Ikan Hias
Ekonomi Lesu, Penjual Ikan Hias di Aceh Tamiang Bertahan di Tengah Sepinya Pembeli
Ekonomi sekarang susah, jadi ikut pengaruh ke jualan juga. Harga ikan harus saya turunkan, tapi pembeli tetap,
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Lesunya perekonomian lokal mulai terasa dampaknya hingga ke sektor usaha kecil.
Salah satunya dirasakan Andi Prayogi (22), penjual ikan hias yang setiap akhir pekan membuka lapak di pinggir Jalan Ir H Juanda, tepatnya di depan TK Adhyaksa XLIV, Kejaksaan Negeri Aceh Tamiang.
Andi, perantau asal Binjai, Sumatera Utara yang sudah delapan tahun bermukim di Aceh Tamiang, mengaku omzetnya menurun drastis sejak kondisi ekonomi melemah. Harga ikan hias yang dulu bisa dijual antara Rp 25.000 hingga Rp 20.000 per ekor, kini hanya laku di kisaran Rp 15.000.
“Ekonomi sekarang susah, jadi ikut pengaruh ke jualan juga. Harga ikan harus saya turunkan, tapi pembeli tetap biasa-biasa saja,” ujar Andi saat ditemui Minggu (26/10/2025).
Itu sebab, daya beli masyarakat menurun, sementara minat terhadap ikan hias juga tidak seramai dulu. Jenis-jenis yang dulu jadi incaran, seperti ikan cupang plakat dan avatar, kini sudah jarang diminati.
Jenis ikan yang paling sering dicari pembeli, kata Andi, adalah ikan cupang halfmoon berekor panjang.
"Ya model-model ikan halfmoon ekor panjang ini sekarang lagi banyak orang cari," bebernya.
Meski pasokan ikan dari Medan masih lancar dan stok mudah didapat, minat pembeli tidak seramai dulu.
“Dibilang ramai, nggak juga. Dibilang sepi pun nggak. Ya gitu-gitu aja,” katanya.
Andi mangkal di dua lokasi berbeda, hari biasa ia berjualan di depan Masjid Nurhasanah Desa Tanahterban, sementara di akhir pekan, ia pindah ke lokasi strategis di dekat taman kanak-kanak di pusat kota Karangbaru. Ia buka dari pukul 8 pagi hingga 6 sore tanpa hari libur.
Dari hasil jualannya, Andi mengaku penghasilan hariannya sangat fluktuatif. “Kadang dapat Rp 20 ribu, kadang nggak ada sama sekali. Kalau rame bisa sampai Rp 150 ribu atau Rp 200 ribu per hari,” ungkapnya.
Tantangan terbesar, lanjut Andi, adalah barang yang tidak laku.
“Tantangannya ya itu, dagangan gak laku. Kadang udah bawa banyak, pulangnya masih segitu-segitu aja,” katanya sambil menatap ikan cana yang berenang lamban.
Selama menjalani usahanya, Andi mengaku belum pernah mendapatkan dukungan dari pemerintah, baik dalam bentuk pelatihan, bantuan modal, ataupun promosi.
Di tengah ekonomi yang sulit, Andi hanya berharap dagangannya tetap laris dan roda ekonomi bisa kembali bergerak.
“Kalau bisa sih, ekonomi cepat pulih. Pembeli ramai lagi. Itu aja harapannya,” ujar Andi lirih sembari menyeka toples bening berisi air.(*)
| Update Harga Emas Antam Hari Ini 26 Oktober 2025 Naik atau Turun? Berikut Rinciannya! |
|
|---|
| Slank dan D’Masiv Batal Tampil di Konser Sumpah Pemuda 2025 |
|
|---|
| Harga Emas Hari Ini di Lhokseumawe Stagnan, Berikut Rincian Harga 26 Oktober 2025 |
|
|---|
| Satu Calon Pahlawan Nasional dari Aceh Diusul Kemensos ke GTK |
|
|---|
| Kontraktor dan Konsultan Dituntut 15 Bulan Penjara di Proyek Dermaga Aceh Timur |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.