SERAMBINEWS.COM - Seorang mahasiswi baru asal Papua menceritakan pengalamannya saat akan berangkat berkuliah ke Aceh.
Cerita itu disampaikannya dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh.
Momen tersebut direkam dan diposting oleh pemilik akun TikTok, Melda Oktavian, Jumat (22/8/2025).
Dalam postingan tersebut terlihat mahasiswi Papua yang belum diketahu namanya itu menceritakan bahwa di tempat asalnya, Aceh dikenal sebagai daerah yang rasis.
"Kami di Papua, kalau dengar Aceh selalu dibilang rasis,"
"Jadi kalau kami mau ke Aceh atau kami dengar Aceh, pasti dibilang jangan, di sana rasis, gitu," ungkapnya.
Mahasiswi Papua itu menyebutkan, ia kuliah di Aceh karena mendapatkan beasiswa.
Saat diumumkan ia mendapatkan beasiswa kuliah Aceh, ayahnya langsung menyarankannya agar jangan berangkat.
Baca juga: BREAKING NEWS - Kota Langsa Hujan Deras Disertai Angin Kencang
Baca juga: Nasib Tenaga Kontrak Belum Jelas, Wali Kota Banda Aceh Janji Perjuangkan PPPK Paruh Waktu ke Pusat
"Kakak buat apa ke sana. Jangan, di sana daerah rasis, bahaya," ujarnya menirukan ucapan sang ayah.
"Terus kamu perempuan, mau ibadah dimana," ucap ayahnya lagi.
Bukannya surut, mahasiswi tersebut justru membulatkan tekad berangkat untuk kuliah ke Aceh.
"Terus saya bilang, kalau saya tidak ke sana bagaimana saya tahu Aceh kayak bagaimana," kata dia menjawab ayahnya.
Bermalam di Bandara
Tidak sampai di situ, saran yang sama juga diterimanya saat akan berangkat ke Aceh.
Dia berangkat dari Merauke transit di Makassar, baru kemudian ke Aceh.
Sialnya, ia tertinggal pesawat sehingga harus bermalam di Bandara. Ia juga harus membeli tiket lagi untuk berangkat keesokan harinya.
Saat bermalam itu ada seseorang yang bertanya kemana tujuannya.
"Di bandara ada yang tanya 'adek mau kemana?'"
Baca juga: Dukung Program Kerja MUNA, Mualem Siap Fasilitasi Pertemuan Ulama se-Aceh
Baca juga: Diiming-imingi Kerja, Pemuda Aceh Timur Disiksa di Kapal di Pulau Aru hingga Hanya Minum Air Laut
Begitu tahu bahwa tujuannya ke Banda Aceh, orang tersebut langsung terkejut.
"Buat apa di sana, rasis di sana," ujar si mahasiswi menirukan ucapan orang tersebut.
"Ya sudah, kita lihat saja nanti di sana" jawabnya kemudian.
Meski demikian, tak urung semua tanggapan itu sempat membuatnya cemas dan was-was.
Terutama saat turun dari pesawat begitu mendarat di Bandara SIM Aceh Besar.
"Sampai di Banda, turun dari pesawat, dalam hati saya berdoa,"
"Maaf ya,"
"Tuhan Yesus, ini kalau sampai di banda bagaimana ya?" ujarnya.
Mahasiswi tersebut menyampaikan permintaan maaf karena menyebut nama Tuhan Yesus di hadapan para mahasiswa lainnya yang mayoritas muslim.
Baca juga: PKS Aceh Tegaskan Komit Dukung Pemerintahan Mualem-Dek Fadh
Baca juga: Detik-detik Nelayan Aceh Timur Nekat Lompat ke Laut di Kepulauan Aru Demi Selamatkan Diri
Kecemasannya baru mulai berkurang saat menemui petugas bandara, menanyakan kopernya yang telah lebih dulu tiba di Aceh.
"Oh iya, mari silahkan," jawab petugas tersebut.
Tanpa disangka, respons yang diberikan petugas tersebut ternyata jauh dari kesan rasis.
"Wuih, ternyata tidak rasis," timpal si mahasiswi Papua.
Pengalaman berikutnya ia dapatkan saat jalan-jalan bersama senior di himpunan mahasiswa Papua di Aceh.
Saat singgah di sebuah warung, ada seseorang yang menyapanya dengan ramah.
"Ada abang-abang bilang, 'kakak papua, kita bersaudara'," sapa pria tersebut.
Dari situlah, kekhawatirannya bahwa Aceh rasis menjadi sirna semuanya. Aceh ternyata tidak seperti yang digambarkan di luar sana.
Baca juga: Usai 3 Nyawa Melayang, Kini di Jalan Tol Padang Tiji Dipasang Pamflet Larangan Masuk
Baca juga: MSAKA21: Jejak Panjang yang Sunyi, Aceh Sebelum Hindu–Buddha- Bagian VI
Ia lalu menghubungi ayahnya di Papua, mengabarkan tentang kondisinya dan juga kondisi di Aceh.
"Bapak saya itu dua malam dia tidak tidur.
"Kami Katolik, dia pegang buku doa semacam Alquran di sini,"
"Dia pegang, duduk di depan meja, terus berdoa,"
"Bunda maria, semoga anak saya di sana dilindungi," ucap mahasiswi tersebut.
Karena saat itu jaringan seluler agak susah, sehingga komunikasi dia dengan sang ayah terputus-putus. Hal itu membuat ayahnya panik.
"Kamu kenapa?" tanya ayahnya.
"Saya sampaikan, saya sudah sampai di banda," jawab si mahasiswi.
"Saya selamat. Di sini aman,"
"Rasis, apa itu rasis, di Banda Aceh tidak ada rasis," ucapnya kepada sang ayah.
Baca juga: Istri di Banda Aceh Pasok Berondong ke Rumah saat Suami Dinas Luar Kota, Rahasia Gelap Terkuak
Baca juga: Honorer Wajib Tahu, Ini Perbedaan PPPK Paruh Waktu dan Penuh Waktu 2025
Mahasiswi Papua itu mengaku semakin yakin saat melihat sambutan dari ISBI Aceh.
"Jadi saya mau bilang, terima kasih buat ISBI, menerima, mahasiswa Papua dengan begitu baik,"
Ia pun berharap, semoga tahun depan, Papua Selatan mengirim lebih banyak lagi mahasiswa buat ke Aceh.(*)