Berita Banda Aceh

Di RSUDZA, Prof Zahid Latif dari Pakistan Paparkan Pelayanan Kesehatan Syariah di Negaranya

dr Teuku Yusriadi SpBA FIAPS mengatakan, layanan syariah di Indonesia dinilai memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan negara lain. 

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/AGUS RAMADHAN
Guru Besar Kesehatan Masyarakat, Prof Dr Muhammad Zahid Latif menghadiri kegiatan Islamic Hospital Consortium (IHC) ke-20 di Auditorium Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Sabtu (6/9/2025). 

Di RSUDZA, Prof Zahid Latif dari Pakistan Paparkan Pelayanan Kesehatan Syariah di Negaranya

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Guru Besar Kesehatan Masyarakat, Prof Dr Muhammad Zahid Latif mengungkapkan, penyelenggaraan layanan kesehatan di masyarakat Muslim saat ini menghadapi tantangan ganda.

Dia mengatakan, tantangan itu yakni mempertahankan keunggulan profesional sekaligus menjaga nilai-nilai etika Islam. 

Pakistan dikenal sebagai salah satu negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Sekitar 240 juta penduduknya atau 96 persen menganut agama Islam. 

Artinya, hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat di negara Asia Selatan ini tak lepas dari nilai-nilai Islam, baik dalam aspek sosial, budaya, maupun politik.

Hal itu disampaikannya dalam kegiatan 20 th Islamic Hospital Consortium (IHC) Symposium & Hospital Tour dengan tema "Empowering the Next Generation : Transforming Healthcare Through Innovation” di Auditorium Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Sabtu (6/9/2025).

Baca juga: Mukisi Aceh Gelar Islamic Hospital Consortium, 8 Negara Pelajari Layanan Syariah di RSUDZA

Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (Mukisi) Aceh menggelar kegiatan Islamic Hospital Consortium (IHC) ke-20 di Auditorium Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Sabtu (6/9/2025).
Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (Mukisi) Aceh menggelar kegiatan Islamic Hospital Consortium (IHC) ke-20 di Auditorium Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Sabtu (6/9/2025). (SERAMBINEWS.COM/AGUS RAMADHAN)

Prof Zahid Latif mengatakan, Pakistan telah mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam tata kelola dan pemberian layanan kesehatan, yang terinspirasi oleh Konsorsium Rumah Sakit Islam (IHC) di bawah Federasi Asosiasi Medis Islam (FIMA). 

“Dengan mengacu pada warisan sejarah kesehatan masyarakat dalam tradisi Islam, model ini menyelaraskan Maqasid al-Syariah (tujuan hukum Islam) dengan standar layanan kesehatan modern,” ujarnya dalam symposium itu yang dipandu oleh Dewan Pengawas Syariah RS Meuraxa Banda Aceh, Prof Dr Fauzi Saleh MA.

Ia menjelaskan, kerangka kerja ini disusun berdasarkan tiga pilar inti, yakni Keunggulan Klinis, Tata Kelola Etis-Islam, dan Perawatan yang Berpusat pada Komunitas & Pasien.

Hal itu juga didukung oleh empat pendorong utama, yaitu Pembiayaan berbasis Wakaf & Takaful, Teknologi & Inovasi, Peningkatan Kapasitas & Riset, serta Akreditasi & Penjaminan Mutu. 

“Tata kelola menekankan kepatuhan Syariah, hak pasien, praktik klinis yang etis, transparansi keuangan, profesionalisme tenaga kerja, dan keterlibatan masyarakat, yang memastikan koherensi antara bioetika Islam dan tolok ukur layanan kesehatan global,” ujar Prof Zahid Latif.

Pengalaman Pakistan, kata dia, menunjukkan bagaimana rumah sakit Islam mengoperasionalkan kerangka kerja ini melalui fasilitas dakwah, pembiayaan subsidi silang untuk populasi rentan, praktik yang selaras dengan syariah, dan program pelatihan medis yang etis, sekaligus mencapai keunggulan profesional melalui akreditasi dan integrasi teknologi. 

“Model ini menegaskan bahwa menanamkan prinsip-prinsip etika Islam dalam layanan kesehatan dapat dilakukan dan berkelanjutan, menawarkan peta jalan yang terukur bagi masyarakat mayoritas Muslim dan beragam,” jelasnya.

Menurut Prof Zahid Latif, rumah sakit atau klinik kesehatan yang berpedoman pada nilai-nilai Islam tidak hanya berfungsi sebagai pusat keunggulan medis, tetapi juga sebagai wadah untuk kasih sayang, keadilan, dan pelayanan yang berorientasi pada masyarakat, sejalan dengan semangat keislaman.

Dalam simposium tersebut, para pembicara memaparkan perkembangan layanan kesehatan syariah di negara masing-masing, seperti Dr Ishak b Mas'ud dari Malaysia, Prof Dr Omar HK dari Arab Saudi, Dr Sherjan P Kalim dari Filipina,

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved