Luar Negeri

Profil Paul Biya, Presiden Tertua di Dunia Berusia 92 Tahun, Maju Pilpres Kamerun Untuk ke 8 Kali

Biya, yang telah berkuasa sejak 1982, saat ini merupakan kepala negara tertua di dunia yang masih menjabat.

Editor: Faisal Zamzami
Anadolu Agency
Presiden Kamerun Paul Biya, yang berusia 92 tahun, telah resmi mencalonkan diri untuk masa jabatan kedelapan 

SERAMBINEWS.COM - Presiden Kamerun Paul Biya, yang berusia 92 tahun, telah resmi mencalonkan diri untuk masa jabatan kedelapan dalam pemilihan presiden mendatang yang ditetapkan pada 12 Oktober 2025.

Biya, yang telah berkuasa sejak 1982, saat ini merupakan kepala negara tertua di dunia yang masih menjabat.

Untuk kategori presiden terlama yang masih menjabat, ia berada di posisi kedua di belakang Teodoro Obiang Nguema Mbasogo yang sudah menjadi Presiden Guinea Khatulistiwa sejak 1979.

Namun, Mbasogo berusia lebih muda, yakni 83 tahun.

 

Biya, yang dikenal sebagai kepala negara tertua di dunia, secara resmi memulai kampanye pada Selasa (7/10/2025) di kota Maroua, wilayah Utara Jauh Kamerun.

Dalam sebuah penampilan publik yang jarang terjadi, Biya tiba dengan iring-iringan mobil dan disambut lautan pendukung serta para pemimpin lokal. 

Dia kemudian menyampaikan pidato di hadapan massa yang memadati lapangan, sebagaimana dilansir Viory.

"Rakyat wilayah Utara Jauh, para hadirin, dan sahabat sekalian. Saya sangat terharu melihat begitu banyak dari Anda datang untuk bertemu saya," ujar Biya.

 
"Terlepas dari kesulitan hidup sehari-hari, ramalan palsu, fitnah, dan kebohongan, sahabat sekalian, Anda tetap setia pada lembaga-lembaga negara sejak saya memegang jabatan tertinggi," lanjutnya.

Biya telah memimpin Kamerun sejak 1982 dan menjadi salah satu pemimpin dengan masa jabatan terpanjang di Afrika. 

Dalam kampanyenya kali ini, Biya menekankan pentingnya kesinambungan, dengan prioritas pada pembangunan infrastruktur, layanan publik, serta keamanan nasional.

Di sisi lain, para pengkritik menuduh Biya memusatkan kekuasaan dan menekan perbedaan pendapat selama masa pemerintahannya.

Pemilihan presiden Kamerun dijadwalkan berlangsung pada 12 Oktober mendatang.

Baca juga: Profil Pratu Johari Alfarizi, Putra Aceh Prajurit Kostrad Gugur saat HUT TNI, Anak Guru SMA Kutacane

Lantas siapakah sosok Paul Biya?

Profil Paul Biya

Dilahirkan pada 13 Februari 1933 di desa kecil di Kamerun Selatan, Paul Biya, Presiden Kamerun, sejak kecil berada di lingkungan keluarga miskin.

Namun, dari lingkungan itulah kariernya sebagai presiden bermula.

Saat berusia 7 tahun, seorang tutor yang ada di gereja Katolik mengatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan Biya sangat bagus.

Dia berpendapat bahwa Biya layak menjadi ketua.

Sampai pada usia remaja, Biya mendapatkan beasiswa di sekolah paling bergengsi yang ada di Kamerun, Lycee General Leclerc in Yaounde.

Di sana, Biya selalu mendapatkan nilai tertinggi, yang mengantarkannya mendapatkan beasiswa di Institut d'Etudes Politiques de Paris dan lulus pada 1961.

Karier politik Biya dimulai saat dirinya berhasil memimpin Cameroon National Union (CNU) dan menjabat sebagai direktur kabinet Menteri Pendidikan Nasional pada 1964.

Satu tahun berikutnya, dia diangkat menjadi Sekretaris Departemen Pendidikan Nasional, yang akhirnya mengantarkannya menjadi direktur sipil Kabinet Presiden pada 1967.

Kariernya yang terus melonjak mengantarkannya menjadi Sekertaris Jenderal Presiden pada tahun 1968, dan menjadi Perdana Menteri di negara kesatuan Kamerun pada tahun 1975.

Pada tahun 1982, Presiden Ahmadou Ahidjo mengundurkan diri dari jabatannya. Secara otomatis Biya menggantikan posisinya sebagai presiden.

Selama masa kepemimpinannya, Biya banyak mendapatkan kritikan.

Perekonomian Kamerun seketika anjlok. Hubungan bilateral dengan beberapa negara tetangga juga terganggu.

Minyak, kakao, kapas, kopi, dan kelapa sawit sebagai ekspor utama Kamerun mengalami penurunan yang drastis.

Penurunan drastis ini dialami Kamerun sembilan tahun berturut-turut.

Tak hanya dalam bidang ekonomi, dalam bidang ketenagakerjaan, Biya banyak memberhentikan karyawan-karyawan dari berbagai pekerjaan.

Akhirnya pada 1988, Biya meminjam dana moneter internasional sebagai dana talangan bagi negaranya.

Hingga pada tahun 1996 pertumbuhan ekonomi Kamerun kembali tumbuh secara perlahan-lahan.

Dalam masa krisis tersebut, Kamerun dan Nigeria sempat berperang atas persengketaan minyak, namun sepuluh tahun kemudian, yakni pada 2006, Mahkamah Internasional menyatakan kemenangan atas hak kekuasaan minyak bagi Kamerun.

Kamerun memang tercatat sebagai negara dengan angka melek huruf tertinggi di Afrika.

Namun, tingkat korupsi di negara penghasil kakao ini masih tinggi.

Pada Oktober 2004, Biya memenangkan pemilihan umum dengan masa jabatan tujuh tahun.

Namun banyak pihak menyatakan adanya kecurangan di balik kemenangannya.

Pada 2000-an, Biya semakin mengukuhkan kekuasaannya dengan mendorong perubahan konstitusional yang menghapus batas masa jabatan presiden pada 2008, yang memungkinkannya untuk mencalonkan diri tanpa batas waktu.

Meskipun ada protes dan tuduhan kecurangan pemilu, ia memenangi pemilu berturut-turut dan mendapat julukan "kandidat abadi."

Gaya pemerintahannya melibatkan pemanfaatan sumber daya negara dan mempertahankan aliansi yang kuat secara internasional.

Ia mempertahankan gayanya ini bahkan ketika Kamerun menghadapi stagnasi ekonomi dan kerusuhan internal, terutama di wilayah anglophone.

Pada 2019, posisi Biya semakin genting. Sebuah insiden di Jenewa, di mana para aktivis berusaha memprotesnya di depan umum, menyoroti meningkatnya ketegangan dan tekanan diplomatik.

Meskipun secara lahiriah terlihat pantang menyerah, sumber-sumber yang dekat dengannya mengatakan bahwa peristiwa-peristiwa ini, dikombinasikan dengan usia dan rumor kesehatannya, mungkin telah mendorong refleksi atas warisan dan masa depan kepemimpinannya.

Sampai saat ini, dirinya masih menjadi Presiden Kamerun di usia 92 tahun.

 

Kekhawatiran Suksesi

Britannica melansir, Biya dikenal sering bepergian ke luar negeri, terutama ke Prancis dan Swiss, dan jarang tampil di depan publik di Kamerun.

Seiring bertambahnya usia dan usia para menterinya yang sudah lama menjabat, kekhawatiran tentang rencana suksesi yang jelas semakin meningkat.

Pada akhir 2024, rumor tentang kesehatan Biya semakin meningkat setelah ia melewatkan beberapa acara publik, termasuk pertemuan internasional.

Pemerintah awalnya membantah rumor ini, menyatakan bahwa ia dalam keadaan sehat dan tinggal di Jenewa, dan kemudian melarang spekulasi media tentang kondisinya.

Baca juga: VIDEO - Dentuman Misterius di Tegal! Warga Temukan Batu Hitam Diduga Meteor Jatuh!

Baca juga: VIDEo - Mahfud MD Tantang Menkeu Purbaya Usut Skandal Emas 3,5 Ton dan TPPU Rp189 T di Bea Cukai

 

 

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved