Pembunuhan Sadis Pemuda di Sampang, 2 Pelaku Ditangkap, Motif Asmara Jadi Pemicu

Polisi telah menangkap dua pelaku penganiayaan berat yang berujung kematian Raffa Galang Prayoga, Minggu (9/11/2025).

Editor: Faisal Zamzami
Istimewa/TribunJatim.com
PELAKU PEMBUNUHAN - Polisi menangkap dua pelaku penganiayaan berat yang berujung kematian Raffa Galang Prayoga (19), pemuda asal Surabaya, di Desa Samaran, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang, Madura, Minggu (9/11/2025). Kedua pelaku adalah ZI (24), warga Desa Kramat, Kecamatan Kedungdung, Sampang, dan AI (44), warga Desa Kramat, Kecamatan Kedungdung, Sampang, Madura. 
Ringkasan Berita:
  • Polisi telah menangkap dua pelaku penganiayaan berat yang berujung kematian Raffa Galang Prayoga, Minggu (9/11/2025).
  • Kedua pelaku adalah ZI (24), warga Desa Kramat, Kecamatan Kedungdung, Sampang, dan AI (44), warga Desa Kramat, Kecamatan Kedungdung, Sampang, Madura.
  • Polisi memastikan motif di balik kasus penganiayaan berat tersebut dipicu oleh persoalan asmara dan dendam pribadi.

 

SERAMBINEWS.COM - Polisi berhasil mengungkap kasus penganiayaan berat yang mengakibatkan seorang pemuda meninggal dunia di Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang.

Korban, seorang pemuda bernama Raffa Galang Prayoga (19), asal Surabaya, ditemukan tewas setelah dibacok hingga meninggal. 

Ia sempat dilarikan ke Puskesmas setempat, namun nyawanya tidak tertolong.

Polisi memastikan motif di balik kasus penganiayaan berat tersebut dipicu oleh persoalan asmara dan dendam pribadi. 

Polisi telah menangkap dua pelaku penganiayaan berat yang berujung kematian Raffa Galang Prayoga, Minggu (9/11/2025).

Kedua pelaku adalah ZI (24), warga Desa Kramat, Kecamatan Kedungdung, Sampang, dan AI (44), warga Desa Kramat, Kecamatan Kedungdung, Sampang, Madura.

Berdasarkan hasil penyelidikan awal, kedua pelaku diduga melakukan aksi penganiayaan dengan menggunakan senjata tajam. 

Barang bukti yang diamankan polisi di antaranya, satu bilah celurit, satu bilah pisau, baju yang digunakan pelaku dan korban, dan satu unit mobil Mitsubishi Xpander warna merah.

Plh Kasi Humas Polres Sampang, AKP Eko Puji Waluyo mengatakan, pelapor dalam kasus ini adalah Titis Ari Isnawati (40), seorang wiraswasta yang juga berdomisili di Surabaya.

 
AKP Eko Puji Waluyo menduga, pelaku menganiaya korban karena dendam atau sakit hati.

"Motif sementara mengarah pada dendam, sakit hati atau asmara," terang AKP Eko Puji Waluyo, Minggu (9/11/2025).

 
Sejauh ini, polisi masih melanjutkan proses penyidikan, termasuk pemberkasan untuk kemudian dilimpahkan ke Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada tahap pertama.

"Untuk pasal yang diterapkan yakni, Pasal 355 ayat (2) KUHP atau Pasal 340 KUHP Jo 56 KUHP, ancaman hukuman 15 tahun dan 20 tahun," tegasnya.

Baca juga: Wanita di Sleman Ternyata Dibunuh Kekasihnya Lukas Budi Widodo, Korban Digorok Usai Tolak Balikan

Kronologi Penemuan Jasad Korban

Raffa Galang Prayoga ditemukan dalan kondisi penuh luka bacok di sekujur tubuh dengan tangan terikat ke belakang dan kedua mata ditutup kain, di jalan setapak Desa Samaran, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang, Madura pada Minggu (2/11/2025).

Peristiwa tersebut terungkap setelah polisi menerima laporan dari masyarakat sekitar pukul 15.30 WIB.

Tim gabungan dari Satreskrim Polres Sampang dan Polsek Tambelangan segera menuju lokasi kejadian.

Korban kemudian dilarikan ke Puskesmas Tambelangan untuk mendapatkan pertolongan medis.

Namun, sekitar pukul 16.30 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia akibat luka serius yang dideritanya.

Korban adalah Raffa Galang Prayoga (19), warga Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Baca juga: Pembunuh Perempuan di Gamping Sleman Ditangkap, Pelaku Minum Obat Nyamuk Cair

Sosok Galang

Galang merupakan anak sulung dari tiga bersaudara.

Sejak berusia sembilan tahun, ia tak lagi diasuh oleh ibu kandungnya berinisial HS, karena perceraian. 

Ia kemudian diasuh oleh ayahnya, Bambang Kusnandar (50) sendirian. Termasuk dua adik Galang kembar identik yang masih berusia enam tahun.

Kehidupan Galang makin pelik, pascakecelakaan menimpa sang ayah beberapa tahun lalu. 

Karena, sang ayah menjadi disabilitas tunadaksa; kehilangan anggota gerak kedua lengan tangannya. 


Mulai saat itu, Galang yang berusia belia mengambil alih hampir seluruh aktivitas di rumah termasuk membantu sang ayah dan merawat kedua adik kembarnya yang masih kecil. 

"Dia tulang punggung. Bukan keuangan. Tapi dia membantu saya ke sana ke mari, karena saya seperti ini (disabilitas tunadaksa). Dia semua yang urus. Dia urus adiknya yang kembar sejak kecil, sekarang 15 tahun," katanya, Sabtu (8/11/2025).

Lantaran begitu pentingnya peran Galang di rumah, ia sama sekali tidak bisa bepergian jauh dari wilayah sekitar rumah. 

Selama ini, Galang lebih sering menghabiskan waktu dengan bermain di rumah bersama dua adik kembarnya, seusai bekerja di rumah sang tante. 

Terkadang, Galang nongkrong di rumah teman semasa kecilnya di dekat permukiman sang tante.

Jikalau kebetulan beberapa anggota keluarga besar yang lain berkumpul di rumah sang tante, Galang lebih memilih menghabiskan waktu dengan mereka. 

Sehingga, Bambang menampik anggapan jika putra sulungnya itu memiliki kebiasaan atau pergaulan bebas yang terkesan serampangan. 

Galang merupakan anak 'rumahan' yang kerap kali menghabiskan waktu bersama kerabat dan teman sepermainan di dekat rumah keluarganya. 

"Cuma anaknya itu tertutup masalah pribadi. Tapi dia kalau bercanda itu ramai, sama adik-adiknya ramai. Sama keponakannya ramai. Sama teman-temannya juga ramai. Sama saudaranya kalau kita kumpul-kumpul paling ramai dia," jelasnya. 

Bambang mengakui Galang memiliki kepribadian yang cenderung tertutup dan pendiam. 

Namun perangai tersebut hanya akan tampak tatkala berjumpa dengan orang baru dikenalnya. 

Jikalau sudah bertemu dengan orang yang membuatnya nyaman seperti teman tongkrongan, kerabat, atau teman semasa sekolah, Galang bukan menjadi sosok pendiam.

Bambang menegaskan, anak sulungnya itu tak memiliki permasalahan pribadi yang terlalu berlebihan. Normal seperti anak sepantarannya. 

"Pokoknya kayak humble (rendah hati). Tenang gitu. Intinya itu dipendam sendiri. Orangtua itu kayaknya enggak boleh tahu, gitu loh," tuturnya. 

Galang merupakan pribadi yang sopan, ramah dan penuh hormat kepada orang tua, yakni Bambang dan tante, hingga bibi. 

Kepada Bambang, Galang tak pernah sekalipun membantah jika disuruh ini dan itu di dalam rumah. 

Termasuk saat Bambang sesekali terlampau geram dengan ulah sang anak hingga memukulnya karena ketahuan meninggalkan salat. Galang cuma diam saja dan menerima. 

"Dia itu sudah besar, saya pukul tetap, kalau dia enggak salat, kalau dia nakal tetap saya pukul. Dia enggak marah, kalau (seandainya) saya dibalas tuh saya kalah. Temenan (sungguhan), wong saya enggak punya tangan," katanya sambil sesenggukan menahan tangis. 

Baca juga: Ngeri! Usai Timnya Cetak Gol, Pemain Afrika Diserang Penonton sampai Berdarah, Begini Kondisi Korban

Baca juga: Kesulitan Air Bersih, Warga Singkil Utara Buat Sumur Bor Tradisional, Begini Caranya 

Baca juga: Doa Lama Dikabulkan Allah SWT, Ternyata Ini Penyebabnya

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved