Konflik Palestina vs Israel

Hamas Serahkan Daftar Tahanan Palestina ke Israel, Pembebasan Sandera Dimulai Pekan Depan

Kelompok Palestina, Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), menyatakan mereka telah menyerahkan daftar tahanan Palestina kepada Israel.

Editor: Faisal Zamzami
Telegram/Brigade Al-Qassam
BRIGADE AL-QASSAM - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam membawa tulisan "Neraka Al-Maghazi" merujuk pada tewasnya 21 tentara Israel dalam serangan Al-Qassam pada Januari 2024. Pada Jumat (4/4/2025), pemimpin Hamas Hasan Farhat tewas dalam serangan Israel di Sidon, Lebanon. 

SERAMBINEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan para sandera kemungkinan akan dibebaskan pada Senin (13/10/2025) minggu depan.

"Saat kita berbicara, begitu banyak upaya sedang dilakukan untuk membebaskan para sandera," kata Trump dalam wawancara dengan Fox News.

“Kami pikir mereka semua akan kembali pada hari Senin… dan itu termasuk jenazah orang yang meninggal,” tambahnya.

Hamas Serahkan Daftar Tahanan Palestina ke Israel

Kelompok Palestina, Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), menyatakan mereka telah menyerahkan daftar tahanan Palestina kepada Israel.

Pernyataan itu menyusul kabar Israel dan Hamas menyepakati perjanjian tahap pertama dalam perundingan yang berlangsung di Mesir pada Rabu (8/10/2025).

Kedua pihak sepakat untuk pertukaran tahanan dan Hamas menyerahkan daftar nama tahanan Palestina yang akan dibebaskan dalam kesepakatan itu.

"Kami menunggu kesepakatan akhir mengenai nama-nama tersebut," kata Hamas dalam pernyataannya, Kamis (9/10/2025).

Kelompok tersebut akan mengumumkan daftar nama tersebut melalui Kantor Media Tahanan setelah Israel setuju untuk membebaskan mereka.

Sebelumnya, Hamas dikabarkan mengincar untuk membebaskan para seniornya yang berada di penjara Israel, termasuk Marwan Barghouti.

Media AS, AP News, menulis Israel mungkin akan mempertimbangkan untuk membebaskan para senior Hamas karena khawatir mengulangi kesalahan yang sama ketika membebaskan senior Hamas, Yahya Sinwar, dalam pertukaran tahun 2011.

Yahya Sinwar yang sempat memimpin Hamas di Gaza, tewas dalam pertempuran melawan Israel pada 16 Oktober 2024.

AP News menulis beberapa nama tahanan Palestina yang mungkin masuk dalam daftar tahanan yang diajukan Hamas.

Selain Marwan Barghouti, ada nama komandan senior Hamas Abdullah Barghouti; Pemimpin Front Populer untuk Pembebasan Palestina, Ahmad Saadat; senior Hamas, Hassan Salama; dan komandan senior Hamas di Tepi Barat, Abbas al-Sayyed.

 
Hamas telah berulang kali meminta pembebasan mereka selama negosiasi sebelumnya dengan Israel, dan tuntutan ini selalu ditolak.

Israel memandang mereka sebagai orang-orang yang sangat berharga bagi Hamas dan berbahaya bagi Israel.

Setelah perundingan berlangsung sejak Senin (6/10/2025), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan Israel dan Hamas menyepakati tahap pertama dalam proposal yang ia ajukan minggu lalu.

"Seluruh dunia bersatu untuk satu hal ini, Israel, semua negara bersatu. Ini hari yang fantastis," ujar Trump kepada kantor berita Reuters.

"Ini hari yang luar biasa bagi dunia. Ini hari yang luar biasa, hari yang luar biasa bagi semua orang," ujarnya.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyambut kabar tersebut dengan mengatakan ia akan mengadakan pertemuan dengan para pejabat pemerintahnya dan mengesahkan perjanjian fase pertukaran sandera pada Kamis (9/10/2025).

Ia menelepon Trump untuk mengucapkan terima kasih atas usahanya untuk membantu membebaskan para sandera, menyebutnya sebagai hari besar bagi Israel.

Sementara itu, Hamas mengucapkan terima kasih kepada para mediator yang membantu dalam perundingan tersebut.

"Kami sangat menghargai upaya saudara-saudara dan mediator kami di Qatar, Mesir, dan Turki, dan kami juga menghargai upaya Presiden AS Donald Trump yang bertujuan untuk mengakhiri perang sepenuhnya dan mencapai penarikan penuh pendudukan dari Jalur Gaza," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

Hamas menyerukan kepada AS dan negara-negara penjamin untuk memaksa Israel mematuhi kewajibannya berdasarkan apa yang disepakati.

"Kami menyerukan kepada Presiden Trump, negara-negara penjamin perjanjian, dan seluruh pihak Arab, Islam, dan internasional untuk memaksa pemerintah pendudukan agar sepenuhnya melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian dan mencegahnya menghindari atau menunda pelaksanaan apa yang telah disepakati," lanjutnya, lapor Reuters.

Baca juga: Trump Umumkan Israel dan Hamas Sepakati Gencatan Senjata, Warga Gaza Sambut Gembira

Kesepakatan Gencatan Senjata: Apa Saja Isinya?

Pengumuman Presiden Trump menandai dimulainya Tahap Pertama dari kerangka perdamaian. 

Ini mencakup:

 
-Gencatan senjata total antara Israel dan Hamas

-Pembebasan sandera Israel di Gaza dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina

-Penarikan pasukan Israel ke posisi yang telah disepakati

-Distribusi bantuan kemanusiaan dalam skala besar ke Jalur Gaza

Rencana ini awalnya diusulkan pada 29 September 2025, dalam pertemuan Trump dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih. 

Hanya beberapa jam sebelum pengumuman resmi, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyerahkan sebuah catatan mendesak kepada Trump.

"Saya sangat bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani Tahap Pertama Rencana Perdamaian kami," ujar Trump di Truth Social.

"Ini berarti SEMUA Sandera akan segera dibebaskan, dan Israel akan menarik pasukannya ke garis yang disepakati sebagai langkah pertama menuju Perdamaian yang Kuat, Tahan Lama, dan Abadi," tambah Trump, dikutip dari Al-Arabiya.

 

Warga Gaza: Dari Kepedihan ke Harapan

Selama dua tahun terakhir, Gaza telah menjadi saksi penderitaan luar biasa. 

Lebih dari 67.000 warga Palestina terbunuh, menurut otoritas setempat dan data yang telah dikonfirmasi oleh PBB. 

Bangunan, sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur hancur. Laporan kelaparan dan kekurangan air bersih mengalir dari organisasi kemanusiaan internasional.

Namun malam itu, untuk pertama kalinya sejak gencatan senjata singkat yang hancur enam bulan lalu, warga Gaza bisa bernapas lega, meskipun masih dengan hati-hati.

"Ini adalah momen-momen bersejarah yang telah lama dinantikan oleh warga Palestina," tambah Khaled Shaat, seorang warga. 

 "Kegembiraan yang kami saksikan beberapa waktu lalu di jalan adalah kelegaan dari pembantaian, pembunuhan, dan genosida," tambahnya.

Meskipun beberapa serangan udara masih terjadi setelah pengumuman, suasana malam secara keseluruhan jauh lebih tenang dari biasanya.

Di Israel: Perayaan dengan Harapan yang Sama

Tak hanya di Gaza, kegembiraan juga pecah di Lapangan Hostage, Tel Aviv. 

Keluarga para sandera Israel yang selama ini melakukan aksi protes tanpa henti, merayakan pengumuman itu dengan tangis bahagia.

“Kami gembira, air mata tak henti mengalir, ini adalah kegembiraan yang luar biasa,” ujar Einav Zangauker, ibu dari salah satu tawanan.

Perdana Menteri Netanyahu menyebut kesepakatan ini sebagai “hari besar bagi Israel” dan berjanji akan segera mengumpulkan kabinetnya untuk menyetujui implementasi tahap pertama. 

Baca juga: VIDEO Israel Kembali Berulah! Nekat Gempur Gaza Meski Ada Kesepakatan Damai

Info Terbaru Serangan Israel 

Militer Israel terus melancarkan serangannya ke Gaza meskipun ada berita kesepakatan gencatan senjata telah dicapai.

Pasukan Israel juga meledakkan kendaraan lapis baja berisi bahan peledak di dekat rumah-rumah di lingkungan Sabra, selatan Kota Gaza, lapor Al Jazeera.

Serangan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 67.183 warga Palestina tewas dan sekitar 169.841 lainnya terluka, menurut data Kementerian Kesehatan Palestina pada hari Rabu.

Selain itu, 459 orang — termasuk 147 anak-anak — meninggal dunia karena kelaparan dan kekurangan kebutuhan pokok akibat pengepungan dan pengeboman Israel.

Pasukan Israel bahkan menyerang warga Palestina yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan, menewaskan sedikitnya 2.613 orang dan melukai lebih dari 19.164 lainnya sejak 27 Mei 2025, lapor Anadolu Agency.

Israel menyalahkan Hamas sebagai penyebab kehancuran di Gaza, karena mereka meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan ratusan orang Israel dan menahan sekitar 250 orang sebagai sandera.

Pemerintah Israel memperkirakan masih terdapat 48 sandera, terdiri dari warga Israel dan warga asing, yang masih berada di Gaza, menurut data per 3 September 2025.

Sebagian di antara mereka dikabarkan telah meninggal dunia, namun jenazahnya belum dikembalikan, sebagaimana dilaporkan oleh Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).

 

Baca juga: Singa Aswaja Isi Khutbah Jumat di Aceh: Gus Idrus Ramli di Masjid Raya, Buya Woyla di Meulaboh

Baca juga: Sosok Hendri Antoro Dicopot dari Kajari Jakbar, Buntut Terima Rp 500 Juta Kasus Robot Trading

 

Sudah tayang di Tribunnews.com

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved