Fenomena Pemasungan ODGJ
RSUD Bireuen Tangani 40 Pasien Gangguan Jiwa Per Hari, Targetkan Bebas Pasung 2026
“Keduanya aktif melayani pasien setiap hari, baik yang datang untuk kontrol ulang maupun yang menjalani rawat inap,” ujar dr Mukhtar.
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Saifullah
Laporan Wartawan Serambi Indonesia Yusmandin | Bireuen
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Fauziah Bireuen terus menunjukkan komitmennya dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif dan berkelanjutan.
Setiap harinya, rumah sakit ini melayani antara 40 hingga 50 pasien gangguan jiwa melalui dua unit utama, yakni Poli Jiwa dan Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP).
Direktur RSUD dr Fauziah Bireuen, dr Mukhtar MARS dalam keterangannya kepada Serambinews.com pada Rabu (8/10/2025), menjelaskan, bahwa kedua unit tersebut menyediakan layanan rawat jalan dan rawat inap bagi pasien dengan gangguan kejiwaan.
Selain itu, UPIP juga menangani pasien dengan gangguan akibat penyalahgunaan narkoba.
“Kami memiliki dua layanan utama di bidang psikiatri, yaitu Poli Jiwa dan UPIP,” terang Direktur RSUD dr Fauziah.
“Keduanya aktif melayani pasien setiap hari, baik yang datang untuk kontrol ulang maupun yang menjalani rawat inap,” ujar dr Mukhtar.
Baca juga: Bupati dan Tim RSJ Aceh Jemput 5 ODGJ Dipasung di Bireuen
Ia menambahkan, bahwa ketersediaan obat-obatan untuk pasien gangguan jiwa di RSUD Bireuen sangat memadai, sehingga proses pengobatan dapat berjalan optimal.
Namun, tantangan terbesar dalam penanganan pasien gangguan jiwa, terutama yang dalam kondisi terpasung, bukan terletak pada fasilitas medis, melainkan pada aspek sosial dan dukungan keluarga.
Menurut dr Mukhtar, banyak pasien gangguan jiwa yang tidak menyadari bahwa mereka sedang sakit.
Kondisi ini membuat mereka enggan minum obat, dan bahkan menolak pengobatan.
Dalam beberapa kasus, pasien justru menganggap orang lain yang menyuruh mereka minum obat sebagai pihak yang sakit.
Baca juga: Masih Ada ODGJ yang Dipasung, Pemkab Bireuen Terus Bergerak
“Pasien gangguan jiwa sering kali tidak merasa dirinya sakit. Mereka menolak minum obat, dan bahkan menyalahkan orang lain,” ujarnya.
“Di sinilah pentingnya peran keluarga untuk mendampingi dan memastikan pengobatan berjalan,” jelas dia.
Ia juga menyoroti perlunya kesadaran masyarakat dalam mendukung pemulihan pasien gangguan jiwa.
Anak-anak yang sering mengganggu pasien di jalan, misalnya, dapat memperburuk kondisi mental mereka.
Oleh karena itu, edukasi dan pendekatan sosial menjadi bagian penting dalam penanganan gangguan jiwa secara menyeluruh.
Baca juga: Jumlah ODGJ di Bireuen Capai 1.665 Orang, 7 Masih Dipasung
Di sisi lain, RSUD dr Fauziah Bireuen saat ini hanya memiliki dua dokter spesialis jiwa yang bertugas menangani berbagai kasus gangguan kejiwaan.
Setiap hari, mereka melayani puluhan pasien, sebagian besar di antaranya datang untuk kontrol ulang.
Banyak dari pasien tersebut telah menunjukkan perkembangan positif dan mampu menjalani kehidupan secara mandiri.
“Pasien yang datang setiap hari, rata-rata 40 hingga 50 orang. Sebagian besar adalah pasien kontrol yang sudah sembuh dan kini menjalani pengobatan lanjutan,” ungkap dr Mukhtar.
Berdasarkan hasil rapat koordinasi di Banda Aceh beberapa waktu lalu, jumlah pasien gangguan jiwa di Kabupaten Bireuen tercatat mencapai sekitar 1.665 orang.
Baca juga: VIDEO - Jumlah ODGJ di Bireuen Capai 1.665 Orang, Tujuh Masih Dalam Pasungan
Namun, hanya sebagian kecil dari jumlah tersebut yang mengalami gangguan jiwa berat.
Sebagian besar pasien telah menunjukkan perbaikan dan terus menjalani pengobatan secara rutin.
Bebas Pasung 2026
Salah satu target besar yang ingin dicapai oleh RSUD Bireuen bersama pemerintah daerah adalah mewujudkan Bireuen bebas pasung pada tahun 2026.
Saat ini, tercatat masih ada 12 orang yang dalam kondisi terpasung, di mana lima di antaranya telah dirujuk ke Banda Aceh untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
“Kami berharap pada tahun 2026, Bireuen bisa bebas dari praktik pasung,” ucap dia.
“Ini bukan hanya tugas rumah sakit, tetapi juga membutuhkan dukungan penuh dari keluarga dan masyarakat,” tegas dr Mukhtar.
Baca juga: ODGJ Berkeliaran Bawa Karung Putih, Ternyata Isinya Mayat Bayi, Tali Pusar Masih Nempel
Ia menekankan bahwa kepedulian keluarga dalam memberikan obat secara teratur sangat menentukan keberhasilan pengobatan.
Tanpa pengawasan, banyak pasien yang membuang obat atau menolak minum, sehingga proses pemulihan menjadi terhambat.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.