran terakhir inilah yang memikat saya untuk mendalami pemikiran Gorbachev bahwa dunia tempat kita hidup ini masih banyak terjebak dalam berbagai konfrontasi yang merugikan.
Konfrontasi di bidang ekonomi yang berketerusan tidak bisa menyelamatkan kita menuju kepada sebuah kehidupan dunia yang lebih baik. Konfrontasi akan menyengsarakan dan menghancurkan semua sumber daya ekonomi dan sosial yang kita miliki. Akibatnya, kualitas hidup global dan lokal tidak mampu kita tingkatkan.
Dengan demikian, kita akan mewariskan kepada generasi masa depan hidup dalam penderitaan yang berkepanjangan.
Sungguhpun USSR telah bubar, pemikiran Gorbachev ini terus saja berkelindan. Hari-hari ini Rusia semakin memberi makna kepada arti sebuah bangsa yang besar, kaya, makmur, dan modern.
Dari Kedubes RI di Moskow, Bapak Jose Antonio Morato Tavares kami (beberapa rektor perguruan tinggi negeri dari Aceh bersama Wali Nanggroe Aceh, Tengku Malik Al-Haythar, didampingi Staf Senior Wali Nanggroe, Dr Muhammad Raviq) mendapat gambaran bersama bahwa Rusia hari ini secara ekonomi relatif makmur dan maju.
Kualitas layanan kesehatanyan mungkin salah satu yang terbaik di dunia. Demikian juga ketahanan pangannya, sangatlah bagus. Bahkan, kelebihan pangan mereka bagikan ke negara-negara Afrika yang dilanda kekurangan pangan.
Apa yang disampaikan Pak Dubes Antonio Tavares bisa kita saksikan dengan jelas di depan mata. Di ruang publik sangat jelas terlihat bahwa keterbukaan dan kebebasan telah menjadi bagian hidup keseharian bangsa Rusia. Negara Rusia saat ini tercatat relatif kuat secara ekonomi. Pasar-pasar mereka dipenuhi oleh produksi pangan domestik yang melimpah. Harga-harga pun sangat terkendali dan relatif murah.
Belajar dari Rusia, banyak hal yang positif bisa kita terapkan di Indonesia, khususnya di Aceh. Belajar tentang ketahanan pangan, harga-harga pangan yang relatif stabil. Tak terkecuali lembaga-lembaga pendidikan yang bermutu, perhatian yang kuat pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir, estetika yang tinggi, dan menjaga warisan lama mereka.
Semua ini telah berpadu menjadi pemantik orang-orang berdatangan untuk ikut menyaksikan kehebatan Rusia. (*)