Opini
Memanfaatkan Agglomeration Economies sebagai Lokomotif Baru Pemerataan Ekonomi Aceh
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh per Maret 2023 menunjukkan, tingkat pengangguran terbuka masih berada di angka 5,21%,
Kedua Penyediaan Infrastruktur Pendukung yang Terintegrasi dan Berkualitas. Agglomeration tidak akan terjadi tanpa infrastruktur yang memadai. Kebijakan infrastruktur pemerintah harus selaras dengan rencana penciptaan kluster.
• Konektivitas: Pembangunan dan peningkatan jalan tol, jalan nasional, serta pelabuhan harus diarahkan untuk menghubungkan kluster-kluster industri dengan pasar utama (seperti Banda Aceh, Medan) dan pintu ekspor (Pelabuhan Kuala Tanjung/Malaka Strait).
• Infrastruktur Digital: Jaringan internet berkecepatan tinggi adalah infrastruktur dasar di abad 21. Ia memungkinkan transfer pengetahuan, akses pasar global, dan lahirnya usaha-usaha rintisan (startup) di dalam kluster.
• Infrastruktur Pendukung: Pembangkit listrik, jaringan air bersih, dan pengolahan limbah terpadu yang andal adalah prasyarat bagi industri untuk mau berinvestasi dan berkumpul di suatu wilayah.
Ketiga Pemberian Insentif Fiskal dan Non-Fiskal yang Smart dan Terukur. Untuk menarik "pemain pertama" atau anchor tenant (perusahaan besar) yang akan menjadi penarik bagi perusahaan-perusahaan pendukungnya, pemerintah perlu merancang paket insentif yang menarik.
• Insentif Fiskal: Tax holiday, tax allowance, pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk mesin dan peralatan, serta kemudahan perpajakan daerah dapat menjadi daya tarik utama.
• Insentif Non-Fiskal: Kemudahan perizinan berusaha yang terintegrasi dalam satu pintu, penyediaan lahan siap pakai di kawasan industri, serta jaminan keamanan dan kepastian hukum adalah faktor penentu yang tidak kalah penting.
• Penguatan Sumber Daya Manusia (SDM): Pemerintah harus berkolaborasi dengan universitas dan lembaga pelatihan vokasi (seperti Politeknik Aceh) untuk menciptakan kurikulum yang selaras dengan kebutuhan industri di kluster-kluster yang dibangun. Program magang dan pelatihan bersertifikat akan memastikan tersedianya tenaga kerja terampil yang siap diserap.
Dari Konsep Menuju Aksi Nyata untuk Kesejahteraan
Konsep agglomeration economies bukanlah teori usang di buku teks. Ia adalah strategi pragmatis yang dapat menjawab persoalan ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi Aceh. Dengan memusatkan sumber daya pada potensi unggulan di lokasi-lokasi strategis, pemerintah bukan saja menghemat anggaran, tetapi juga menciptakan ekosistem bisnis yang efisien, inovatif, dan berkelanjutan.
Dampak jangka panjangnya adalah pemerataan pembangunan yang sesungguhnya. Ketika kluster industri di Aceh Tengah atau Pantai Barat-Selatan tumbuh, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru akan tercipta. Ini akan mengurangi arus urbanisasi ke Banda Aceh dan menciptakan lapangan kerja yang berkualitas di dekat tempat tinggal masyarakat.
Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi yang terpusat namun merata inilah yang akan menjadi pondasi kokoh bagi terciptanya kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Aceh. Saatnya Aceh tidak hanya bangga dengan masa lalunya, tetapi juga membangun masa depannya dengan strategi yang cerdas dan terukur.(*)
| Membaca Fenomena Bullying di Lembaga Pendidikan |
|
|---|
| Perlindungan Anak yang Terlalu Jauh, Kita Sedang Mencetak Generasi Rapuh |
|
|---|
| Pasar Keuangan yang Likuid dan Cost of Fund Rendah Untuk Pertumbuhan Ekonomi Inklusif |
|
|---|
| Kegagalan Pasar kompetitif dan Sumber Daya Efisien di Tanah Rencong |
|
|---|
| Mengawal Tujuh Misi Mualem 2025-2029 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/uniki-080624-b.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.