Ferry Irwandi Ungkap Kondisi Takengon: Terlihat Aman, Warga Justru Kekurangan Beras

Menurutnya, hingga kini jalur darat menuju Aceh Tengah dan Bener Meriah masih belum sepenuhnya terbuka.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Nur Nihayati
YouTube Ferry Irwandi
FERRY IRWANDI - Nama Ferry Irwandi disorot usai bicara lantang terkait dalang di balik aksi kerusuhan demonstrasi. 

SERAMBINEWS.COM – Aktivis kemanusiaan Ferry Irwandi mengungkap kondisi terkini wilayah Takengon dan Kabupaten Aceh Tengah pascabanjir bandang.

Meski secara kasat mata terlihat aman dan kondusif, masyarakat di sejumlah wilayah justru menghadapi persoalan serius, terutama kekurangan beras akibat akses darat yang terputus.

Hal tersebut disampaikan Ferry Irwandi saat menyalurkan bantuan kemanusiaan ke sejumlah daerah terdampak di Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah.

Ia mengatakan, banyak orang menilai Takengon dalam kondisi baik-baik saja karena listrik mulai menyala dan aktivitas warga di pusat kota terlihat berjalan normal.

“Kalau kita turun di pusat kota, yang terlihat memang hijau, warung-warung mulai buka, listrik nyala walaupun belum stabil. Tapi masalah besarnya bukan itu. Masalah besarnya adalah isolasi,” ujar Ferry, Kamis (18/12/2025) dalam unggahannya.

Menurutnya, hingga kini jalur darat menuju Aceh Tengah dan Bener Meriah masih belum sepenuhnya terbuka.

Baca juga: Rangka Jembatan Bailey Tiba di Nagan, Bupati TRK: Bisa Bebaskan Isolir Beutong Ateuh dan ke Takengon

Kondisi tersebut berdampak langsung pada distribusi logistik, terutama bahan pangan pokok seperti beras.

Ferry menjelaskan, akses bantuan ke wilayah tersebut saat ini sebagian besar hanya bisa ditempuh melalui jalur udara dan jalur air. Salah satunya menggunakan Bandara Rembele serta jalur perahu melalui Danau Lut Tawar untuk menjangkau daerah-daerah terisolasi seperti Desa Bintang.

“Beberapa daerah benar-benar tidak bisa dijangkau lewat darat. Ada relawan yang harus jalan kaki, ada juga yang menunggu bantuan lewat udara. Bahkan ada wilayah yang belum sama sekali tersentuh relawan,” katanya.

Ia menambahkan, dari hasil pemetaan yang dilakukan dari udara, ditemukan puluhan titik longsor dan ratusan titik infrastruktur yang rusak.

Ferry menyebut terdapat sekitar 45 titik longsor dan sekitar 120 hingga 130 jembatan yang mengalami kerusakan atau terputus di kawasan Aceh Tengah dan sekitarnya.

“Inilah yang menyebabkan suplai logistik terhambat. Ketika jalur darat putus, beras jadi langka dan harganya mahal. Padahal masyarakat di sini sangat bergantung pada distribusi dari luar daerah,” jelasnya.

Baca juga: Jalur Takengon–Beuteung Ateuh Dipercepat, Dinilai Lebih Mudah Dipulihkan Pascabencana

Ferry menegaskan, berbeda daerah, berbeda pula kebutuhan mendesaknya.

Jika di wilayah lain permasalahan utama adalah listrik dan air bersih, maka di Aceh Tengah dan Bener Meriah saat ini kebutuhan paling mendesak adalah beras.

“Listrik dan air di beberapa titik masih ada, walaupun hidup mati. Artinya masyarakat sebenarnya bisa mengolah makanan. Tapi bahan makanannya, terutama beras, yang sulit didapat,” ujarnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved