Menurut data yang dikumpulkan AGAM di lokasi kejadian, korban yang tertembak itu bukan saja warga yang berkumpul di jalan saat terjadi peristiwa berdarah.
Tapi, warga yang baru turun dari bus juga tertembak.
“Malah, ada warga yang ditembak di dalam rumahnya,” kata AGAM.
Menurut AGAM, peristiwa itu merupakan kemarahan tentara atas hilangnya seorang anggotanya dua hari sebelum tragedi berdarah itu terjadi.
Kemudian, kata AGAM, pihak tentara mencarinya ke perkampungan.
Dalam pencarian itu, banyak warga yang disakiti.
Selain itu, AGAM juga melihat provokator dalam aksi kemarin.
“Sekelompok provokator itu sengaja melempar warga dengan batu. Beriringan dengan itu pihak keamanan memberondong warga dengan senjata.”
“Peristiwa ini tidak jauh bedanya dengan tragedi berdarah di Idi Cut,” kata AGAM.
Dalam insiden ini, kata AGAM, aparat keamanan tidak menggunakan gas air mata dan peluru karet.
Tapi langsung menggunakan peluru tajam dan menembak secara membabi buta.
Akibatnya, banyak warga sipil tumbang bermandikan darah.
Menurut hasil pantauan AGAM di lapangan, sampai pada malam peristiwa itu terjadi, masih banyak penduduk desa yang belum kembali ke rumahnya.
Sementara pihak keluarga tak berani keluar mencari anaknya, karena kawasan Pulo Rungkom masih mencekam.
AGAM mengecam keras tindakan aparat keamanan yang menembak warga sipil.(tim)
Baca juga: Sejarah Aceh Hari Ini – Tragedi Simpang KKA 3 Mei 1999, Tembakan Membabibuta oleh Aparat ke Warga
(Serambinews.com/Sri Anggun Oktaviana)