Sejarah Aceh

Mengenang 26 Tahun Tragedi Simpang KKA: Luka Mendalam Sejarah Konflik Aceh

Penulis: Sri Anggun Oktaviana
Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kliping koran Harian Serambi Indonesia edisi Selasa 4 Mei 1999.

Mengenang 26 Tahun Tragedi Simpang KKA: Luka Mendalam Sejarah Konflik Aceh

SERAMBINEWS.COM-Tepat hari ini, 3 Mei 2025, masyarakat Aceh kembali mengenang salah satu luka terdalam dalam sejarah panjang konflik bersenjata di Aceh yaitu Tragedi Simpang KKA.

 26 tahun telah berlalu sejak Tragedi Simpang KKA mengguncang Aceh Utara (3/5/1999), namun ingatan akan peristiwa berdarah itu belum sirna dari benak masyarakat.

Peristiwa ini menjadi salah satu bab tergelap dalam sejarah konflik bersenjata di Aceh.

 Di persimpangan jalan dekat Kompleks PT Kertas Kraft Aceh (KKA), puluhan warga tak berdosa menjadi korban kekerasan bersenjata.

Deru peluru kala itu tidak hanya merenggut nyawa, tapi juga menyisakan luka yang dalam dan trauma berkepanjangan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Tragedi ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan pengingat akan pentingnya perdamaian dan keadilan yang belum sepenuhnya ditegakkan.

Dalam bayang-bayang asap konflik yang masih membumbung tinggi di Aceh Utara kala itu, dua kubu bersenjata yang terlibat dalam konflik saling melempar tudingan.

Tak satu pun mau mengakui tanggung jawab atas tragedi mematikan yang terjadi di Simpang KKA.

Pihak militer menyebut kejadian tersebut sebagai ledakan keresahan masyarakat yang dipicu oleh isu-isu liar.

Baca juga: Sejarah Aceh Hari Ini – Tragedi Simpang KKA 3 Mei 1999, Tembakan Membabibuta oleh Aparat ke Warga

Komandan Korem 011/Lilawangsa saat itu mengatakan bahwa insiden berdarah itu merupakan "ujud dari keresahan masyarakat yang terprovokasi oleh isu yang disebarkan para provokator."

Sementara itu, dari sisi lain, Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) menyuarakan narasi berbeda.

 Mereka mengklaim bahwa kejadian itu bukan ulah mereka, melainkan hasil rekayasa pihak ketiga.

"Itu pekerjaan provokator yang ingin mengacaukan Aceh, lalu mereka membawa nama Aceh Merdeka," ungkap perwakilan AGAM.

Kedua pernyataan tersebut mewarnai media lokal saat itu, termasuk dalam berita utama Harian Serambi Indonesia edisi Selasa, 4 Mei 1999, yang mencatat kejadian itu dengan tajuk mengguncang:
“Lhokseumawe Banjir Darah, Puluhan Tewas Ditembak.”

Halaman
1234

Berita Terkini