Luar Negeri
Dukung Palestina, Zohran Mamdani Ingin Tangkap Netanyahu Usai Jadi Wali Kota New York
Netanyahu dituduh melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama perang Israel-Hamas.
Ringkasan Berita:
- Wali kota terpilih New York City, Zohran Mamdani, langsung ingin menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika menginjakkan kaki di wilayah pimpinannya.
- Janji itu diungkapkan pria berusia 34 tahun tersebut dalam kampanye
- Mamdani mengaku siap menangkap Netanyahu berdasarkan surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC), yang dikeluarkan pada November 2024.
SERAMBINEWS.COM, NEW YORK CITY - Wali kota terpilih New York City, Zohran Mamdani, langsung ingin menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika menginjakkan kaki di wilayah pimpinannya.
Janji itu diungkapkan pria berusia 34 tahun tersebut dalam kampanye, selain menjanjikan tarif bus gratis, pembekuan harga sewa properti, pendirian supermarket milik pemerintah kota, dan menggratiskan penitipan anak.
Mamdani mengaku siap menangkap Netanyahu berdasarkan surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC), yang dikeluarkan pada November 2024.
Netanyahu dituduh melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama perang Israel-Hamas.
“Ini kota yang percaya hukum internasional,” kata Mamdani dalam wawancara dengan CNN bulan lalu.
“Nilai-nilai kota ini harus tercermin dalam tindakan kita. Kita harus menjunjung tinggi perintah yang dikeluarkan ICC,” lanjutnya, dikutip dari ABC Australia.
Netanyahu, yang beberapa kali mengunjungi New York untuk datang ke markas besar PBB, akan menjadi target Mamdani jika surat perintah ICC itu belum dicabut saat kunjungan berikutnya.
Baca juga: VIDEO - New York Dipimpin Seorang Muslim, Sosok Zohran Mamdani Pro-Palestina Disorot
Namun, apakah janji tersebut dapat terealisasi?
Pakar: Mustahil secara hukum
Profesor Alex Whiting dari Fakultas Hukum Harvard—pernah menjabat sebagai koordinator investigasi ICC—menilai pernyataan Mamdani sebagai bentuk dukungan terhadap keadilan internasional, tetapi tidak realistis secara hukum.
“Saya menghargai ketika politisi mendukung Mahkamah Pidana Internasional,” ujar Whiting. “Tapi janji Mamdani ini sangat menyesatkan dalam memahami bagaimana hukum bekerja.”
Hal senada disampaikan Profesor Michael Newton dari Universitas Vanderbilt, yang terlibat dalam pendirian ICC dan membawa beberapa kasus ke pengadilan tersebut.
“Itu janji kampanye yang tidak bisa ditegakkan,” tegas Newton. “Menggunakan NYPD untuk menangkap Netanyahu akan melanggar hukum federal.”
Ia mengacu ke Undang-Undang Perlindungan Pelayan Publik Amerika, yang membatasi pejabat AS untuk bekerja sama dengan ICC.
Selain itu, perintah eksekutif Presiden AS Donald Trump yang menjatuhkan sanksi pada jaksa dan hakim ICC memperkuat larangan tersebut.
“Kalau Mamdani melakukannya, itu bisa dianggap melanggar perintah eksekutif,” kata Newton.
Netanyahu, sebagai kepala pemerintahan, juga memiliki kekebalan diplomatik selama kunjungan resmi ke AS.
Selain itu, AS bukan pihak penandatangan Statuta Roma yang menjadi dasar hukum ICC, sehingga tidak terikat kewajiban untuk melaksanakan perintah pengadilan tersebut.
Profesor Newton menambahkan, bahkan jika penangkapan terjadi, proses hukum tidak akan serta-merta berjalan.
“Jaksa ICC tidak bisa masuk ke AS untuk menjemputnya. Tidak ada dana publik yang bisa digunakan untuk membawanya ke Den Haag,” katanya.
“Bahkan dengan dana pribadi, tetap harus melalui prosedur bea cukai dan imigrasi. Hampir mustahil.”
Sementara itu, Profesor Whiting mengingatkan bahwa surat perintah penangkapan terhadap pemimpin seperti Netanyahu dan Presiden Rusia Vladimir Putin bisa menjadi simbol kelemahan pengadilan.
“Mereka berasal dari negara kuat. Kekhawatiran saya, mereka tidak akan pernah hadir (diadili) di Den Haag,” ujarnya.
Zohran Mamdani yang merupakan pendukung vokal hak-hak Palestina sejak lama mengkritik kebijakan Israel. Namun, ia membantah keras tuduhan anti-Semitisme yang diarahkan padanya.
Baca juga: Sosok Rama Duwaji, Istri Zohran Mamdani, Punya Gaya Nyentrik, Ini Pekerjaannya
Zohran Mamdani Pro-Palestina, Israel Komentari Kemenangannya
Menteri Diaspora Israel, Amichai Chikli, pada Rabu (5/11/2025) melontarkan kritik keras terhadap Wali Kota terpilih New York, Zohran Mamdani, dengan menyebutnya sebagai pendukung Hamas.
Ia bahkan menyerukan agar komunitas Yahudi di New York mempertimbangkan untuk pindah ke Israel menyusul kemenangan politikus muda tersebut.
“Kota yang dulu menjadi simbol kebebasan dunia kini menyerahkan kuncinya kepada seorang pendukung Hamas,” tulis Chikli, yang berasal dari kubu sayap kanan dan juga menjabat sebagai Menteri Urusan Diaspora dan Pemberantasan Antisemitisme, di platform X.
Chikli menambahkan bahwa kemenangan Mamdani akan membawa perubahan besar bagi komunitas Yahudi di kota itu.
“New York tidak akan pernah sama lagi, terutama bagi komunitas Yahudinya. Kota ini berjalan dengan mata terbuka menuju jurang yang sudah lebih dulu dijatuhkan London,” tulisnya lagi.
Ia kemudian menyerukan, “Saya mengundang warga Yahudi New York untuk benar-benar mempertimbangkan menjadikan tanah Israel sebagai rumah baru mereka.”
Baca juga: VIDEO - Sejarah Baru! Zohran Mamdani Jadi Wali Kota Muslim Pertama New York!
Sikap pro-Palestina dan kritik terhadap Israel
Zohran Mamdani, 34 tahun, akan resmi dilantik sebagai Wali Kota New York pada Januari mendatang.
Ia juga akan mencatat sejarah sebagai wali kota Muslim pertama dalam sejarah kota metropolitan tersebut.
Politikus berhaluan kiri ini dikenal lama mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Dalam beberapa kesempatan, ia secara terbuka menyebut Israel sebagai “rezim apartheid” dan menggambarkan perang di Gaza sebagai “genosida.”
Pernyataannya yang tegas soal konflik Israel-Palestina menuai kritik dari sebagian anggota komunitas Yahudi di New York.
Namun di sisi lain, Mamdani juga kerap menentang antisemitisme selama masa kampanye.
Menang di tengah serangan politik
Kemenangan Mamdani dalam pemilihan wali kota New York dianggap mengejutkan banyak pihak.
Ia berhasil meraih lebih dari 50 persen suara, mengalahkan mantan Gubernur Andrew Cuomo, meskipun sempat menjadi sasaran serangan bertubi-tubi dari kalangan elite bisnis, media konservatif, hingga Presiden AS Donald Trump.
Trump bahkan melakukan intervensi pada detik-detik terakhir menjelang hari pemungutan suara.
Dalam unggahannya di media sosial, ia bahkan mengancam akan menahan dana federal untuk New York jika Mamdani terpilih.
Meski diserang dari berbagai arah, Mamdani tetap mempertahankan posisinya dengan menegaskan komitmen untuk menjadikan New York lebih terjangkau bagi warganya dan lebih inklusif bagi semua komunitas.
Geram Zohran Mamdani Menang, Pendukung Trump Serukan Deportasi ke India
Kemenangan Zohran Mamdani sebagai Wali Kota New York memicu ledakan kemarahan dari kalangan pendukung garis keras Donald Trump atau MAGA (Make America Great Again).
Di berbagai platform media sosial, mereka menuduh kota itu telah “jatuh ke tangan sayap kiri” dan menyebut kemenangan Mamdani sebagai tanda kehancuran bagi New York.
Sebagaimana diberitakan Times of India, Rabu (5/11/2025), Mamdani, politisi Partai Demokrat berusia 34 tahun asal Queens, dikenal sebagai seorang sosialis.
Ia akan menjadi wali kota Muslim pertama dalam sejarah New York saat resmi dilantik pada Januari mendatang.
Kemenangannya atas mantan gubernur Andrew Cuomo dan kandidat Republik Curtis Sliwa disebut sebagai perubahan besar dalam lanskap politik kota terbesar di AS itu.
Namun, kemenangan itu disambut dengan gelombang kebencian daring.
Banyak pengguna media sosial sayap kanan menuduh New York telah “hancur”, “selesai”, dan “tidak bisa diselamatkan”.
Serangan terhadap Mamdani
Gelombang reaksi negatif itu dengan cepat menyerbu Mamdani usai pria kelahiran Uganda keturunan India itu meraup lebih dari 50 persen suara dalam pemilihan wali kota New York.
Beberapa akun menyerukan agar Mamdani “dideportasi kembali ke India,” sementara yang lain menjulukinya “komunis.”
Salah satu akun menulis dengan nada marah, “Kau dan Mamdani adalah contoh betapa rusaknya sistem imigrasi kami! Kembalilah ke India!”
Akun lain menambahkan, “Kita harus deportasi Ackman ke Israel dan Mamdani ke India atau ke mana pun asalnya.”
Narasi kebencian itu kemudian berkembang menjadi pesan anti-imigran yang lebih luas.
Sejumlah tokoh sayap kanan menuding bahwa “orang asing” telah menggantikan warga Amerika di New York City.
Komentator konservatif William Wolfe menulis bahwa “Amerika tidak memilih Mamdani, orang asinglah yang melakukannya”, sembari menyebut New York sebagai “metropolis dunia ketiga.”
Seorang pengguna bahkan mengumumkan bahwa ia “tidak akan pernah” mengunjungi New York lagi, sementara yang lain memperingatkan bahwa Mamdani memiliki “rencana penaklukan yang lebih luas. New York hanyalah awal.”
Baca juga: Rektor UTU dan Kapolda Aceh Tanam Pohon di Meulaboh: Perkuat Sinergi Lingkungan Berkelanjutan
Baca juga: Ketua DPRK Nagan Rizki Ramadhan Terima Anugerah Sahabat PWI, Tokoh Politik Muda Berpengaruh
Baca juga: Duta Besar Kanada Temui Wali Nanggroe, Bahas Kebudayaan dan Warisan Aceh
| Trump Marah Usai Zohran Mamdani Menang Pemilihan Wali Kota New York |
|
|---|
| Profil Zohran Mamdani, Wali Kota Muslim Pertama di New York, Ayahnya Seorang Profesor |
|
|---|
| Manzo Rodriguez Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati |
|
|---|
| Iran Tegaskan Tidak akan Hentikan Pengayaan Uranium Meski Dikepung Negara Barat |
|
|---|
| Iran Kecam Trump Karena Minta Pentagon Lanjutkan Uji Coba Senjata Nuklir, Sebut AS Provokatif |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.