Opini
Utang Luar Negeri: Bumerang atau Bahan Bakar Pertumbuhan Ekonomi
Dalam situasi ini, utang luar negeri (ULN) hadir sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi, ia menjadi penyelamat
Cadangan devisa kita yang kini berkisar sekitar 140 miliar dolar AS lebih dari cukup untuk menutupi semua utang luar negeri yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Kekuatan ini melindungi Indonesia dari krisis likuiditas atau serangan spekulasi terhadap nilai rupiah, yang merupakan momok yang pernah menghancurkan perekonomian nasional pada 1998.
Lalu, bagaimana dampak keseluruhan utang ini terhadap pertumbuhan ekonomi?
Bukti empiris menunjukkan bahwa utang luar negeri pemerintah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang, sebagaimana diteliti oleh Karimah (2017) dan diperkuat oleh Rafikhalif & Nirmalawati (2021).
Utang telah menjadi instrumen vital untuk menutup kesenjangan investasi, membiayai defisit transaksi berjalan, dan yang terpenting, membangun infrastruktur yang menjadi tulang punggung logistik dan konektivitas nasional.
Namun, penelitian Karimah juga mengingatkan adanya “efek threshold”. Ditemukan bahwa jika rasio utang terhadap PDB melampaui 48 % , dampaknya justru akan berbalik menjadi negatif dan signifikan menghambat pertumbuhan.
Ini terjadi karena sumber daya yang seharusnya untuk investasi produktif justru habis untuk membayar bunga dan cicilan utang (crowding out effect).
Kesimpulannya, analisis terhadap empat rasio kunci utang luar negeri Indonesia hingga 2022 menunjukkan bahwa kita belum berada pada kondisi over-borrowing. Utang masih dikelola dengan prudent dan berada dalam batas aman. Ia berhasil berperan sebagai bahan bakar pertumbuhan, bukan menjadi bumerang.
Akan tetapi, kita tidak boleh berpuas diri. Peringatan dari rasio DSR dan DER yang sempat melewati batas, serta temuan threshold 48 % , harus menjadi kompas bagi kebijakan keuangan negara ke depan. Pemerintah harus terus: Pertama memastikan utang dialokasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan memiliki multiplier effect tinggi bagi ekonomi.
Jangan sampai hutang digunakan untuk konsumsi atau subsidi terhadap impor yang tidak meningkatkan produksi.
Kedua memperkuat fundamental ekonomi dengan mendorong diversifikasi ekspor dan menarik investasi langsung untuk mengurangi ketergantungan pada pinjaman. Apabila fondasi ekonomi yang dapat mendorong ekspor lemah, perolehan devisa untuk melunasi kewajiban kedepan juga akan teganggu.
Ketiga mengelola struktur utang dengan memperhatikan jangka waktu dan nilai tukar untuk memitigasi risiko gejolak pasar keuangan global. Bank Indonesia perlu melakukan pengawasan secara ketat, agar dapat mengantisipasi secara dini atas berbagai kemungkinan yang terjadi.
Keempat meningkatkan penerimaan pajak secara optimal untuk memperkuat kemandirian anggaran dan mengurangi celah defisit. Sumber-sumber penerimaan yang belum mencapai target secara rasional, perlu diperhatikan secara serius penataannya.
Dengan langkah-langkah bijak tersebut, utang luar negeri akan tetap menjadi sahabat bagi pembangunan, dan bukan menjadi musuh yang membayangi masa depan generasi Indonesia.
Semoga petugas yang diberi amanah untuk tugas mulia tersebut dapat mengoptimalkan tugas dan fungsinya untuk Kebajikan bangsa dan negara masa depan yang lebih baiklagi kedepan.
Membangan serta menata kembali pengelolaan transaksi perdagangan luar negeri yang lebih baik dengan cara membangun fondasi infrastruktur produksi terhadap komoditi eksport merupakan suatu keharusan, agar tabungan devisa untuk keberlanjutan transaksi ekonomi jangka panjang dapat tercipta secara berkelanjutan.
Mencintai produksi dalam negeri merupakan salah satu langkah bijak dalam penguatan kemandirian ekonomi jangka panjang yang berkelanjutan.
Efektivitas Dakwah Melalui Maulid di Aceh: Harmoni Tradisi, Spritualitas, dan Identitas Budaya |
![]() |
---|
Kecerdasan Intelektual dan Emosional Berdampak Terhadap Kinerja Aceh |
![]() |
---|
Lezatnya Kuah Beulangong, Benarkah Pemicu Hipertensi? |
![]() |
---|
Memahami Opini Publik di Era Digital |
![]() |
---|
Produk Cacat Reformasi, Mubazir Anggaran: daripada DPR Lebih Baik DPD RI Bubar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.