Sungai Arakundoe pun diduga masih mendekap banyak mayat korban.
Siapa yang bersalah atau tidak salah juga belum jelas.
Tapi, memang ada tujuh jenazah yang sudah dikuburkan.
Ada 56 orang yang sempat masuk sel polisi.
Ada pula warga yang cemas mencari-cari anggota keluarga yang tak pulang seusai berkunjung ke "Dakwah Aceh Merdeka" itu.
Dan, yang lebih penting lagi, ada jutaan orang yang bertanya bagaimana sebetulnya peristiwa mengerikan itu terjadi.
Tak ada yang bisa menjawab secara utuh.
Hampir semua orang hanya mengetahui "drama" itu sepenggal-sepenggal.
Namun, untuk memberi gambaran yang kiranya tak terlalu jauh dari kisah sebenarnya,
Serambi coba merangkai penggalan-penggalan cerita dari para saksi mata menjadi sebuah kronologi yang hanya dibatasi sejak Selasa (2/2/1999) pagi hingga 77 jam sesudahnya (Jumat, 5/2/1999).
Berikut rangkaian kejadian tragedi Arakundo Idi Cut
SELASA 2 Februari 1999: Sejak pagi warga Desa Matang Ulim, Kecamatan Darul Aman, Aceh Timur, bekerja menyiapkan mimbar untuk "Dakwah Aceh Merdeka."
Pukul 17.30 WIB: Mimbar hampir selesai dihias.
Tiba-tiba datang pasukan ABRI memporak-porandakan.
Petugas keamanan juga memukul tiga penduduk, termasuk bocah umur tiga tahun yang ada di lokasi.
Pasukan ABRI kemudian meninggalkan lokasi dan warga tetap melanjutkan penyiapan mimbar untuk perhelatan itu.