Breaking News

Laporan Khusus

Kisah Pacar Suster di Hutan Mane Pidie

"Kamu sudah punya pacar," Sjafrie mengajukan pertanyaan tidak terduga. Perwira muda itu, yang disaksikan rombongan, terlihat sedikit grogi.

Editor: mufti
TRIBUNNEWS.COM/DAHLAN DAHI
BERDIALOG - Menhan Sjafrie Syamsuddin berdialog dengan perwira muda, Letda Alfarisky, saat berkunjung ke Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan (Yonif TP) 857/Gana Gajahsora, Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh, Minggu (16/11/2025). 

Dua helikopter TNI AU mengantar rombongan Sjafrie ke Mane, kampung di tepi gunung Pidie. Di lapangan terbuka, seperti lapangan sepak bola kampung, helikopter mendarat, disambut warga kampung yang ingin melihat helikopter, tentara yang sibuk, dan baliho bergambar Sjafrie dengan topi baret merah.

Rombongan menuju Marshalling Area Yonif TP 857/GG. Ini adalah markas Yonif --ada rumah untuk prajurit (yang bujang maupun berkeluarga), sarana olahraga, dan kantor, serta, tentu saja sarana latihan militer. Jangan bayangkan ada mal di sini. Jauh. Dari kampung pun jauh. Praktis, sehari-hari, prajurit dan keluarganya menghabiskan waktu di sini.

Kawasan Mane secara umum adalah area di mana Gerakan Aceh Merdeka (GAM), ketika itu, sangat kuat. Topografi wilayahnya bergunung-gunung, hutan lebat--surga bagi gerakan gerilya. Sjafrie, ketika masih berpangkat letnan, pernah bertugas di area ini.

Markas Yonif 857 bisa menggambarkan potret TNI saat ini--dan akan bergerak ke mana. Ada sekitar 500 prajurit di batalion ini. Artinya, masih kurang dari seharusnya seribu prajurit. Batalion ini hanya dilengkapi 40-an pucuk senjata. Artinya, senjatanya kurang, tidak sampai 10 persen dari jumlah prajurit. Ada tentaranya, senjatanya tidak cukup.

Dalam program teritorialnya, terlihat bagaimana tentara menggarap swasembada pangan: tentara menanam pisang, memelihara sapi, kambing, dan ayam, serta menanam sayur mayur dan memelihara ikan lele. Ada sekitar dua hektar lahan yang digarap.

Seperti jumlah senjata, truk militer, radio komunikasi, dan komputer, luas lahan dan besarnya jumlah panen masuk dalam laporan militer. Sjafrie memeriksa detail, satu demi satu. Misalnya, kepada prajurit ia bertanya, apakah pisang itu ditanam sendiri atau tanaman warga. Sjafrie juga mengecek asrama dan dapur, melihat sendiri, dan menginterogasi.

Di dapur, ia memeriksa lauk pauk prajurit. Dia mengecek tempe: "Apakah disajikan satu potong atau dua potong", tanya Sjafrie ke prajurit. "Siap, dua potong," jawab prajurit. Kalau dua potong, ya, begitulah anggarannya. Tapi kalau satu potong, hmm, ada korupsi.

Sjafrie tahu jika ada potensi korupsi di telur: Jika telur disajikan dalam bentuk dadar, berarti ada tanda korupsi. Mengapa? Karena jatah satu butir telur per prajurit bisa dibagi lima. Korupsinya empat biji telur.

"Ayam ini berapa potong seekor," Sjafrie bertanya lagi. Idealnya delapan potong. Kalau 10 potong satu ekor, Sjafrie tahu ada korupsi. Sjafrie melihat tempat gorengan. Minyaknya sudah berwarna hitam. Dia berteriak, "Hei, ini racun. Minyak seharusnya masih berwarna kuning." 

Muka para prajurit memerah. Begitu Sjafrie berlalu, seorang jenderal saya lihat langsung bisik-bisik agar segera membersihkan tempat gorengan itu. "Jangan ulangi lagi," saya dengar suara yg tegas, tapi sayup-sayup.

Sebelum masuk dapur, seorang perwira muda, Alfarisky, menarik perhatian Sjafrie. Ia termasuk prajurit yang baru lulus pendidikan, masih segar.  Sjafrie bertanya kepada anak muda ini tentang gajinya (Rp 7 juta), berapa dia menabung sebulan (Rp 4 juta), dan berapa dia kirimi ibunya (Rp 2 juta).

"Kamu sudah punya pacar," Sjafrie mengajukan pertanyaan tidak terduga. Perwira muda itu, yang disaksikan rombongan, terlihat sedikit grogi. Lalu ia menguasai diri dan menjelaskan: sudah punya pacar, seorang suster, bekerja di Arab.

"Wah, gaji dia lebih besar, dong," goda Sjafrie. Lalu ia mengingatkan, meski gaji beda, rumah tangga harus dijaga, karena prajurit TNI, "tidak boleh bercerai". Batalion di Pidie hanyalah satu dari 128 batalion TNI di seluruh Indonesia saat ini. Untuk menjalankan visi defensif aktif, Sjafrie merencanakan tambahan 386 batalion baru. 

Artinya: Kelak, seluruh kabupaten/kota, jumlah 514, akan dijaga satu batalion. Fungsinya menjaga dan mendorong swasembada. Menjaga kedaulatan bangsa. "Setiap tahun kita akan bangun 150 batalion," ungkap Sjafrie. Setiap batalion diperkuat sekitar seribu prajurit. Artinya, setiap tahun butuh 150 ribu prajurit baru. Dalam lima tahun, 514 batalion akan terbangun. "Ini bukan untuk ofensif, menyerang," kata Sjafrie lagi. "Ini untuk menjaga kedaulatan kita. Kalau kita kuat, kita bisa menjaga kedaulatan ekonomi kita".(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved