Luar Negeri

Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli Resmi Mundur Usai Demo Berdarah Tewaskan 19 Orang

Keputusan itu diambil sehari setelah salah satu aksi demonstrasi paling berdarah dalam beberapa tahun terakhir menewaskan sedikitnya 19 orang.

Editor: Faisal Zamzami
X/@kpsharmaoli
PM NEPAL - Dibagikan oleh akun X/@kpsharmaoli pada 7 Agustus 2025 lalu. Foto menunjukkan PM Nepal, Khadga Prasad Sharma Oli berbicara dalam forum internasional mengenai pentingnya South-South Cooperation sebagai mekanisme kolaboratif bagi negara-negara berkembang tanpa akses laut (LLDCs.) 

Dalam beberapa hari terakhir, kekecewaan itu semakin nyata di media sosial.

Video di TikTok — yang tidak ikut diblokir pemerintah — memperlihatkan kontras antara kesulitan hidup rakyat biasa dengan gaya hidup mewah anak-anak politisi yang pamer barang bermerek dan liburan mahal.

Baca juga: VIDEO - Tragedi di Nepal: Polisi Tembak Mati 19 Demonstran Tolak Larangan Medsos

Demo Nepal Terus Berlanjut: Jam Malam Ditentang, Massa Bentrok Lawan Polisi

 

Ribuan demonstran antikorupsi di Nepal kembali turun ke jalan pada Selasa (9/9/2025), menentang jam malam diberlakukan pemerintah.

Massa bentrok dengan polisi dan meneriakkan slogan menentang Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli, sebagaimana dilansir Reuters.

Sebelumnya, 19 orang tewas dalam protes besar berujung kericuhan karena pemerintah menerakan larangan media sosial.

Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet ketika pengunjuk rasa mencoba menyerbu gedung parlemen. Insiden itu menewaskan 19 orang dan melukai lebih dari 100 orang.

Pemerintah Nepal sempat mencabut larangan media sosial pada Senin (8/9/2025). Akan tetapi, pencabutan larangan tak membuat massa berhenti menggelar aksi protes demonstrasi.

 
Kerusuhan kali ini disebut sebagai yang terburuk dalam beberapa dekade di negara Himalaya itu. 

Nepal, yang berada di antara India dan China, terus menghadapi ketidakstabilan politik dan ketidakpastian ekonomi sejak monarki dihapuskan pada 2008.

Oli menggelar pertemuan lintas partai pada Selasa. Dia menegaskan bahwa kekerasan bukanlah solusi. 

"Kita harus menempuh dialog damai untuk menemukan solusi atas masalah apa pun," kata Oli.

Namun, pernyataan tersebut belum meredakan amarah publik. Massa tetap berkumpul di depan gedung parlemen dan sejumlah titik di Kathmandu. 

Mereka juga menyerukan masyarakat untuk hadir dalam pertemuan belasungkawa bagi para korban tewas.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved