Kupi Beungoh

Ketergantungan Gawai pada Anak: Dampak, Tanda dan Solusi Bijak

Editor: Firdha Ustin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

dr Imam Maulana, Direktur Eksekutif Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A) dan Praktisi Kesehatan Anak dan Remaja.

Ketika orang tua mampu mengelola penggunaan gawai mereka sendiri, anak-anak pun akan memahami bahwa interaksi di dunia nyata lebih bernilai daripada layar gawai.

Ketiga, mendorong aktivitas fisik bersama orangtua dan teman untuk terlibat dalam kegiatan di luar ruangan, seperti bersepeda, bermain ke taman, atau.

Aktivitas ini tidak hanya menyehatkan secara fisik, tetapi juga membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial.

Selain itu, mengawasi konten yang diakses anak juga penting.

Pastikan kontennya sesuai dengan usia anak dan tidak mengandung unsur negative, termasuk aplikasi game yang dimainkan.

Game tembak-tembakkan, perang-perangan, dan bunuh-bunuhan itu sebenarnya ada batasan usia minimal yang tercantum di apps storenya.

Contoh PU*G dan M*BB batasan usia minimal adalah 12 tahun karena mengandung unsur kekerasan sedang, komunikasi antar pemain yang kasar/seksual, dan pembelian virtual.

Sedangnya F*reef*re, salah game online paling popular di anak-anak, memiliki batasannya minimal usia 17 tahun karena mengandung unsur kekerasan, darah, interaksi antar pemain yang kasar/seksual, serta pembelian barang virtual.

Orang tua juga bisa menggunakan aplikasi khusus untuk memantau aktivitas digital anak.

Dengan pendekatan yang bijaksana, dampak negatif penggunaan gawai pada anak dapat diminimalkan, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal di era digital ini.

Tantangan terbesar kita adalah menyeimbangkan manfaat gawai dengan risiko yang menyertainya.

Saatnya kita mengambil peran aktif untuk membimbing anak-anak kita, bukan hanya demi kesejahteraan mereka saat ini, tetapi juga untuk masa depan mereka.

Jika orangtua tidak mampu, maka sangat boleh meminta pendampingan kepada psikolog, atau psikiater.

Anak adalah aset berharga bagi bangsa.

Dengan membimbing mereka untuk menggunakan teknologi secara sehat dan bertanggung jawab, kita tidak hanya melindungi masa depan mereka, tetapi juga masa depan generasi penerus yang akan membawa bangsa ini maju.

Mari bersama-sama menciptakan ekosistem digital yang aman, sehat, dan mendukung tumbuh kembang anak-anak kita! (*)

*) PENULIS adalah Direktur Eksekutif Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A) dan Praktisi Kesehatan Anak dan Remaja.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Berita Terkini