Breaking News

Citizen Reporter

Jabal Uhud: Bukit Cinta, Syahid, dan Keabadian

Kami juga menyempatkan diri mengunjungi salah satu tempat yang sangat penting dalam sejarah perjuangan Islam, yaitu Jabal Uhud.

Editor: mufti
IST
MAHLIZAR, S.Pd., Guru SMKN 1 Julok dan Pengurus IGI Daerah Aceh Timur, melaporkan dari Madinah, Saudi Arabia 

Dalam perang ini, kaum muslimin mengalami kekalahan, bukan karena kekuatan musuh, melainkan karena kelengahan pasukan pemanah yang meninggalkan posisi mereka demi berebut harta rampasan, meskipun telah dilarang Rasulullah.  Itu menjadi pelajaran besar bagi umat Islam sepanjang zaman.

Peristiwa ini menelan korban jiwa sebanyak 70 orang syuhada. Mereka gugur demi melindungi Rasulullah saw. dari serangan musuh. Salah satu syuhada yang paling dikenal adalah Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah yang dikenal dengan keberaniannya. Jasad para syuhada ini dimakamkan di kaki Jabal Uhud dan hingga kini menjadi salah satu tempat ziarah yang penuh hikmah.

Menurut beberapa riwayat, dahulu Kota Madinah pernah dilanda banjir besar yang merusak sebagian area pemakaman para syuhada. Saat air surut, jenazah para syuhada terlihat keluar dari makam mereka. Yang menakjubkan, jenazah-jenazah tersebut masih utuh, darahnya mengalir, dan harum semerbak, ini merupakan tanda kemuliaan para syahid yang dijanjikan surga oleh Allah Swt.

Warga Madinah saat itu sempat berniat memindahkan jenazah para syuhada ke pemakaman yang lebih aman di pusat kota. Namun, Allah menunjukkan kuasa-Nya. Gunung Uhud disebut-sebut ikut "bergerak" mengikuti jenazah yang hendak dipindahkan, seolah tidak rela berpisah dengan mereka yang telah gugur di sisinya.

Peristiwa ini membuat masyarakat mengurungkan niat tersebut. Hingga kini, makam para syuhada tetap berada di kaki Jabal Uhud, dijaga dan diziarahi oleh jutaan umat Islam dari seluruh dunia.

Dalam hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya, Uhud adalah gunung yang mencintai kami dan kami juga mencintainya.”

Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, “Bukit Uhud adalah salah satu bukit dari bukit-bukit surga.” (HR. Bukhari)

Kesakralan Jabal Uhud semakin terasa ketika kita mendengar kisah bagaimana gunung itu pernah bergetar saat Rasulullah saw. berdiri di atasnya bersama tiga sahabat terdekatnya: Abu Bakar, Umar, dan Utsman.

Gunung Uhud bergetar, dan Rasulullah menenangkan dengan berkata,“Tenanglah wahai Uhud, di atasmu ada nabi, seorang siddik, dan dua orang syahid.”

Kisah ini menunjukkan betapa besar cinta Jabal Uhud terhadap Rasulullah dan para sahabatnya. Cinta yang tidak hanya simbolik, tetapi juga  berbalas dengan pengorbanan dan penghormatan yang tak lekang oleh waktu.

Alhamdulillah, pada kesempatan umrah kali ini, saya bersama rombongan jemaah dari Dinar Meutuah Lhoknibong, yang dipimpin oleh Tgk Samsul Bahri (Walidi), berkesempatan mengunjungi tempat penuh hikmah ini.  Kami berdiri di kaki Jabal Uhud, menatap ke atas dengan rasa haru dan khusyuk.

Di tempat inilah darah para syuhada mengalir demi Islam. Di tempat inilah cinta dan pengorbanan bersatu menjadi satu kisah besar yang tak lekang oleh zaman.

Kami menziarahi makam para syuhada, terutama Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, dengan penuh kekhusyukan. Doa-doa kami panjatkan. Tangis haru tumpah saat mulut kami bergetar menyebut nama para pejuang yang telah mendahului kita dalam kemuliaan.

“Ya Allah, dengan keberkahan para syuhada Uhud, jadikan kami bagian dari mereka yang mencintai Rasulullah dan agama-Mu dengan sepenuh hati. Jadikan kami umat yang istikamah di jalan-Mu, dan anugerahkan kepada kami pahala orang-orang yang ikhlas.”

Ziarah ke Jabal Uhud bukan sekadar kunjungan fisik ke sebuah gunung bersejarah di Madinah, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang menggugah hati dan menyentuh relung jiwa terdalam.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved