Sudah sebulan Israel melanjutkan serangan di Gaza. Namun, perundingan-perundingan gencatan antara Hamas dan Israel masih menemui kebuntuan.
Qatar yang menjadi salah satu juru penengah mengaku tidak puas dengan lambannya perundingan itu.
“Kami pastinya frustrasi karena lambannya proses negosiasi. Ini persoalan sangat penting. Ada nyawa-nyawa yang dipertaruhkan di sini jika operasi militer berlanjut dari hari ke hari,” kata Mohammed Al-Khulaifi pekan lalu, dikutip dari First Post.
Sebelumnya, Qatar bersama dengan AS dan Mesir berhasil memediasi gencatan senjata yang berlaku mulai 19 Januari.
Hamas rekrut banyak pejuang baru
Hamas dilaporkan melakukan rekrutmen anggota besar-besaran.
Media Arab Saudi yang bernama Al-Hadath mengklaim Brigade Al-Qassam milik Hamas kini membutuhkan 30.000 pejuang baru. Klaim itu didasarkan pada keterangan narasumber Palestina secara anonim.
Menurut media tersebut, rekrutmen ini merupakan bagian dari strategi militer baru yang mengenalkan taktik gerilya. Kebanyakan pejuang baru ini kurang pelatihan dalam pertempuran konvensional.
Sebagian besar pejuang baru itu sudah menerima pelatihan di kamp yang digelar setiap tahun secara rahasia oleh Brigade Al-Qassam.
Disebutkan bahwa mereka sudah menjalani pelatihan perang gerilya, penggunaan rudal antitank, dan penanaman bom.
Di samping itu, narasumber yang didapatkan Al-Hadath menyatakan Brigade Al-Qassam kehilangan banyak senjata, terutama drone atau pesawat nirawak dan rudal jarak jauh.
Hal tersebut membuat Hamas memutuskan untuk “mendaur ulang” sampah rudal dan menggunakannya untuk membuat bom.
Baca juga: Laka Lantas Jelang Subuh, Remaja asal Tangse Tewas usai Tabrak Hiace di Pidie, Begini Kejadiannya
Baca juga: Pajar Prianto Anggota DPRD Asahan Jadi Tersangka Kasus Judi Sabung Ayam, Terungkap Perannya
Baca juga: Maxime Bouutier Pilih Nikahi Luna Maya, Berikut Profil Sang Mantan Prilly Latuconsina
Artikel ini sudah tayang di Tribunnews.com