Tips Keluarga Harmonis

7 Cara Mengajak Suami Sholat Tanpa Menyinggung, Tips dr Aisah Dahlan untuk Para Istri

Banyak perempuan mengalami kesulitan saat ingin menasihati suami yang sedang lalai beribadah, tak jarang cara penyampaiannya justru memicu konflik.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
ig @draisahdahlan
Praktisi neuparenting skill, dr Aisah Dahlan - Dalam penjelasannya, dr Aisah Dahlan menekankan bahwa laki-laki memiliki karakter psikologis yang berbeda, mereka cenderung sensitif terhadap cara ditegur, terutama jika dilakukan di depan anak atau keluarga. 

SERAMBINEWS.COM - Mengajak suami sholat terkadang tidak semudah mengingatkan anak.

Hal ini diakui oleh praktisi kesehatan dan konselor keluarga, dr Aisah Dahlan, dalam sebuah sesi tanya jawab bersama para ibu.

Menurutnya, banyak perempuan mengalami kesulitan saat ingin menasihati suami yang sedang lalai beribadah, dan tak jarang cara penyampaiannya justru memicu konflik baru di rumah.

Dalam penjelasannya, dr Aisah Dahlan menekankan bahwa laki-laki memiliki karakter psikologis yang berbeda, mereka cenderung sensitif terhadap cara ditegur, terutama jika dilakukan di depan anak atau keluarga.

Berikut rangkuman 7 tips mengajak suami sholat tanpa menyinggung yang dijelaskan oleh dr Aisah Dahlan.

1. Gunakan Wajah Ramah dan Nada yang Lembut

Menurut dr Aisah, ajakan yang disampaikan dengan wajah ramah akan lebih mudah diterima suami. Nada bicara yang lembut memberi kesan menghargai dan tidak menggurui.

Baca juga: 7 Tips Aman Memantau Penggunaan Gadget pada Anak Tanpa Harus Bawel, Versi dr Aisah Dahlan

Ia mencontohkan bahwa memberi ajakan ibadah harus tetap mencerminkan kelembutan seorang istri sebagai pendamping, bukan sebagai pengawas.

2. Jangan Menegur di Depan Anak-Anak

Salah satu kesalahan yang sering dilakukan adalah menegur suami di depan anak.

Menurut dr Aisah, laki-laki memiliki rasa malu dan rasa bersalah yang lebih besar saat ditegur di hadapan orang lain.

“Laki-laki tidak suka ditegur keras atau ditegur di depan anaknya,” jelasnya.

Karena itu, ajakan salat sebaiknya dilakukan secara pribadi.

Baca juga: 6 Waktu Terburuk Menasihati Anak Perempuan Menurut dr Aisah Dahlan, Kapan Sebaiknya?

3. Hindari Sindiran atau Kalimat yang Membandingkan

Beberapa istri kadang menggunakan kalimat bernada sindiran seperti:
“Tuh lihat, anak saja salat jamaah, Ayah kok tidak?”

Dr Aisah menegaskan bahwa bentuk teguran seperti itu dapat menyinggung hati suami dan memperlebar jarak komunikasi.

Alih-alih membuat suami tersentuh, sindiran justru membuatnya enggan diajak beribadah.

4. Pegang Prinsip: Benar, Baik, dan Pantas

Ini adalah prinsip utama yang selalu ditekankan oleh dr Aisah.

“Ajaran agama itu benar, tapi harus disampaikan dengan cara yang baik dan pantas,” ujarnya.

  • Benar : isinya tepat
  • Baik : nadanya lembut
  • Pantas :cara dan momennya tidak memojokkan

Prinsip ini menjadi kunci komunikasi suami-istri agar tidak saling melukai.

Baca juga: dr Aisah Dahlan Bongkar 7 Cara Efektif Menasehati Anak Laki-Laki yang Sulit Diatur

5. Ajak Secara Personal dan Diam-Diam

Mengajak suami sholat lebih efektif bila dilakukan saat berdua, bukan ketika suasana rumah sedang ramai.

“Saya biasanya bisik-bisik. Misalnya, ‘Yah, kayaknya anak-anak senang kalau Ayah sholat jamaah bareng…’”

Cara ini memunculkan perasaan dihargai dan tidak dipaksa.

6. Gunakan Kalimat Ajakan yang Menyentuh, Bukan Menghakimi

Menurut dr Aisah, kalimat ajakan harus dirancang sedemikian rupa hingga tidak terdengar seperti perintah.

Nada bertanya atau nada lembut akan membuat suami merasa dihormati.

Misalnya:

“Yah, nanti kalau Ayah sempat, kita salat jamaah ya…”

Nada seperti ini memberi ruang bagi suami untuk merespons tanpa tekanan.

7. Pahami Psikologi Suami: Mereka Mudah Merasa Bersalah

Dr Aisah menekankan bahwa suami yang lalai sholat sering kali sebenarnya punya rasa bersalah, hanya saja mereka tidak suka ketika rasa itu diperbesar dengan teguran tajam.

Laki-laki umumnya ingin merasa dihargai dan diberi kesempatan memperbaiki diri.

Karena itu, ajakan penuh kelembutan lebih efektif dibandingkan teguran keras.

Melalui penjelasannya, dr Aisah mengingatkan bahwa istri memiliki posisi penting sebagai pendamping.

Mengajak pada ketaatan adalah hal baik, namun cara penyampaianlah yang menentukan apakah hubungan rumah tangga semakin hangat atau justru menegang.

Pendekatan “benar, baik, dan pantas” bukan hanya relevan dalam konteks mengajak salat, tetapi juga dapat digunakan untuk semua bentuk komunikasi dalam rumah tangga.

(Serambinews.com/Firdha)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved