Komnas HAM Ungkap 10 Orang Tewas Sejak Demo 25 Agustus 2025, Berikut Identitas Korban

Ketua Komnas HAM Anis Hidayah menyebut sedikitnya 10 orang meninggal dunia, sebagian diduga akibat kekerasan aparat.

Editor: Faisal Zamzami
Tribunnews.com/ Rahmat W Nugraha
DEMO MAHASISWA POLDA - Mahasiswa masih bertahan kepung Gedung Polda Metro Jaya sekira 18.00 WIB, Jakarta Selatan, Jumat (29/8/2025). 

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA Komnas HAM menyampaikan keprihatinan atas eskalasi demonstrasi yang terjadi sejak 25 Agustus 2025.

Dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (2/9/2025), Ketua Komnas HAM Anis Hidayah menyebut sedikitnya 10 orang meninggal dunia, sebagian diduga akibat kekerasan aparat.

“Sejauh ini tercatat setidaknya 10 orang korban meninggal dunia, di mana beberapa di antaranya diduga kuat karena mengalami kekerasan dan penyiksaan oleh aparat. Ini masih kami selidiki,” ujar Anis.


Komnas HAM juga mencatat:

-1.683 orang ditangkap dan ditahan (25 Agustus–1 September)

-429 orang dirawat di Bandung, 46 masih dirawat

-89 orang ditangkap di Solo, dengan tambahan 14 orang pada 1 September

-28 aduan masyarakat, mayoritas terkait penangkapan sewenang-wenang 

Identitas 10 Korban Meninggal:

1. Affan Kurniawan – driver ojol, tewas tertabrak rantis Brimob di Jakarta

2. Akbar Basri – tewas saat Gedung DPRD Makassar terbakar

3. Sarina Wati – tewas dalam insiden kebakaran DPRD Makassar

4. Syaiful Akbar – tewas dalam insiden kebakaran DPRD Makassar

5. Budi Haryadi – tewas dalam insiden kebakaran DPRD Makassar

6. Rusdamdiansyah – driver ojol, tewas akibat pengeroyokan di Makassar

7. Sumari (60) – tukang becak, diduga tewas terpapar gas air mata di Solo

8. Rheza Sendy – mahasiswa Amikom Yogyakarta, tewas saat aksi ricuh

9. Iko Juliant Junior – mahasiswa UNNES, meninggal setelah diduga dianiaya

10. Andika Lutfi Falah – pelajar SMKN 15 Tangerang, tewas saat demo di DPR RI

Baca juga: Pria Berambut Cepak Susupi dan Jadi Provokator dalam Aksi Demo di Medan, Pendemo: Dia Ngaku Intel

Latar Belakang Demonstrasi

Aksi nasional dimulai dengan unjuk rasa bertajuk “Indonesia Gelap, Revolusi Dimulai” di depan DPR RI, Senin, 25 Agustus 2025.

Tuntutan utama adalah pembubaran DPR, dipicu isu tunjangan rumah DPR RI Rp50 juta.

Kericuhan terjadi di sekitar flyover Ladokgi dan Restoran Pulau Dua setelah rombongan pelajar bentrok dengan aparat.

Aksi berlanjut pada Kamis, 28 Agustus 2025, oleh kelompok buruh, menuntut penghapusan outsourcing hingga pengesahan RUU Perampasan Aset.

Bentrok kembali pecah saat massa buruh bubar dan pelajar kembali terlibat.

Puncaknya, pengemudi ojol Affan Kurniawan tewas tertabrak rantis Brimob di Pejompongan, Jakarta Pusat.

Sejak itu, demonstrasi meluas ke berbagai kota, disertai penyerangan terhadap fasilitas kepolisian.


Pada Sabtu, 30 Agustus2025, massa tak dikenal merusak dan menjarah rumah pribadi anggota DPR Ahmad Sahroni, Eko Patrio, Uya Kuya, Nafa Urbach, hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani. Kendaraan dan barang pribadi dilaporkan ikut dirusak.

Baca juga: Demo Rusuh di Sejumlah Daerah, Polri Telusuri Dugaan Keterlibatan Buronan Raja Minyak Riza Chalid

Respons Pemerintah dan Polri


Senin, 1 September 2025, Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa pemerintah menghormati kebebasan berpendapat, namun menolak tindakan anarkis.

Ia meminta proses hukum terhadap aparat dilakukan secara transparan.

“Terhadap petugas yang kemarin melakukan kesalahan ataupun pelanggaran, saat ini Kepolisian RI telah melakukan proses pemeriksaan,” ujar Prabowo.

Kadiv Propam Polri, Irjen Abdul Karim, menyebut tujuh personel Brimob yang berada di rantis saat insiden Affan telah diamankan dan diperiksa.

“Para pelaku telah diamankan dan sedang menjalankan pemeriksaan,” katanya.

Kabid Humas Polda DIY, Kombes Ihsan, menyatakan bahwa Propam telah memeriksa 10 saksi terkait kematian mahasiswa Rheza Sendy.

“Propam Polda DIY masih terus melakukan pendalaman dan akan memanggil saksi-saksi lain yang diperlukan,” ujarnya.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menyatakan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan kepada korban dan keluarga, termasuk biaya pengobatan dan pendidikan.

“Presiden sangat punya perhatian terhadap korban, tidak hanya yang dari sipil, tetapi juga dari aparat,” kata Gus Ipul.

Baca juga: Dokter Spesialis RSUD Nagan Raya Mogok Kerja Terbatas, Begini Respons Plt Direktur

Baca juga: Fakta 5 Orang Sekeluarga Tewas Dibunuh di Paoman Indramayu, Termasuk Kakek Sahroni dan Bayi 8 Bulan

Baca juga: Kolaborasi Mahasiswa, Unimal Ciptakan Stetoskop Akustik Ramah Anak, Didanai Kemdiktisaintek

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved