Kini, jasadnya telah terkubur di tanah kelahirannya di Blang Oi, Banda Aceh. Namun, namanya tetap hidup, menjadi bagian dari setiap detak kehidupan di RSUZA.
RSUZA, jantung kehidupan Aceh
RSUZA bukan sekadar rumah sakit. Ia adalah jantung pelayanan kesehatan di Aceh, tempat rujukan utama bagi pasien dari seluruh daerah.
Di sini, dokter, perawat, dan tenaga medis bukan sekadar pekerja, melainkan pelayan kemanusiaan.
Setiap hari mereka menghadapi pasien dengan berbagai kisah. Ada yang datang dengan langkah tertatih, ada yang dipapah oleh keluarga tercinta, ada yang datang dengan mata dipenuhi kecemasan, dan ada pula yang tersenyum meski tubuhnya lemah.
Di balik setiap pintu ruang perawatan, tersimpan kisah perjuangan yang tak terhitung jumlahnya. Ada air mata yang tertahan, ada senyum yang menguatkan, ada doa yang tak henti dipanjatkan.
Tak pernah pudar
Di rumah sakit ini, waktu tak pernah berhenti. Para tenaga medis bekerja tanpa mengenal lelah, mengabdikan diri untuk menyelamatkan nyawa dengan ketulusan yang tak ternilai.
Saat saya melangkah keluar dari gerbang RSUZA, hati saya dipenuhi keharuan. Ada kekaguman melihat bagaimana rumah sakit ini terus berkembang dinamis. Ada harapan bahwa RSUZA akan selalu menjadi tempat bagi mereka yang mencari secercah harapan untuk menunda mati.
Saya pun menyadari satu hal: yang membuat rumah sakit ini istimewa bukan hanya gedung megah dan peralatan teknologi canggih, serta jumlah dokter dan perawat yang berjubel.
Namun, harus dibarengi oleh jiwa-jiwa yang mengabdikan diri dengan ikhlas, tulus, ramah-tamah, dan santun di dalamnya. Bukan jiwa pemberang, petentengan, egois, dan sombong. Sebab, ada sesuatu yang tak bisa diukur dengan termometer dan tensimeter, yaitu kepedulian dan sentuhan psikologis kemanusiaan pada pasien dan pengunjung lainnya.
Dirgahayu ke-46 RSUZA, rumah sakit pendidikan dan rujukan Provinsi Aceh dengan pelayanan prima.