Breaking News

OPM Ancam Tembak Mati Bupati Yahukimo Didimus Yahuli hingga Target Warga Imigran Jawa

Heluka mendesak TNI–Polri agar menghentikan penyisiran. Dia mengklaim operasi aparat kerap membuat warga panik.

Editor: Faisal Zamzami
Istimewa
Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli, beberapa waktu lalu. Didimus mengirimkan pesan suara agar Kapolres dan Dandim 1715/Yahukimo berkoordinasi untuk menyelamatkan para guru saat OPM membakar SD di Anggruk, Yahukimo, Papua Pegunungan, Jumat (21/3/2025). 

Dia mengklaim serangan KKB itu merupakan kejadian luar biasa yang mengejutkan banyak pihak.

"Kami biasa merasakan keamanan dan ketenangan. Namun, kali ini kami semua, termasuk pemerintah, masyarakat, dan gereja, terkejut dan syok atas kejadian ini. Kami merasa hal ini seharusnya tidak terjadi di daerah terpencil seperti ini," kata dia dikutip dari laman Tribratanews Polri.

 
Mengenai tudingan guru dan nakes yang diserang KKB berasal dari TNI/Polri, dia dengan tegas membantah.

"Itu 100 persen tidak benar. Proses rekrutmen kami terbuka dan diketahui publik. Setelah rekrutmen, para pendeta mendoakan dan mereka menandatangani perjanjian kerja sama. Jika ada yang mengatakan mereka anggota TNI/Polri dan memiliki bukti, silakan tunjukkan kepada saya. Kalau benar, saya siap mundur dari jabatan Bupati," katanya.

Baca juga: Daftar 14 Pimpinan dan Anggota OPM Tewas Ditembak TNI dalam Operasi Pembebasan Warga Intan Jaya

Mahasiswa Desak Negara Hentikan Operasi Militer di Yahukimo

Mahasiswa asal Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan yang sedang menempuh studi di Kota Jayapura menyampaikan sikap terkait situasi keamanan di daerah asal mereka.

Para mahasiswa tersebut mengaku prihatin dengan informasi yang beredar di media sosial mengenai rencana operasi militer TNI-Polri di wilayah Yahukimo, mulai dari Kali Bonto hingga Material 8 pada Kamis (13/11/2025).

Sikap tersebut disampaikan oleh perwakilan mahasiswa Yahukimo, Reuther Yohame, kepada Tribun-Papua.com di Jayapura, Rabu (12/11/2025).

“Kami mahasiswa Yahukimo mendesak Kapolres dan Kodim 1715 Yahukimo segera menghentikan penyisiran dan penangkapan liar terhadap rakyat Yahukimo. Kami kasih peringatan, hentikan penangkapan dan interogasi terhadap warga yang tidak memiliki KTP,” tegas Reuther.

Mahasiswa juga meminta agar pemerintah daerah, pihak gereja, dan para kepala suku di Yahukimo berpihak kepada masyarakat sipil yang terdampak situasi keamanan tersebut.

 
Selain itu, mereka mendesak Polda Papua dan pemerintah pusat, dalam hal ini Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, untuk segera menarik seluruh pasukan militer organik dan nonorganik dari Kabupaten Yahukimo dan wilayah Papua lainnya.

“Kami juga meminta agar TNI-Polri maupun TPNPB/OPM menjauhkan arena pertempuran dari lingkungan warga sipil, supaya rakyat bisa beraktivitas dengan aman,” lanjutnya.


Reuther menegaskan, mahasiswa Yahukimo di Jayapura akan terus menyuarakan aspirasi rakyat Yahukimo.

“Kami sangat berharap agar tuntutan ini ditanggapi oleh pihak-pihak terkait. Jika tidak, kami siap melakukan mobilisasi massa dan melumpuhkan aktivitas di Yahukimo dengan cara mahasiswa,” ujarnya.

Mahasiswa berharap pemerintah dan aparat keamanan dapat mendengarkan aspirasi ini dan mengedepankan langkah-langkah damai untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di Kabupaten Yahukimo. (*)
 

Baca juga: Profil Yarnes SH MH, Kajari Bireuen yang Menggantikan H Munawal Hadi SH MH

Baca juga: Modus Pencuri 19 Sepmor Lintas Kabupaten di Aceh, Bawa Becak Seorang Diri Incar Kendaraan Terparkir

Baca juga: Curi 19 Unit Sepeda Motor Lintas Kabupaten, Buruh Asal Aceh Selatan Dibekuk di Meulaboh

Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved