Ini Jumlah Warga Aceh Utara yang Mendapat Layanan Kesehatan Gratis pada September- Oktober 2025

Ringkasan Berita:

• Anggaran khusus untuk mendukung CKG telah diusulkan dalam APBN tahun 2026 agar program ini dapat berjalan lebih optimal.
• Kendala yang dihadapi di antaranya adalah rendahnya partisipasi masyarakat di beberapa wilayah, rusaknya alat pemeriksaan seperti USG dan fotometer, serta proses input data ganda yang harus dilakukan di aplikasi berbeda.

 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Jafaruddin I Aceh Utara

SERAMBINEWS.COM, LHOKSUKON - Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Aceh Utara terus menunjukkan dampak besar bagi masyarakat.

Dari September hingga Oktober 2025, tercatat 14.969 warga mendaftar, dan 10.604 orang telah mendapatkan layanan pemeriksaan kesehatan langsung melalui 32 puskesmas yang tersebar dalam 27 kecamatan.

Angka ini menunjukkan tingginya antusiasme masyarakat terhadap layanan kesehatan preventif yang diberikan secara gratis, sekaligus menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam mempermudah akses kesehatan bagi seluruh lapisan warga.

Kabid Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Aceh Utara, Ners Mahzar, S.Kep, MM kepada Serambinews.com, Minggu (16/11/2025) menyebutkan, dari seluruh wilayah, Puskesmas Nisam menjadi unit layanan dengan capaian tertinggi.

Sebanyak 2.882 warga mendaftar dan 2.681 di antaranya berhasil dilayani, menjadikan Nisam sebagai puskesmas dengan respons masyarakat paling besar.

Disusul Puskesmas Tanah Pasir dengan 1.209 pendaftar dan 1.159 layanan, serta Puskesmas Simpang Keuramat yang memberikan 1.111 layanan dari total 1.420 pendaftar.

“Beberapa Puskesmas lainnya seperti Sawang, Syamtalira Bayu, dan Nisam Antara juga mencatat angka pelayanan yang tinggi, menunjukkan pemerataan kesadaran kesehatan masyarakat di berbagai kecamatan,” ujar Mahzar.

Sementara itu, beberapa Puskesmas lain mencatat jumlah layanan yang lebih rendah, seperti Lhok Beuringen yang hanya melayani dua warga dan Langkahan dengan tujuh pelayanan.

Meski demikian, kedua wilayah tersebut tetap menjadi bagian dari jangkauan program CKG yang bertujuan menyentuh seluruh pelosok Aceh Utara, tanpa terkecuali.

Perbedaan angka antarwilayah dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat, jarak geografis, dan aktivitas sosialisasi yang dilakukan petugas.

Mahzar juga menjelaskan bahwa meski pelaksanaannya masih menghadapi sejumlah kendala, petugas puskesmas tetap turun setiap hari ke meunasah, posyandu, dayah, sekolah, dan lokasi keramaian lainnya demi memastikan warga benar-benar mendapatkan layanan kesehatan yang mudah dijangkau.

“Program ini bertujuan untuk memastikan masyarakat mengetahui kondisi kesehatannya lebih dini. Meski ada keterbatasan alat dan tenaga, petugas tetap memberikan pelayanan terbaik,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa anggaran khusus untuk mendukung CKG telah diusulkan dalam APBN tahun 2026 agar program ini dapat berjalan lebih optimal.

Kendala yang dihadapi di antaranya adalah rendahnya partisipasi masyarakat di beberapa wilayah, rusaknya alat pemeriksaan seperti USG dan fotometer, serta proses input data ganda yang harus dilakukan di aplikasi berbeda.

Selain itu, beberapa jenis pemeriksaan membutuhkan reagen yang belum tersedia. Meski begitu, pemerintah tetap berupaya memaksimalkan pelayanan yang ada dan meningkatkan efisiensi pendataan agar tidak membebani petugas di lapangan.

“Kita berharap ke depan angka partisipasi masyarakat semakin meningkat dan layanan dapat dilakukan lebih intensif, sehingga upaya deteksi dini penyakit dapat berjalan lebih maksimal dan berdampak langsung pada peningkatan kualitas hidup,” pungkas Mahzar.(*)