Opini
Ketika Api Menjadi Guru
Fenomena perundungan (bullying) di lembaga pendidikan, baik di sekolah maupun di pesantren, bukanlah hal baru. Ia hadir dalam berbagai
Tragedi Babul Mahgfirah memberi kita pelajaran berharga: bahwa lembaga pendidikan, betapapun religiusnya, tetap membutuhkan pendekatan ilmiah dalam memahami dinamika kejiwaan peserta didik.
Dari Tragedi ke Transformasi
Tragedi beberapa waktu lalu, membuka ruang refleksi bagi seluruh pemangku kepentingan pendidikan, dari pemerintah, ulama, hingga masyarakat, untuk memperkuat sistem perlindungan anak di sekolah dan pesantren.
Upaya ini dapat dimulai dari hal sederhana: membuka ruang dialog santri dengan pengasuh, menyediakan konselor di pesantren, melatih guru memahami tanda-tanda stres, serta menanamkan nilai empati sebagai bagian dari kurikulum adab.
Semua ini bukan sekadar pilihan, melainkan inti dari pendidikan Islam itu sendiri, yang menempatkan kasih sayang sebagai bagian dari perilaku seorang Muslim.
Api yang membakar asrama Dayah Babul Maghfirah mungkin saja telah padam, tetapi bara kesadarannya seharusnya tetap menyala.
Bukan untuk menyalahkan siapa pun, melainkan untuk menyadarkan kita bahwa dunia pendidikan, di mana pun, termasuk di Aceh, harus segera berbenah.
Kita tahu, bahwa pendidikan sejati bukan hanya urusan kecerdasan dan moralitas, tetapi juga tentang melindungi ruang batin anak-anak kita dari rasa takut dan kesepian.
Dalam konteks Aceh yang menegakkan syariat, pembelajaran ini terasa makin mendesak. Sebab, syariat bukan sekadar hukum formal, tetapi sistem nilai yang memuliakan manusia.
Dan ketika pendidikan mampu menerjemahkan nilai itu ke dalam kebijakan yang nyata, yang melindungi, mendengar, dan menyembuhkan, maka dari tragedi seperti Babul Maghfirah, kita bisa memetik pelajaran yang paling berharga: bahwa api pun bisa menjadi guru.
*) PENULIS adalah penulis buku Islam Mazhab Hamok, Email: khairilmiswar@yahoo.com, Media Sosia: Facebook (Khairil Miswar)
| Mewujudkan Pelayaran Krueng Geukueh-Malaysia: Dari Harapan ke Aksi Nyata Kebangkitan Ekonomi Aceh |
|
|---|
| MoU Helsinki dan Revisi UUPA: Aceh Kembali Menguji Integritas Demokrasi Indonesia, Lulus atau Lolos? |
|
|---|
| Analisa Exit Strategi Stabilitas Listrik Aceh |
|
|---|
| Penguatan Tata Kelola Basmalah untuk Aceh yang Bermartabat |
|
|---|
| Membangun Aceh Utara: Menyatukan Ekonomi, Spiritualitas, & Kelestarian demi Masa Depan Berkelanjutan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Khairil-Miswar-OKEH.jpg)