Pemuda Aceh Tewas Dikeroyok di Sibolga
‘Dek, Abang Berangkat Ya’ Kata Terakhir Arjuna Sebelum Dikeroyok di Masjid Sibolga
Cahaya tak kuasa menahan kesedihan saat mengetahui bahwa abang kandungnya meninggal dunia akibat dikeroyok di Masjid Agung Sibolga.
Ringkasan Berita:
- Pasca meninggalnya sang ayah pada pertengahan tahun 2025, Arjuna mengambil peran sebagai kepala keluarga. Ia dikenal sebagai abang yang tangguh
- Cahaya Amonta tak kuasa menahan kesedihan saat mengetahui bahwa abang kandungnya meninggal dunia akibat dikeroyok di Masjid Agung Sibolga.
- Simak Video Wawancara Eksklusif Cahaya Amonta Adik Kandung dari Arjuna Tamaraya di kanal YouTube Serambi Indonesia
Saya tidak menyangka ada manusia seperti itu. Tega mengeroyok abang saya sampai meninggal, hanya karena tidur di masjid. Apakah pelaku tidak berpikir jika keluarganya diperlakukan seperti itu? Cahaya Amonta, Adik Korban
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Arjuna Tamaraya (21) meregang nyawa seusai menjadi korban pengeroyokan oleh sekelompok orang di Masjid Agung Sibolga, Sumatera Utara, pada Jumat (31/10/2025). Kelima pelaku memang sudah ditangkap oleh polisi. Namun, proses hukum yang adil masih menanti.
Arjuna merupakan warga Desa Bunga, Kecamatan Salang, Kabupaten Simeulue. Ia dikenal sebagai sosok yang baik dan santun di kalangan teman dan keluarga. Arjuna juga merupakan abang bagi dua adiknya yang kini sedang berkuliah di Banda Aceh.
Arjuna adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ia memiliki tiga saudari, dua di antaranya sedang menempuh pendidikan di Banda Aceh, sementara yang paling bungsu masih duduk di bangku SMP di Simeulue.
Pasca meninggalnya sang ayah pada pertengahan tahun 2025, Arjuna mengambil peran sebagai kepala keluarga. Ia dikenal sebagai abang yang tangguh dan jahil di mata adik-adiknya, termasuk Cahaya Amonta, adik korban yang kini kuliah di Jurusan Teknik Komputer, Universitas Syiah Kuala (USK). Cahaya tak kuasa menahan kesedihan saat mengetahui bahwa abang kandungnya meninggal dunia akibat dikeroyok di Masjid Agung Sibolga.
Berangkat dari kasus tersebut, Serambi Indonesia melalui reporter lapangan Indra Wijaya mengundang Cahaya ke Studio Serambi untuk mengikuti program "Saksi". Wawancara eksklusif ini dapat disaksikan di kanal YouTube Serambi Indonesia. Berikut petikan wawancaranya:
Kalian berdomisili di Simeulue atau Sibolga?
Saya perkenalkan diri dulu. Nama saya Cahaya Amonta, sekarang sedang menempuh pendidikan di Universitas Syiah Kuala, Jurusan Teknik Komputer. Kami lahir di Sibolga, orang tua kami berasal dari Simeulue. Mereka sempat bekerja lama di Sibolga sebagai nelayan, lalu kami pindah kembali ke Simeulue. Kami besar di Sibolga. Abang saya (Arjuna) menempuh pendidikan SD di Sibolga, lalu SMP pindah ke Simeulue. Saya sendiri sempat sekolah SD kelas 4-6 di Simeulue. Setelah kakak pertama tamat SMP, kami pindah lagi ke Sibolga dan menamatkan SD hingga SMA di sana. Ayah berasal dari Kecamatan Salang, dan mama dari Kecamatan Simeulue Tengah.
Kami empat bersaudara. Yang pertama perempuan, kedua almarhum Arjuna, ketiga saya, dan yang paling kecil masih SMP. Kami tiga perempuan dan satu laki-laki. Kakak saya saat ini kuliah di UBBG Banda Aceh. Kami sudah yatim, ayah meninggal pada April 2025. Mama masih ada, tinggal di Desa Putra Jaya, Kecamatan Simeulue Tengah, bersama adik saya.
Apakah almarhum sebelumnya kuliah di Sibolga atau hanya bekerja?
Abang saya tamat SMK tahun 2021 dan tidak kuliah. Ia bekerja di Sibolga untuk mencari nafkah, ikut orang melaut. Kadang ikut boat nelayan, kadang kapal viser untuk menangkap ikan. Mereka bisa berada di laut selama tiga bulan, kadang satu minggu atau dua belas hari.
Kapan terakhir kali bertemu dengan korban?
Terakhir bertemu saat ayah baru saja meninggal. Setelah itu, abang berangkat ke Meulaboh, Aceh Barat, ke tempat bunda. Lalu mereka berangkat ke Banda Aceh. Sekitar bulan April atau Mei itu terakhir kami bertemu.
Dari siapa pertama kali mendapat informasi bahwa korban meninggal dikeroyok?
Saya tahu sekitar pukul 14.00 WIB. Saya dapat kabar dari seorang ibu bernama Iin Hutagalung. Awalnya beliau tidak tahu kalau korban adalah abang saya. Ia dapat kabar dari grup WhatsApp dan berusaha mencari tahu siapa keluarga korban. Ia menyebarkan informasi di grup WhatsApp dan Facebook, bertanya ke banyak orang di media sosial. Akhirnya ada yang mengenali korban dan memberi tahu bahwa itu abang saya. Nomor saya diberikan ke ibu Iin. Korban diketahui sebagai warga Sibolga, meski KTP-nya sudah pindah ke Simeulue.
Seperti apa kronologis pengeroyokannya?
Pengeroyokan terjadi dini hari sekitar pukul 03.00 WIB, tanggal 31 Oktober. Abang saya sedang beristirahat di Masjid Agung Sibolga. Seorang pelaku menegur dan melarang abang tidur di masjid. Karena tidak ditanggapi, pelaku merasa tersinggung dan memanggil empat orang lainnya untuk mengeroyok abang saya.
Almarhum sendiri mau ke mana sampai harus beristirahat di masjid?
Pada Rabu (29/10/2025), abang pamit ke saya lewat telepon. Saya saat itu sedang di perpustakaan. Ia bilang, “Dek, abang berangkat ya selama tiga bulan ikut kapal viser.” Saya jawab, “Hati-hati ya bang, baik-baik di sana.” Ia juga bilang agar saya menjaga diri di Banda Aceh. Saya tanya kapan pulang, katanya mungkin sebelum puasa, sekitar bulan Januari. Itu terakhir kami teleponan.
Sebenarnya abang bilang hari Rabu itu berangkat ke laut. Tapi tidak tahu kenapa bisa ada di Masjid Agung.
Kami tidak tahu kalau abang tidur di masjid. Ia biasanya ngekos di Sibolga, bayar per bulan. Karena rencana mau melaut, ia tidak bayar kos dan memilih istirahat di masjid, tepatnya di kawasan Gudang Tobu.
Apa ada saudara di Sibolga?
Ada. Tapi saya rasa abang malu menumpang tidur, apalagi sudah malam. Mungkin karena sudah sering ditolong, ia merasa tidak enak. Jadi ia memilih tidur di masjid. Saat kejadian, abang dipukul di kepala dan perutnya diinjak. Saya sendiri belum sanggup menonton videonya.
Sosok Arjuna seperti apa di mata Cahaya?
Abang saya pribadi yang baik dan tangguh. Kadang menjengkelkan karena suka gangguin adik-adiknya. Tapi ia royal kalau punya uang. Sering kirim uang jajan untuk saya, ajak jalan-jalan. Banyak yang bilang ia baik ke sekitar. Namanya saudara, kadang kami juga kelahi, tapi cepat baikan.
Saya tidak menyangka ada orang yang tega mengeroyok abang saya sampai meninggal. Padahal ia hanya menumpang istirahat di masjid. Siapa pun berhak istirahat di masjid. Bahkan untuk ke toilet pun kita kadang permisi ke masjid. Saya sangat terpukul dan tidak terima. Apakah pelaku tidak berpikir jika keluarganya diperlakukan seperti itu?
Apa harapan Anda?
Harapan saya kepada penegak hukum, agar kasus ini diselesaikan dengan tuntas. Berikan hukuman yang setimpal, dengan jujur dan sebaik-baiknya.
Ada rencana pulang ke Sibolga?
Insyaallah dalam waktu dekat. Kalau kuliah lancar dan sudah libur, kami akan pulang ke Sibolga. Mama sudah tahu abang meninggal. Bunda dan kakak yang mengabari. Mama menangis saat tahu abang sudah tiada.
Apa pesan terakhir yang ingin disampaikan?
Semoga ini menjadi pembelajaran untuk kita semua, bukan hanya warga Sibolga. Juga bagi pelaku. Jangan menilai orang dari luarnya saja. Kalau ada masalah, bicarakan baik-baik. Kita tidak tahu apa yang sedang dialami seseorang. Bisa jadi ia butuh bantuan atau sekadar ingin menenangkan diri. Jangan semena-mena terhadap orang lain.(*)
Pemuda Aceh Tewas Dikeroyok di Sibolga
Wawancara Eksklusif
Arjuna Tamaraya
Masjid Agung Sibolga
Polres Sibolga
Kasus Pengeroyokan Pemuda Simeulue
Pemuda Simeulue Tewas Dikeroyok
Pemuda Simeulue
pemuda Simeulue meninggal
Serambinews.com
Serambi Indonesia
Serambinews
Cahaya Amonta
| Kronologi Arjuna Tewas Dianiaya di Masjid Agung Sibolga, Korban Dituduh Curi Kotak Infaq |
|
|---|
| Pengeroyok Arjuna Harus Dihukum Berat |
|
|---|
| Reaksi Bobby Nasution Tekait Pemuda Aceh Dibunuh di Masjid Agung Sibolga: Sangat Disayangkan |
|
|---|
| Sosok Arjuna, Pemuda Aceh Dibunuh di Masjid Sibolga, Ingin Melaut Sebelum Disiksa Secara Keji |
|
|---|
| HDMI Minta Pengurus Masjid Belajar dari Kasus Sibolga, Tumad: Masjid Harus Ramah bagi Pengunjung |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.