Info Kesehatan

Makanan Bergizi Itu Tak Harus Mahal

Banyak orang mengira makanan bergizi itu haruslah makanan yang mewah dan mahal, bahkan harus dari bahan impor. Padahal, tidak demikian kriterianya.

Editor: IKL
For Serambinews
NERS YENNIZAR SST, SKep, MSi Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Aceh 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Banyak orang mengira makanan bergizi itu haruslah makanan yang mewah dan mahal, bahkan harus dari bahan impor. Padahal, tidak demikian kriterianya. “Makanan bergizi itu bukan berarti harus dari bahan yang mahal. Dari bahan-bahan yang sederhana dan bersumber dari pangan lokal pun dapat dihasilkan makanan bergizi,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Aceh, Ners Yennizar SST, SKep, MSi, di Banda Aceh, Selasa (28/10/2025) sore.

Yenni menyebutkan bahwa makanan bergizi adalah makanan yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Contohnya adalah buah-buahan, sayuran, daging, ikan, dan susu.

Ia sebutkan bahwa daun kelor juga kaya akan manfaat, terutama karena mengandung kalsium empat kali lebih banyak daripada susu. Dengan demikian, susu yang relatif mahal bisa digantikan dengan daun kelor yang murah dan di Aceh mudah didapat.

Untuk protein nabati terdapat pada tahu dan tempe. Produk tempe misalnya, tidak hanya kaya akan protein, tetapi juga mengandung probiotik yang baik untuk kesehatan pencernaan.

Aceh juga memiliki kekayaan kuliner tradisional yang tidak kalah sehat dan bergizi, misalnya pleuk u (patarana) yang kaya sayuran dan keumamah (ikan kayu) yang pengawetannya tidak secara kimiawi.

Keumamah merupakan makanan khas Aceh yang bergizi. Kaya akan protein tinggi dari ikan, mengandung Omega 3 yang baik untuk jantung; kalsium untuk tulang kuat; dan vitamin D untuk imunitas tubuh. Ini menandakan bahwa makanan sehat tidak melulu harus berasal dari luar negeri, sebab banyak pilihan makanan lokal yang mengandung nutrisi lengkap dan bermanfaat bagi kesehatan.

“Untuk protein pun tidak perlu ikan salmon yang harganya lumayan mahal, tapi ada ikan kembung yang kandungan proteinnya setara dengan ikan salmon. Harganya pun jauh lebih terjangkau dan mudah didapat di pasaran,” kata Yenni.

Ia tekankan bahwa konsumsi makanan bergizi itu penting, bahkan sangatlah penting, karena manfaatnya yang multifungsi! Menurut Yenni, makanan bergizi dapat membantu seseorang dalam:

  • meningkatkan energi tubuh;
  • membangun dan memperbaiki sel-sel tubuh;
  • menguatkan sistem imun;
  •  mencegah penyakit; dan
  • membuat tubuh kita sehat dan bahagia.

Dalam penjelasannya, Yenni juga menyampaikan gambaran konsumsi makanan bergizi pada masyarakat Aceh saat ini. Menurutnya, masyarakat Aceh kini mulai memperhatikan gizi, bahkan mengupayakan gizi seimbang dalam konsumsi hariannya. Namun, di pedalaman Aceh masih ada warga yang belum terbiasa dengan pola gizi seimbang dalam konsumsi hariannya.
Ini termasuk kelompok anak dan remaja yang diedukasi oleh Dinas Kesehatan Aceh bersama dinas kesehatan kabupaten/kota, tak terkecuali pihak puskesmas dan posyandu.

Menurut Yenni, ada pola konsumsi yang bisa dibudayakan dalam masyarakat Aceh. Misalnya,

  • makan pagi sebelum beraktivitas;
  • konsumsi buah dan sayur setiap hari; 
  • minum air minimal 8 gelas sehari;
  • makan ikan minimal 2–3 kali seminggu;
  • mengurangi gula dan garam dalam makanan; dan
  • makan malam sebelum pukul 7 malam.

Pola konsumsi ini, menurutnya, bisa membantu meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.

“Kita harus pakai pola yang seimbang. Yakni, makan ikan dan sayur, minum air cukup, dan olahraga teratur,” tambah Yenni.

Ia juga menekankan pentingnya pengelolaan gizi di sekolah berasrama (boarding) dan pesantren agar santri tidak bak kondisi gizinya.
Prinsip ini sangat penting diterapkan di lingkungan pesantren atau dayah, tempat para santri menimba ilmu agama dan membentuk karakter.

Santri pada umumnya hidup dengan pola sederhana bahkan terkadang terbatas dari segi pilihan bahan makanan. Namun, keterbatasan ini bukan alasan untuk mengabaikan kebutuhan gizi mereka. Justru di sinilah pentingnya penerapan konsep makan bergizi gratis (MBG) agar para santri tetap sehat, kuat, dan bersemangat dalam belajar serta ibadah.

“Semua anak Aceh, tanpa kecuali, harus sehat bugar, cukup makan, dan cukup gizi,” imbuhnya.

Makanan Bergizi

Terkait program pemerintah sekarang yang menyediakan makanan bergizi, Yenni juga menyampaikan beberapa pandangan agar makanan bergizi dan gratis tersebut sampai pada kelompok sasaran secara tepat guna.

Untuk mengelola program makanan bergizi agar tepat guna, menurutnya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan.

1. Menggunakan model pengelolaan yang kolaboratif, melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan program;

2. Meningkatkan peran tenaga gizi dalam merancang dan mengawasi menu;

3. Mengoptimalkan potensi mitra yang terlibat dalam pelaksanaan program;

4. Menggunakan bahan makanan/temuan dari daerah masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang.

Dengan cara-cara tersebut, lanjut Yenni, program makanan bergizi bisa lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan status gizi masyarakat, terutama anak-anak dan kelompok rentan.

Ia informasikan bahwa dari 23 kabupaten/kota di Aceh saat ini, seluruhnya sudah menerima manfaat dari program MBG, meski belum merata untuk setiap kecamatan, dan seluruh kelompok sasaran akan dapat menikmati MBG ini.

Ia ingatkan bahwa ada dampak yang ditimbulkan jika pengelolaan MBG tidak tepat guna, yakni

  • makanan tidak sampai ke kelompok sasaran yang tepat;
  • kualitas makanan tidak terjamin, sehingga tidak bergizi;
  • makanan kedaluwarsa atau rusak sebelum dikonsumsi;
  • anggaran program tidak terpakai secara efektif;
  • masyarakat tidak merasa terbantu, sehingga kepercayaan terhadap pemerintah menurun;
  • masalah gizi buruk dan stunting pada anak-anak tidak teratasi;
  • kesehatan masyarakat tidak meningkat, bahkan bisa memburuk.

Dampak-dampak tersebut bisa berakibat fatal jika tidak segera diatasi.

Cegah Keracunan

Lalu, upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah keracunan dalam program MBG? Upaya mencegah keracunan dalam program MBG, menurut Yenni, antara lain:

  • menjaga agar makanan tidak basi kondisi gizinya;
  • menyimpan dengan baik;
  • menggunakan bahan makanan yang segar dan berkualitas;
  • menjaga kebersihan tempat penyimpanan dan pengolahan makanan;
  • menerapkan prinsip Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP);
  • melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap makanan;
  • membuat SOP pengelolaan dan jam distribusi makanan;
  • melatih petugas pengelola makanan tentang keselamatan pangan;
  • tidak memasak makanan yang akan disajikan sebelum pukul 00.00 WIB (untuk mencegah makanan jadi basi); dan
  • mengawasi dan memantau kualitas makanan secara terus-menerus.

Dengan upaya-upaya tersebut, risiko keracunan makanan dalam program MBG bisa dihindari.

Upaya lainnya adalah dengan membuat daftar kontrol makanan untuk memastikan kualitasnya, menggunakan teknologi pengawasan seperti CCTV, menerapkan sistem pelaporan keracunan makanan (jangan disembunyikan), melakukan audit internal dan eksternal secara teratur, mendengarkan masukan masyarakat tentang keselamatan pangan, mengukur kualitas untuk memantau kualitas makanan, membuat tim khusus untuk menangani keracunan makanan, dan mengembangkan sistem pengawasan berbasis masyarakat.

Dengan upaya-upaya tersebut, Yenni yakin, masyarakat Aceh dapat hidup lebih sehat dengan makanan bergizi yang aman dan terjangkau. (*)

Baca juga: Penderita HIV di Aceh Lebih 2.000, Dinkes Sediakan Layanan Ramah dan Rahasia

Baca juga: 8 Manfaat Jus Buah Delima untuk Kesehatan, Tinggi Antioksidan, Bagus untuk Kulit dan Gula Darah

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved