Fenomena Pemasungan ODGJ
Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Bireuen Deteksi Dini Gangguan Jiwa, Kembangkan Seuramo Sehat Jiwa
Penjemputan tersebut turut dihadiri Kepala UPTD Puskesmas Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen, dr Darmawanti MKM, bersama unsur terkait
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Mursal Ismail
Penjemputan tersebut turut dihadiri Kepala UPTD Puskesmas Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen, dr Darmawanti MKM, bersama unsur terkait lainnya.
Laporan Wartawan Serambi Indonesia Yusmandin Idris I Bireuen
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN – Dua hari lalu, tim kesehatan menjemput dua pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa atau ODGJ dari wilayah Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen.
Penjemputan tersebut turut dihadiri Kepala UPTD Puskesmas Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen, dr Darmawanti MKM, bersama unsur terkait lainnya.
Kepada Serambinews.com, Rabu (8/10/2025), dr Darmawanti mengatakan bahwa setiap Puskesmas di Kabupaten Bireuen memiliki tenaga medis atau petugas kesehatan yang menangani bidang kesehatan jiwa (keswa).
Mereka tidak hanya melayani pasien di Puskesmas, tetapi juga aktif melakukan deteksi dini gangguan jiwa melalui kunjungan lapangan.
Menurut dr Darmawanti, proses deteksi dini dimulai melalui skrining kesehatan, baik di fasilitas kesehatan maupun di lapangan.
Jika ditemukan warga yang menunjukkan gejala gangguan jiwa, maka akan ditindaklanjuti oleh petugas Community Mental Health Nursing (CMHN) Puskesmas.
Baca juga: VIDEO - Jumlah ODGJ di Bireuen Capai 1.665 Orang, Tujuh Masih Dalam Pasungan
“Petugas bidang kesehatan jiwa secara rutin melakukan home visit, memberikan terapi dan obat-obatan berkesinambungan, serta melakukan edukasi kepada keluarga pasien agar turut berperan dalam proses penyembuhan,” jelasnya.
Di Puskesmas Peusangan Siblah Krueng sendiri, terdapat dua petugas Keswa, yakni Eva Hastuti dan Khairunnisa, yang aktif melakukan kunjungan rutin dan pendampingan bagi pasien ODGJ di wilayah kerja mereka.
Lebih lanjut, dr Darmawanti menyampaikan bahwa dukungan Pemerintah Kabupaten Bireuen terhadap pelayanan kesehatan jiwa selama ini sangat baik.
Bahkan, saat ini telah dikembangkan program pemberdayaan pasien ODGJ agar bisa hidup mandiri setelah menjalani perawatan.
“Salah satu programnya bernama Seuramo Sehat Jiwa, di mana pasien dilatih untuk bercocok tanam, beternak, dan mengelola hasil panen agar dapat digunakan untuk kebutuhan hidup mereka,” terangnya.
Program tersebut diharapkan dapat membantu pasien tidak hanya pulih secara mental, tetapi juga memiliki kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih mandiri.
Baca juga: Masih Ada ODGJ yang Dipasung, Pemkab Bireuen Terus Bergerak
Layani 40-50 Pasien Gangguan Jiwa Tiap Hari
Sebelumnya Serambinews.com memberitakan setiap hari RSUD dr Fauziah Bireuen melayani 40-50 pasien gangguan jiwa atau Orang Dengan Gangguan JIwa (ODGJ) di Poli Jiwa dan Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP).
Direktur RSUD dr Fauziah Bireuen, dr Mukhtar MARS, kepada Serambinews.com, Rabu (8/10/2025) mengatakan, layanan yang tersedia mencakup rawat jalan dan rawat inap bagi pasien gangguan jiwa.
“RSUD dr Fauziah memiliki pelayanan bagian jiwa, yakni Poli Jiwa dan Narkoba atau UPIP.
Untuk pasien rawat jalan, umumnya adalah pasien kontrol ulang dan pengobatan lanjutan. Obat bagi pasien gangguan jiwa tersedia memadai,” jelasnya.
Menurut dr Mukhtar, salah satu kendala utama dalam penanganan pasien gangguan jiwa, terutama yang masih dalam kondisi pasung, adalah kurangnya perhatian keluarga.
“Orang yang mengalami gangguan jiwa sering tidak menyadari bahwa dirinya sakit. Mereka enggan minum obat, bahkan menganggap orang lain yang sakit ketika disuruh minum obat,” ujarnya.
Karena itu, ia menekankan pentingnya dukungan keluarga dan masyarakat dalam proses penyembuhan pasien, termasuk mencegah tindakan yang dapat memperparah kondisi mereka.
“Anak-anak juga perlu diberi pemahaman agar tidak mengganggu pasien gangguan jiwa di jalan,” tambahnya.
Dua Dokter Spesialis Jiwa Layani Ratusan Pasien
Saat ini, RSUD dr Fauziah Bireuen memiliki dua dokter spesialis jiwa yang bertugas menangani berbagai jenis gangguan kejiwaan.
Setiap hari, jumlah pasien yang datang mencapai 40 hingga 50 orang, sebagian besar merupakan pasien kontrol yang telah menunjukkan kemajuan dan bisa hidup mandiri.
“Di Bireuen, jumlah orang dengan gangguan jiwa cukup banyak dan berobat setiap hari.
Berdasarkan hasil rapat di Banda Aceh beberapa waktu lalu, jumlah pasien gangguan jiwa mencapai sekitar 1.665 orang, namun yang tergolong sakit jiwa berat hanya sebagian kecil,” terang dr Mukhtar.
2026 Target Bebas Pasung
Terkait pasien yang masih dalam pasungan, menurutnya saat ini terdapat sekitar 12 orang, dan lima di antaranya sudah dibawa ke Banda Aceh untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
“Harapan kami, tahun 2026 Bireuen dapat bebas pasung. Salah satu kunci utamanya adalah kepedulian keluarga dalam memastikan pasien rutin minum obat.
Bila tidak diawasi, banyak pasien yang justru membuang obat,” pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.