Pencurian Ban Sepmor

Korban Pencurian Roda Sepeda Motor Merupakan Warga Miskin, Ini Pendapat Dinsos Aceh Singkil

Dedek (34) yang roda ban belakang sepeda motornya dimaling, merupakan warga miskin di Aceh Singkil

|
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/DEDE ROSADI
Plt Kepala Dinas Sosial Aceh Singkil, Suyatno. 

Laporan: Dede Rosadi I Aceh Singkil  

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Dedek (34) yang roda ban belakang sepeda motornya dimaling, merupakan warga miskin

Sehari-hari kerja sebagai kuli pikul penumpang pelabuhan feri di Pulo Sarok, Singkil.  

Pendapatannya tidak menentu, sebab hanya penumpang yang mau dibantu barulah diangkatkan barangnya. 

"Kami tanya dulu yang mau dibawakan kopernya baru kami bantu. Kalau yang tidak mau bisa angkat sendiri," kata Dedek di temui di rumah kayu tempat tinggalnya di Lorong 2 Desa Gosong Telaga Barat, Kecamatan Singkil Utara, Selasa (7/10/2025). 

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial Aceh Singkil, Suyatno mengaku sudah mendengar peristiwa yang dialami Dedek. 

Hanya saja di Dinasnya hanya tersedia anggaran untuk membantu evakuasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) atau membantu warga terlantar. 

Sementara dalam kasus Dedek, memang secara ekonomi tidak mampu. Namun peristiwa yang dialaminya merupakan pencurian. 

Baca juga: Kisah Korban Pencurian Ban Sepeda Motor di Aceh Singkil: Kakiku Patah

Kendati demikian, Suyatno menyatakan akan mempelajari peristiwa yang dialami Dedek. "Kami coba pelajari," ujarnya. 

Sebelumnya Kepala Lorong 2 Desa Gosong Telaga Barat, Kasmudin membenarkan Dedek merupakan kelurga tidak mampu. 

"Kalau ekonominya memang kurang mampu," ujar Kasmudin. 

Ayah dua anak itu melangkah panjang sesuai postur tubuhnya yang mencapai 170 centimeter. 

Hanya butuh beberapa detik untuk berjalan dari dapur melewati ruang tengah untuk menemui Serambinews.com, yang menunggu di halaman rumahnya, Selasa (7/10/2025) sekitar pukul 07.00 WIB. 

Laki-laki berusia 34 tahun itu Dedek tinggal di Lorong 2 Desa Gosong Telaga Barat, Kecamatan Singkil Utara, Kabupaten Aceh Singkil. 

Baca juga: Ban Sepeda Motornya Dicuri, Buruh Pelabuhan di Aceh Singkil Ini Numpang Berangkat Kerja

Dua hari lalu, tepatnya Minggu 5 Oktober 2025 sekira dini hari ban belakang sepeda motor lengkap dengan peleknya hilang dicuri maling ketika diparkir di depan rumah saudaranya yang berjarak sekitar 30 meter dari tempat tinggalnya. 

Pria bertubuh kurus itu, mengenakan kaus oblong merah dan celana kain panjang krem. Pakaian itu menjadi seragamnya untuk bekerja sebagai buruh bongkar muat pelabuhan feri di Pulo Sarok, Singkil. 

Suami dari Habibah itu, sedang minum kopi setelah selesai sarapan yang disediakan sang istri. 

Setelahnya harus bergegas berangkat ke pelabuhan feri sebab ada kapal yang akan sandar. 

Harapannya ada penumpang yang meminta tolong pikulkan barang bawaannya.

 Jika bisa membantu membawakan satu koper penumpang maka mendapat upah Rp 5 ribu. 

Dedek bergegas bersiap sebab harus mencari tumpangan untuk menuju pelabuhan feri. 

Belum ada uang beli ban

Maklum belum mampu membeli ban sepeda motor yang hilang dicuri. 

Jangankan membeli ban, memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih kesulitan. Mengingat penghasilnya dari bongkar muat di kapal tak menentu. 

"Belum ada uang, makanya belum terbeli," kata Dedek.

Baca juga: Maling Gondol Tiang Listrik di Simpang Pemakaman Umum di Aceh Singkil

Dedek harus mencari tumpangan sebab jarak dari tempat tinggalnya ke pelabuhan mencapai 30 kilometer. 

Sebagai tulang punggung keluarga dirinya wajib mencari duit agar keluarganya bisa makan.

Sedikit beruntung, Selasa pagi itu abang iparnya sama-sama akan kerja bongkar muat ke pelabuhan feri Pulo Sarok. Sehingga ayah dari  Syukran dan Mawadatul Zakira itu bisa menumpang. 

Bukan hanya Dedek yang kesulitan berangkat kerja akibat ban sepeda motor satu-satunya raib digondol maling. Dua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar harus mencari belas kasih saudara atau tetangga agar bisa numpang berangkat sekolah

"Cepat nak, nanti ketinggalan tidak ada lagi yang bisa ditumpangi," kata Dedek memberi tahu putrinya Mawadatul Zakira yang masih kelas 2 sekolah dasar. 

Pria jangkung itu tinggal di rumah kayu yang mulai lapok termakan usia. Di rumah sederhana itu, ia tinggal bersama sang istri dua anaknya serta ibu mertuanya. 

Matanya berkaca-kaca suaranya lirih ketika ditanya peristiwa pencurian ban sepeda motor yang dialaminya. 

Baginya kehilangan ban sepeda motor teramat berat. Bahkan menyebutnya sama dengan kehilangan dua kaki.

"Ini kaki sudah patah, bukan lagi satu tapi dua-duanya," ujarnya. 

Baca juga: Kapan Pengumuman Administrasi Rekrutmen PLN 2025? Ini Jadwal dan Tahapannya

Dedek mengganggap kehilangan ban sepeda motor sama dengan patah kaki, sebab menyulitkan dirinya berangkat mencari nafkah serta mengantar anak sekolah. 

Pelaku pencurian dinilainya begitu tega mengambil barang yang teramat berharga bagi dirinya sebagai orang tak mampu. 

Walau tak mampu Dedek tak pernah meminta bekas kasihan. Selagi tubuhnya masih bertenaga maka berangkat ke pelabuhan untuk kerja walau suatu saat nanti harus berjalan kaki. 

Jalan kaki bukan perkara baru, jauh sebelum bisa membeli sepeda motor Dedek biasa jalan kaki setelah subuh menuju pelabuhan untuk jadi buruh bongkar muat barang.

Ban belakang sepeda motor Dedek hilang saat diparkir di depan rumah abang iparnya, Minggu (5/10/2025) dini hari. 

Korban tidak bisa membawa sepeda motor ke rumahnya yang berjarak sekitar 30 meter, sebab tidak ada tempat penyimpanan.

Baca juga: Kapolres Aceh Singkil Ingatkan Jajarannya Cepat Tanggap Melayani Masyarakat

Menurutnya menyimpan sepeda motor di depan rumah saudaranya itu sudah merupakan kebiasaan bertahun-tahun. Selam bertahun-tahun tidak pernah ada pencurian. 

Apa lagi bukan hanya dirinya, pada malam kejadian banyak kendaraan warga lain terparkir depan rumah. 

Pada malam nahas itu, Dedek mengaku pulang kerja sekitar pukul 23.00 WIB. Lantaran sangat letih, begitu sampai langsung parkirkan sepeda motor depan rumah abang iparnya tanpa kunci stang. 

Setelahnya pulang ke rumah langsung tidur. Paginya sekitar pukul 07.00 WIB, ketika hendak berangkat kerja barulah menyadari ban belakang sepeda motor lengkap dengan peleknya telah raib. 

Kondisi itu membuatnya terpukul sehingga, memutuskan tidak berangkat kerja. 

Esoknya, Senin (6/10/2025) kembali kerja dengan mencari tumpangan. 

Sepeda motor tanpa ban belakang itu, sejak Senin malam sudah dimasukan ke dalam rumah abang iparnya. "Nanti ban depannya pula hilang, aku titip masukan ke dalam rumah abang," ujarnya.(*)

Baca juga: Bupati Pidie Usulkan Tambang di Geumpang, Mane dan Tangse Ditetapkan Wilayah Pertambangan Rakyat

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved