Breaking News

Penolakan Slank

Penolakan Slank Dinilai Berlebihan, Budayawan Aceh: Musik Bisa Jadi Jembatan Edukasi

Davi juga menilai, kehadiran Slank dapat menjadi momentum penting untuk menguatkan pesan anti narkoba di Aceh

Penulis: Rianza Alfandi | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
PENOLAKAN SLANK – Budayawan dan Seniman film Aceh, Davi Abdullah, M.Sn., menilai penolakan terhadap konser grup musik Slank dan D’Masiv di Banda Aceh terlalu berlebihan, Minggu (26/10/2025). 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia Rianza Alfandi | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Budayawan dan Seniman film Aceh, Davi Abdullah, M.Sn., menilai penolakan terhadap konser grup musik Slank dan D’Masiv di Banda Aceh terlalu berlebihan.

Menurut Davi, seharusnya penampilan grup musik tersebut tidak dilihat secara sempit, karena kehadiran mereka bisa menjadi jembatan edukasi terutama bagi para generasi muda di Aceh.

“Musik seharusnya dijadikan jembatan edukasi, bukan tembok pemisah. Aceh butuh ruang seni. Dan medium musik bisa mengubah sedikit banyaknya tentang narkoba di Aceh,” ujar Davi, Minggu (26/10/2025).

Baca juga: Slank dan D’Masiv Batal Tampil di Konser Sumpah Pemuda 2025

Davi juga menilai, kehadiran Slank dapat menjadi momentum penting untuk menguatkan pesan anti narkoba di Aceh, mengingat provinsi ini termasuk salah satu daerah yang rawan penyalahgunaan narkotika.

“Slank adalah duta anti narkoba nasional. Pesan-pesan yang mereka bawa bisa menjadi ruang edukatif bagi generasi muda Aceh. Ini justru bisa menjadi panggung moral, bukan panggung maksiat,” ujarnya.

Dalam pandangan culture studies, lanjut Davi, musik memiliki posisi penting dalam membentuk kesadaran sosial di era digital. 

Melalui distribusi karya dan interaksi budaya yang terjadi, musik berperan sebagai medium komunikasi yang mampu menyentuh lapisan masyarakat luas.

“Musik tidak bisa hanya dilihat dari sudut pandang moral formalistik. Dalam seni, musik adalah bahasa hati, ia menggugah, menyentuh, bahkan bisa mengubah cara pandang seseorang ketika pesan-pesan positif disampaikan dengan cara cara kreatif,” jelasnya.

Menanggapi anggapan sebagian kelompok yang menilai konser musik bertentangan dengan ajaran Islam, Davi menegaskan bahwa persoalan moralitas tidak bisa disederhanakan hanya pada satu ruang atau kegiatan.

“Kalau mau mencari maksiat, itu bisa terjadi di mana saja, bukan hanya di konser musik. Yang penting adalah bagaimana niat, pengawasan, dan nilai yang dibawa dalam kegiatan tersebut,” ujarnya.

Ia menambahkan, semangat pelarangan yang tidak diimbangi dengan dialog budaya justru dapat mempersempit ruang ekspresi seni dan melemahkan daya kritis generasi muda.(*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved