Banjir dan Longsor di Aceh

Warga Was-was Terjadi Banjir Badriah Pun Semalaman tak Bisa Tidur, Sejumlah Daerah Mulai Tergenang

Sejak Jumat (21/11/2025), hujan lebat yang tak kunjung berhenti membuat Sebagian Wilayah Aceh Terendam banjir

Editor: mufti
COVER KORAN SERAMBI INDONESIA
HEADLINE KORAN SERAMBI INDONESIA EDISI AHAD 20251123 

“Intensitas hujan yang tinggi membuat pemerintah daerah harus mengambil langkah cepat untuk mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi, terutama banjir dan longsor di kecamatan-kecamatan rawan,” ujar Ayahwa, Sabtu (22/11/2025).

Hingga Sabtu malam, hujan deras masih mengguyur sebagian besar wilayah Aceh Utara. Karena itu, Bupati menegaskan agar Kalaksa BPBD dan para camat tetap berada di tempat untuk memantau perkembangan di lapangan. “Ikuti perkembangan situasi di wilayah masing-masing dan segera laporkan setiap perubahan kondisi,” tegas Ayahwa. Ia juga menginstruksikan agar posko siaga bencana diaktifkan selama intensitas hujan masih tinggi.

Pemkab Aceh Utara berharap kerja sama seluruh pemangku kepentingan dapat meminimalkan risiko serta mempercepat penanganan apabila terjadi keadaan darurat. “Kita terus melakukan pemantauan dan meminta masyarakat untuk selalu berhati-hati serta mengikuti imbauan resmi dari BPBD,” tambah politisi Partai Aceh itu.

Sementara itu, Kalaksa BPBD Aceh Utara, Fuad Mukhtar, mengatakan bahwa pihaknya telah menurunkan tim untuk memantau titik-titik yang berpotensi terjadi bencana. Beberapa kecamatan mulai mengalami kenaikan debit air, meski belum mengganggu aktivitas warga secara signifikan.

Meski demikian, pemerintah mengimbau masyarakat tetap waspada dan segera melapor apabila melihat tanda-tanda bahaya. “Koordinasi antarlembaga sangat penting. Bupati meminta seluruh unsur pemerintahan di tingkat kecamatan dan gampong tanggap terhadap kondisi di lapangan demi memastikan keselamatan warga,” ujar Fuad.

Rendam Dua Kecamatan

Sementara di Kabupaten Aceh Timur, dua kecamatan, yakni Simpang Ulim dan Madat, mulai terendam banjir. Sementara di Aceh Tamiang, luapan air juga merendam hamparan sawah di Kecamatan Bandamulia dan mengancam gagal panen.

Ketua Forum Keuchik Kecamatan Madat, Ismail Budiman, melaporkan bahwa banjir mulai memasuki perkampungan warga sejak pukul 05.00 WIB, Sabtu (22/11/2025). Sejumlah gampong terdampak mengalami ketinggian air antara 50 cm hingga 1 meter.

Gampong yang paling parah terdampak di antaranya Tanjung Menjei dan Paya Naden. Adapun empat gampong lainnya di Kecamatan Madat yang sudah terendam banjir yaitu Matang Sepeng, Pucok Alue Sa, Pucok Alue Dua, dan Kampung Baro. Meskipun air mulai memasuki rumah, warga belum melakukan pengungsian. Mereka memilih tetap bertahan sambil membersihkan parit-parit yang tersumbat agar air cepat mengalir. 

Budiman menjelaskan bahwa banjir disebabkan hujan lebat berkepanjangan yang membuat tanggul dan saluran irigasi penuh hingga meluap. Kondisi ini dikhawatirkan dapat menyebabkan jebolnya tanggul jika hujan tidak mereda. “Saya sudah melaporkan ini kepada BPBD dan Bupati. Kita harus siap siaga, karena jika debit air terus bertambah, warga terpaksa mengungsi,” ujarnya. Hingga sore kemarin, hujan masih mengguyur Kecamatan Madat. Warga mulai menyiapkan langkah darurat jika air kembali naik.

Di Kecamatan Simpang Ulim, Camat Muhammad Yusuf mengonfirmasi bahwa empat gampong di wilayahnya telah terendam sejak malam sebelumnya. “Air sudah memasuki permukiman. Kami melakukan koordinasi lintas gampong untuk memantau kondisi terbaru,” kata dia.

Di Aceh Tamiang, khususnya di Kampung Payarahat, Kecamatan Bandamulia, banjir merendam hamparan sawah dan dipastikan menyebabkan gagal panen. Kondisi ini bukan hanya akibat curah hujan tinggi, tetapi juga karena saluran air milik perusahaan perkebunan kelapa sawit yang dinilai tidak lagi layak. “Setiap hujan, air parit perusahaan itu pasti meluap dan turun ke sawah,” ujar seorang warga, Zulkifli Raja.

Meski warga telah melaporkan kondisi tersebut kepada pihak perusahaan, termasuk kepada manajernya, namun hingga kini belum ada tindakan nyata. Sikap pasif ini mulai memicu kekesalan warga karena genangan air terus merusak tanaman. Zulkifli berharap perusahaan segera memperbaiki saluran parit agar banjir tidak lagi menghantui para petani. Tahun ini, kejadian luapan parit sudah terjadi tiga kali dan semuanya berujung pada matinya tanaman.

Kecamatan Bandamulia dikenal sebagai salah satu sentra pertanian Aceh Tamiang. Daerah ini juga baru ditetapkan sebagai kawasan sentra bawang merah dengan sepuluh kampung percontohan masing-masing seluas dua hektare.(zak/jaf/al/mad)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved